Tubuh tinggi Daniel yang berdiri tegak memancarkan aura yang sangat sinis dan berat.Di dalam lift, hanya Yasmin yang sedang bertelepon dan bergumam-gumam.Ketika pintu lift terbuka, tiga orang itu melangkah keluar. Mereka seakan-akan tidak mengenal Yasmin.Yasmin menoleh. Dia menyipitkan matanya sambil melihat angka di atas lift. "Loh? Kenapa naik lagi?"Jadi, dia harus turun lagi.Setelah Yasmin memberi tahu Raymond alamatnya, dia menunggu di depan pintu masuk.Karena dia mabuk, dia tidak bisa berdiri lama dan hanya bisa duduk di anak tangga.Yasmin menopang dagunya dengan satu tangan sambil melihat ke arah lampu-lampu neon malam hari di kejauhan.Pada saat ini, waktu seakan-akan miliknya sendiri.Yasmin tidak memikirkan apa-apa. Tidak ada pembunuh Sofia, tidak ada Martin yang mengancamnya. Dia juga tidak mengkhawatirkan anak-anaknya ketahuan dan tidak ada Daniel yang mengontrolnya. Semuanya tidak ada ....Di ruangan pribadi restoran atas, beberapa orang sedang makan sambil bersosial
"Hm?!"Kepala Yasmin yang sudah terasa pusing menjadi makin pusing karena dia tiba-tiba ditarik.Seseorang mencengkeram rahangnya, kemudian mengangkat kepalanya dengan paksa. Mata orang itu tampak sangat berbahaya."Siapa aku?"Ketika Yasmin yang merasa kepalanya kabur mendengar suara mengancam itu, tubuhnya meringkuk seakan-akan udara telah menjadi dingin. Pandangannya pun menjadi lebih jelas. Yasmin tercengang saat menatap wajah yang setengah tertutup kegelapan dan dekat itu. Wajah itu terlihat mirip sekali dengan wajah iblis."Kamu ....""Apa kamu sangat kecewa karena aku bukan kepala sekolahmu? Hm?" Daniel mengangkat dagu Yasmin dan tatapannya tampak sangat berbahaya.Leher Yasmin yang terekspos terlihat jenjang, indah dan lembut. "Kenapa ... kamu di sini? Ini nggak ada hubungannya denganmu ....""Ini memang nggak ada hubungannya denganku. Hanya saja, kamu merusak pemandanganku." Setelah Daniel selesai berbicara, dia meraih lengan Yasmin, kemudian menariknya keluar dari mobil."Ah!
"Sudah. Bagaimana denganmu? Apa kamu masih di hotel?" tanya Irene."Nggak.""Kalau kamu belum kenyang, aku bisa menemanimu." Setelah itu, Irene berkata, "Aku benar-benar minta maaf untuk malam ini."Yasmin yang mulut dan hidungnya ditutup mulai merasa pusing. Setelah sekian lama, dia butuh oksigen dan tidak bisa menahannya lagi.Dia menarik tangan Daniel, tapi tangan itu tidak berkutik.Karena itu, Yasmin pun meronta.Daniel melihat Yasmin yang tampak tersiksa, tapi nadanya tetap terdengar datar ketika dia menjawab Irene, "Nggak apa-apa."Irene tertawa, kemudian bertanya, "Sekarang kamu di mana? Kenapa belum tidur?""Di ruang kerja. Masih pagi," jawab Daniel."Aku sudah menebaknya karena kedengaran sunyi. Baiklah. Selamat bekerja, orang sibuk!""Ya."Setelah panggilan berakhir, Daniel baru melepaskan muka Yasmin.Yasmin segera menghirup udara segar. Dia terbatuk-batuk sambil berkata, "Uhuk, uhuk! Apa yang kamu lakukan? Uhuk!" Setelah akhirnya dia berhenti, dia mendongak dan menunjukkan
Kemudian, tatapan mata Daniel tampak sangat mengerikan dan suaranya terdengar galak saat dia berkata, "Berani-beraninya kamu mengancamku. Kamu punya berapa nyawa?""Sakit ...." Yasmin mengernyit kesakitan. Lalu, dia berkata dengan susah payah, "Ya, aku ... hanya punya satu nyawa. Ja ... jadi, meskipun sekarang kamu mengendalikanku, begitu kamu pergi, aku ... akan melukai leherku. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh mencobanya ...."Suara Yasmin yang sedang mabuk terdengar lemah, tapi setiap kata yang diutarakan mematikan.Daniel langsung mencengkeram rahang Yasmin. Karena Yasmin mempunyai wajah yang kecil, Daniel dapat memegang seluruh wajah Yasmin."Berani sekali. Kamu melindungi tubuhmu untuk siapa, hm?" Napas yang diembuskan Daniel terasa menyeramkan. "Sepertinya kamu sangat menyukai kepala sekolah itu!""Bukan. Aku hanya ... hanya merasa karena kamu sudah nggak mau peduli padaku, seharusnya kamu nggak melakukan hal seperti ini lagi ...."Daniel pun mendorong Yasmin dengan kuat. Ek
Ketiga anak itu melompat, lalu memeluk kedua kaki Yasmin erat-erat.Yasmin tertawa. Dia meletakkan barang-barang di tangannya sebelum memeluk tubuh kecil mereka yang wangi.Setiap kali mereka berpisah, dia sangat merindukan anak-anaknya.Anak-anak segera menyadari kain kasa di kening Yasmin."Mama, ada apa dengan kepalamu?""Apa Mama terjatuh?""Mama, sakit nggak?" tanya Julia dengan mata berkaca-kaca.Yasmin khawatir mereka ketakutan, jadi dia segera berkata, "Nggak, nggak. Mama nggak sengaja terjatuh. Ini nggak sakit, kok?""Di mana Mama terjatuh? Aku mau memukulnya!" kata Julian dengan emosi.Ketika Yasmin hendak mengatakan sesuatu, dia menyadari Raymond sedang berjalan ke arahnya. Raymond berkata, "Sesuatu yang mengganggu memang harus disingkirkan."Suaranya yang kalem dan tenang membuat orang tak tahan menghormatinya.Yasmin buru-buru melepaskan anak-anak. Dia bangkit sebelum membungkukkan badannya. "Malam, Pak Raymond."Mata Raymond tertuju pada kening Yasmin, tapi Raymond tidak
Saat Raymond mendekat, Yasmin menundukkan kepalanya.Raymond membuka kain kasa tersebut. Yasmin merasa dingin ketika lukanya terbuka ke udara.Setelah itu, Yasmin merasakan embusan napas yang hangat.Yasmin mendongak sedikit dan dia bertatapan mata dengan Raymond. Yasmin dapat merasakan detak jantungnya menjadi cepat sedikit. Lalu, dia mendengar Raymond bertanya, "Apa Daniel yang melakukannya?"Yasmin buru-buru memalingkan wajahnya. "Bukan. Semalam aku terlalu mabuk, jadi aku terjatuh. Sungguh .... Maaf, aku menghilang ketika kamu menjemputku. Aku nggak menyangka Daniel juga akan makan di hotel itu. Setelah itu, dia memasukkanku ke dalam mobil dan mengantarku pulang ....""Ada apa dengannya?" Nada Raymond terdengar datar."Dia nggak menyukaiku karena ... tanteku menjadi menantu Keluarga Guntur. Lagi pula, aku sudah terbiasa," jawab Yasmin dengan murung.Bagaimanapun juga, Raymond pasti sudah tahu apa yang terjadi.Namun, dia tidak tahu kenapa Daniel bisa membenci ibunya Yasmin sampai Y
Dari sikap anak-anak, Yasmin sudah merasakan ada yang tidak beres.Namun, dia tidak berani mengakuinya. Dia merasa dia seperti telah melakukan hal yang jahat di depan anak-anak.Pada malam hari, Yasmin pulang sendiri.Selama perjalanan, kepalanya dipenuhi banyak pikiran.Dia merasa tidak bisa bernapas setiap hari.Dia baru bisa melupakan semua kesedihannya ketika dia bersama anak-anak.Pada akhirnya, semua tekanan Yasmin disebabkan oleh Daniel ....Besok harinya di perusahaan.Pada siang hari, Yasmin pergi ke ruang pantry untuk menuang segelas air. Ketika dia kembali ke kantornya, para rekan kerja yang sedang berkumpul dan mengobrol langsung terdiam saat melihatnya masuk.Keanehan mereka sangat kentara.Setelah Yasmin duduk, dia berpikir bagaimana dia bisa menjadi buah bibir mereka?Seorang rekan kerja yang duduk di seberang Yasmin bertanya, "Yasmin, apa ... kamu biasanya suka membaca gosip yang sedang populer?"Yasmin tercengang sebelum berkata, "Yang tentang Kezia?""Apa kamu tahu ra
Yasmin dapat mendengar kalau itu adalah suara asistennya Raymond.Dia tahu Raymond sedang sibuk, jadi dia mengakhiri panggilan.Namun, Yasmin tidak bisa merasa tenang.Dia merasa hal ini tidak sesederhana itu.Terutama dua hari kemudian, masalah itu makin heboh di internet. Saat itu seakan-akan sekolah sungguh telah menyembunyikan seorang pembunuh dan menggunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadi.Ketika Yasmin pergi ke apartemen Raymond, di dalam hanya ada anak-anak.Selama dua hari ini, Yasmin bahkan tidak dapat bertemu dengan Raymond.Pada saat ini, terdengar suara pintu.Raymond sudah pulang.Yasmin pun berdiri."Papi!""Papi!""Papi!"Anak-anak memanggil Raymond dengan manis sehingga wajah Yasmin memerah sedikit.Raut wajah Raymond datar. Setelah dia mengusap kepala mereka, dia melihat Yasmin dan berkata, "Kamu datang."Meskipun Raymond sedang menyunggingkan senyuman, Yasmin dapat melihat pria itu lelah dan betapa cemasnya dia."Aku barusan sampai," ucap Yasmin."Dua hari lalu ak