“Maaf? Anda siapa?” tanya Latifa kepada seorang wanita yang tiba-tiba datang dan mencegah kepala sekolah untuk mengambil laptop yang berisi rekaman CCTV. “Oh, pasti anda Nyonya Latifa, Ibunya Tiara kan?” tanya wanita tersebut membuat Latifa heran. ‘Sebenarnya siapa dia? Dan mengapa tiba-tiba datang dan menghentikan kepala sekolah untuk mengambil laptop rekaman CCTV’Ucap Latifa dalam hati. “Perkenalkan, nama saya Giselle, saya Maminya Airin, istri dari pemilik perusahaan Samanta Group” ucap Giselle seraya mengulurkan tangannya kepada Latifa. ‘Samanta Group?’‘Bukannya perusahaan ini adalah pemilik saham terbesar di perusahaannya Candra?’Pikir Latifa dalam hati. Latifa menerima uluran tangan dari Giselle. “Senang bertemu dengan anda juga, Nyonya Giselle” balas Latifa dengan senyuman yang dipaksakan. “Saya juga senang bertemu dengan anda Bu Latifa, setidaknya masalah ini akan teratasi dengan singkat” ucap Giselle dengan raut wajah yang menyiratkan sesuatu hal. Dan hal tersebut
Pada akhirnya Ibu dari Celine dan Laura juga dipanggil ke kantor sekolah, untuk memberitahu terkait apa yang terjadi. Termasuk hukuman yang berlaku, bukan skors namun perpindahan sekolah karena kasus nya bukan termasuk yang bisa di wajarkan. Meskipun hal tersebut ada campur tangan Erlando yang diam-diam memberikan sumbangan besar kepada sekolah melewati Djarot. “Maafkan saya yah Bu Latifa atas apa yang dilakukan oleh Celine” ucap Ibu Celine sembari menggandeng Celine yang sedang menangis. “Iya Bu, saya sudah memaafkan apa yang dilakukan oleh Celine, semoga kedepannya Celine bisa lebih baik lagi yah bu” ucap Latifa dengan senyuman ramah. “Saya juga Bu Latifa, saya menyesal telah mengabaikan apa yang dilakukan oleh Laura, ternyata berdampak sangat buruk bagi kepribadiannya” celetuk Ibunya Laura yang kini menggandeng Laura yang sedang mengantuk. “Iya Bu, tidak apa-apa saya juga memaafkan apa yang dilakukan Laura, bekerja itu harus tapi peran Ibu bagi Anaknya juga penting untuk kepr
“Wah, Tuan Erlando! Anda sudah datang rupanya” seru Candra yang baru turun dari tangga. ‘Kenapa aku tidak berpikiran jika ini perbuatan Erlando? Emang dasar kamunya aja yang tidak peka Latifa!’ Runtuk Latifa dalam hati. “Latifa, bagaimana bisa kamu membiarkan Tuan Erlando di luar! Kamu ini!” tegur Candra yang kini sudah tepat berada di samping Latifa. “Maaf yah Tuan, silahkan masuk dan menikmati hidangan yang sudah disajikan” ucap Candra sembari memberi ruang untuk Erlando masuk, namun hal itu membuat Latifa bergeser secara paksa dan hampir terjatuh. Buru-buru Erlando menahan bahu Latifa. “Astagfirullah!” ucap Latifa dengan spontan tanpa ia sadari. “Hati-hati yah” ucap Erlando dengan lembut kepada Latifa, seraya menarik tangannya kembali. “Ba-baik Tuan, terima kasih” ucap Latifa sembari menundukkan kepalanya. Sedangkan Candra merasa cemas, karena ia takut membuat Erlando merasa terbebani dalam kejadian tersebut. “Tua Candra, apa dia Istrimu?” tanya Erlando sembari melirik si
“Apa maksudmu Mas? Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu! Aku bahkan tidak pernah bersosialisasi kepada orang luar! Bisa-bisanya kamu-”Latifa menghentikan ucapannya karena Erlando tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kau serius sekali, aku hanya bercanda” serunya sembari menetralkan tawanya yang mengakibatkan ia kehabisan napas. “Lagian mana mau sekelas Tuan Erlando berminat dengan wanita seperti mu, yang sudah bersuami dan yah kelihatan tidak menarik, lupakan saja apa yang aku bicarakan tadi” ucap Erlando lalu pergi begitu saja meninggalkan Latifa yang masih terdiam di tempat. Latifa mencoba menahan amarahnya dengan menghela nafas panjang. “Sabar Latifa, sudah menjadi makanan sehari-hari bagimu terkait perkataan seperti itu dari Suamimu sendiri” rapal Latifa dalam hati. “Mama! Ayo tidur!” ajak Tiara sembari memeluk pinggang Latifa dengan Erat. “Baiklah Tuan Putri, mari kita tidur” ucap Latifa seraya menggendong Tiara lalu pergi menuju kamarnya berada. ***ErlandoApa kita bi
“Latifa, minggu depan aku akan pergi berlibur ke Korea karena diajak oleh Tuan Erlando, bersama dengan timnya, persiapkan perlengkapanku yah, dan jaga rumah ini baik-baik” pesan Candra kepada Latifa. ‘Kenapa tiba-tiba dia mengajak Candra untuk pergi berlibur? Apa ini masalah pekerjaan?’Ucap Latifa dalam hati karena merasa penasaran. “Apa ini menyangkut pekerjaan?” tanya Latifa kepada Candra. “Tidak, kami hanya sekedar berlibur saja” ucap Candra membuat Latifa menganggukkan kepalanya. “Apa kamu mau ikut?” tanya Candra tiba-tiba. “Aku-”“Mana mungkin kamu mau ikut? Kamu tidak suka dengan bepergian bukan? Apalagi kamu tidak tau caranya berpenampilan itu seperti apa” sela Candra yang terkesan merendahkan Latifa. Latifa sendiri hanya diam dan terlihat tidak menghiraukan apa yang Candra katakan. Karena baginya itu sudah hal biasa. “Sebelumnya Tuan Erlando menyuruhku untuk mengajakmu, tapi kamu tidak memungkinkan untuk aku ajak berlibur, kalau begitu aku akan mengajak Linda saja, ka
Latifa terkejut mendengar pernyataan dari Candra. ‘Apa ini? kenapa dia bisa berpikiran untuk menyuruhku menggantikannya untuk ikut berlibur ke korea?’Ucap Latifa dalam hati. “Maksudnya Mas? Kenapa… Kamu menyuruhku untuk menggantikanmu pergi ke Korea?” tanya Latifa kepada Candra. “Linda menolak untuk aku ajak ke Korea bersama denganku, dia ingin pergi ke jepang, mangkanya aku langsung beli tiket untuk ke jepang, dan berpikir untuk menyuruhmu menggantikan ku nanti” Latifa tidak habis pikir ketika mendengar penjelasan dari Candra. ‘Apa dia tidak waras? Apa dia tidak berpikir mengenai resikonya karena telah menyuruh orang lain untuk menggantikannya pergi, bukannya ini tindakan yang tidak sopan?’‘Astagfirullah! Latifa, entah sejauh mana Suamimu itu berpikir, apakah hal itu akan tetap berlaku hingga dia menua?”Ucap Latifa dalam hati, seraya menggelengkan kepalanya karena merasa tidak percaya dengan tingkah laku Candra. “Apa tidak beresiko? Jika tiba-tiba aku menggantikan mu untuk i
“E-erlando? Bagaimana bisa kamu disini?” tanya Latifa dengan raut wajah yang setengah terkejut. “Naik pesawatlah, apa lagi?” jawab Erlando seadanya. “Naik pesawat dong Ma, kan kita ikut Om Erlando buat ke Korea” celetu Tiara yang seakan mendukung Erlando. Erlando tersenyum lalu mengajak High Five kepada Tiara yang dibalas oleh Tiara dengan semangat. “Bukan…maksudku, kenapa kamu bisa bersebelahan denganku?” tany Latifa karena merasa tidak terima dengan kejutan yang Erlando berikan. “Kalau kamu tidak mau bersebelahan denganku, biar Tiara yang ada di tengah… Gimana Tiara? Mau? Duduk di sebelahnya Om?” “Mau Om!” seru Tiara yang langsung berdiri. Latifa menghela nafasnya, ia segera berduri juga dna bertukar tempat dengan Tiara. Setelah itu Latifa diam membiarkan Tiara dan Erlando saling berinteraksi tanpa henti hingga pesawat lepas landas. Setelah beberapa menit akhirnya Tiara tertidur dengan mengenakan selimut yang Erlando minta dari pramugari. “Kenapa… Kenapa kamu tidak memilih
“M-mereka sedang beristirahat Latifa, apa kamu tidak ingat? Waktu perjalanan yang kita tempuh lumayan lama” dusta Erlando, yang berusaha mati-matian untuk menunjukkan raut wajah biasa saja. “Begitu yah, kalau dipikir-pikir betul juga sih, tapi… Seingatku, kita waktu ke hotel ini, tidak ada tanda-tanda keberadaan anggota tim mu Erlando”‘Kali ini alasan apa lagi Erlando! Cepat pikirkan sesuatu!’ Runtuk Erlando dalam hati, sembari tersenyum menunjukkan giginya dengan terpaksa. “M-mereka menaiki taxi dan juga transportasi umum lainnya karena mengingat kita memutuskan liburan dadakan, jadi minim sekali persiapan” kilah Erlando membuat Latifa menganggukkan kepalanya. “Begitu rupanya, kenapa kamu memutuskan untuk mengadakan liburan ke Korea secara mendadak? Kan kasian anggota tim mu yang ikut” “Karena kita melihat jika untuk sementara ini kondisi perusahaan sudah stabil, fase-fase menegangkan telah terlewatkan dengan jumlah sahamku yang naik dengan drastis dibandingkan tahun lalu, buka
Semua orang termasuk Latifa dan Erlando terkejut ketika mendengar pernyataan dari Tiara barusa. “Kenapa Tiara bisa berbicara seperti itu Nak?” tanya Latifa dengan lembut. “Kenapa lagi? Om Erlando banyak yang membantu kita Ibu, dibandingkan dengan Ayah, Om Erlando yang terbaik!” seru Tiara membuat Herman dan Haidah tersenyum. “Nak, asalkan kamu tau, Om Erlando sebenarnya adalah Ayah kandungmu” ucapan Latifa membuat Tiara maupun Herman terkejut. “Apa maksud Mama?” tanya Tiara dengan tatapan yang tidak mengerti. “Iya Latifa, apa maksudmu?” sahut Herman yang mau mendekati Latifa namun Haidah dengan segera menahannya. Latifa memejamkan kedua matanya lalu menghela nafasnya secara perlahan. “Jadi, sebenarnya Ayah biologis Tiara adalah Erlando bukan Candra, aku berusaha untuk menyembunyikan ini semua karena aku takut, bahkan Candra sendiri mengetahui semua itu, mangkanya dia berusaha mati-matian untuk mengabaikan ku dan Tiara karena pada dasarnya Tiara bukanlah Anaknya” ungkap Latifa m
Beberapa waktu berlalu, akhirnya Erlando kembali dengan lengan bekas infus. “Bagaimana Erlando? Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Latifa sembari berlari mendekati Erlando. Erlando hanya mengangguk sebagai jawabannya, namun sebetulnya ada banyak pertanyaan yang muncul di benak Erlando. Namun karena waktu belum tepat untuk ia tanyakan, akhirnya ia memilih untuk diam. “Sini Nak, sepertinya kau pusing karena donor darah itu” ucap Haidah sembari menuntun Erlando untuk duduk di kursi tunggu. “Maaf yah Nak, kamu jadi seperti ini karena harus mendonorkan darah cukup untuk Tiara” ucap Herman kepada Erlando. “Iya Om, saya pun merasa senang, bisa berguna untuk menolong putri kecil Tiaraku” ucap Erlando sembari menekan kata ‘Tiaraku’ dan juga ia memandang Latifa dengan tatapan tajam yang langsung membuat Latifa mengalihkan pandangannya ke arah lain. ‘Ya Allah, aku harus apa setelah ini’ ucap Latifa dalam hatinya. Dan Haidah yang peka akan kondisi Awkward tersebut membuat ia segera me
“Halo sayang, kamu apa kabar?” sapa Candra dari seberang sana.Latifa terkejut ketika mendengar suara Candra, kemudian ia menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang tengah meneleponnya. Namun ternyata nomor tersebut tidak memiliki nama, alias nomor tidak dikenal. Latifa kembali menempelkan ponselnya tersebut kepada telinganya lagi. “Ada apa Candra?” tanya Latifa dengan nada yang kurang bersahabat. “Santai saja sayang, aku hanya ingin menanyai kabarmu saja kok” ucap Candra sembari mengerling nakal. Sementara Latifa bergidik ngeri mendengarnya. “Kalau tidak ada yang penting, sepertinya aku harus menutup telfon-”“Eh jangan Latifa! Sebenarnya ada hal yang ingin aku ungkapkan!” sela Candra dengan cepat yang membuat Latifa menghentikan tindakan untuk mematikan sambungan teleponnya tersebut. “Langsung katakan saja Mas” ucap Latifa to the point. “Apa kamu ingin cerai denganku Latifa?” pernyataan Candra membuat Latifa terdiam. Sebenarnya Latifa masih tidak ingin mendengar kata per
Latifa tercengang lalu mengalihkan pandangannya dari Erlando, ia cukup malu ketika Erlando dengan santai menyatakan perasaannya tersebut. “Oh iya Latifa, Kapan kamu siapa untuk… Menceraikan Candra?” tanya Erlando dengan hati-hati karena ia takut jika Latifa akan bersedih. Latifa kali ini terdiam dan berpikir, walau bagaimanapun hal ini terlalu cepat baginya untuk mengakhiri hubungan yang sudah ia jaga selama tujuh tahun. “Aku… Masih belum siap Erlando” jawab Latifa sembari menoleh ke arah Erlando. Erlando menganggukkan kepalanya. “Baiklah Latifa, aku memahami apa yang kamu rasakan, jika kamu sudah siap, jangan lupa untuk memberitahukan ku agar aku segera menguruskan semuanya” ucap Erlando. Latifa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya. Sebelumnya Erlando memang sudah menguruskan surat cerai antara Latifa dan Erlando, namun Latifa mencegahnya di tengah jalan dengan beralasan belum siap. All hasil, segala yang sudah diurus, berhenti di tengah jalan, namun Erlando bisa
“Bagaimana jika anda menculik anaknya Latifa, agar Latifa bisa kau kendalikan Tuan Candra, dan akhirnya Erlando juga tidak mampu berbuat apapun, karena jika menurut yang saya lihat, Latifa ini tipe perempuan yang bertindak tanpa berfikir” saran Samuel kepada Candra. Candra mengelus dagunya sembari berpikir. “Anda benar juga Tuan Samuel, tapi bagaimana cara saya mencurinya jika setiap hari Erlando menjaga ketat Tiara” ucap Candra membuat Samuel berpikir. Namun tiba-tiba Anak buah Samuel mendekati Samuel lalu membisikkan sesuatu. “Tuan Candra, ternyata Erlando bodoh itu tidak menaruh penjagaan di sekolahnya Tiara saat dia sekolah, mungkin ini bisa kita jadikan peluang untuk menculik Tiara” ucap Samuel. “Baiklah, aku akan mencobanya nanti” ucap Candra kemudian. “Mari kita berjabat tangan untuk tanda partner bisnis” ucap Samuel sembari menyodorkan tangannya kepada Candra. Candra meraih tangan Samuel lalu keduanya berjabat tangan. ***Candra diam dan menunggu Tiara di balik pepohon
Latifa serta yang lainya langsung bergegas untuk melaporkan polisi, namun butuh waktu 24 jam baru Tiara bisa dinyatakan hilang dan masa pencarian baru bisa dilakukan. Pada akhirnya Erlando menyuruh beberapa anak buahnya yang handal untuk mencari keberadaan Tiara dan mencari bukti-bukti yang ada. Latifa sendiri tidak henti untuk menangis karena ia berasumsi jika semua ini adalah ulahnya yang teledor. Karena seharusnya ia memperhatikan Tiara hingga benar-benar masuk kedalam kelasnya dahulu baru di bisa pergi dari sana. “Ini salahku Bu, salahku, padahal sinyal seorang Ibu sudah memperingati aku, namun aku tidak terlalu peka akan hal itu, aku adalah Ibu yang ping buruk di dunia ini!” ucap Latifa disela tangisan pilunya yang kini berada di dekapan Haidah. “Istighfar Nak, dengan kamu yang seperti ini, Ibu takut jika kamu akan jatuh sakit, Ibu yakin, Tiara tidak akan kenapa-kenapa percayalah” tutur Haidah yang mencoba menenangkan Latifa. “Iya Nak, istighfar, yang perlu kita lakukan sek
“Bangun Tiara” ucap Latifa sembari menepuk-nepuk tubuh Tiara agar Tiara bangun karena harus bersekolah. Tiara menggeliat lalu mendudukkan dirinya dengan kedua mata yang masih tertutup. “Emangnya sekarang jam berapa Ma?” tanya Tiara seraya menguap. “Jam lima sayang, ayo cepet sholat habis itu mandi dan siap-siap, sekarang dah bisa mandi sendiri kan” ucap Latifa sembari mencari seragam sekolah Tiara dan menata bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas sekolah. “Siapa Mama!” seru Tiara lalu segera turun dari ranjang untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Sekitar satu jam berlalu, kini Tiara tengah ditata rambutnya oleh Latifa dengan Tiara yang asyik memakan sarapannya. Namun entah mengapa, Latifa merasakan firasat aneh, dan hal itu mengarah ke arah Tiara. ‘Ya Allah semoga tidak akan terjadi apa-apa, mengapa aku merasa tidak tenang seperti ini?’Ucap Latifa dalam hatinya. “Ma, kenapa berhenti menyisiri Tiara?” tegur Tiara membuat Latifa tersadar dari lamunannya. “Oh iya lupa, maaf y
Ini adalah hari di mana Erlando, Tiara dan Latifa serta lainnya pergi ke Mall untuk bermain di Time Zone. Mereka sangat antusias, terutama Tiara yang terlihat paling semangat mengajari Nenek dan kakeknya serta Bi Ina untu bermain. Sedangkan Latifa dan Erlando hanya berdiri dan melihat Tiara dan lainya dari jauh. “Kamu tidak ikut Latifa?” tanya Erlando dan kepada Latifa. Latifa hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. ‘Adu! Kenapa aku harus berdiri berdampingan dengan Erlando sih?’Ucap Latifa dalam hati seraya diam-diam melirik Erlando yang terlihat fokus mengawasi Tiara. “Dengarkan aku Latifa, aku akan selalu menerimamu apa adanya apapun kondisimu sekarang ataupun masa lalu” ucap Erlando yang pandangannya masih mengarah ke Tiara. “Erlando, sebenarnya apa maksudmu? Dari kemarin kamu terus menerus berbicara sepatah kata saja, dan dari kata-katamu tadi tidak mendasar membuatku pusing” ungkap Latifa yang membuat Erlando menoleh ke arahnya. “Aku tau semua
“Tiara, apakah menurutmu, Ayahmu itu adalah benar-benar Ayahmu” tanya Erlando membuat Tiara kebingungan. Termasuk Latifa dan Haidah yang kini saling pandang lalu mengangkat kedua bahunya karena tidak mengerti maksud dari Erlando. “Maksudnya Om apa?” tanya Tiara dengan muka polosnya. “Kalau nyatanya Om adalah Ayah Tiara, apa yang Tiara lakukan?”“APA!” dengan spontan Latifa dan Haidah berteriak ketika mendengar pernyataan dari Erlando barusan. “Nenek! Mama! Kenapa kalian ada di semak-semak?” tanya Tiara dengan bingung, karena ia melihat Ibunya serta Neneknya yang berada di tempat yang tidak wajar. Latifa dan Haidah berdiri lalu membersihkan baju dan kerudung mereka dari dedaunan yang berjatuhan ke arahnya. Sedangkan Erlando sendiri salah tingkah karena ia malu, perkataan yang tadi ia katakan tidak seharusnya di dengar Latifa maupun Haidah. “Tadi Nenek sama Mamamu cuma cari-cari tanaman herbal, iya kan Latifa” jawab Haidah sembari menyenggol lengan Latifa. “Ada apa?” tanya Latif