“Wah! Kalian sudah sampai saja nih” sambut Romlah yang merupakan Ibu Candra. Romlah segera mendekat kearah Candra lalu memeluknya dengan erat. “Ya Allah nak! Kamu kemana saja? Kenapa gak pernah berkunjung ke rumah Ibu?” ucap Romlah sembari mengelus rambut Candra dengan sayang. “Candra banyak kerjaan Bu dan Tiara juga sekolah, kebetulan rumah ibu kan cukup jauh, jadi Candra bisa kesini kalau ada acara saja” jelas Candra. “Yakin begitu? Atau Istrimu itu yang nggak ngebolehin kamu ke rumah ibu? Jujur saja nak, biar Ibu bisa nasehati Istrimu ini” ucap Romlah yang seolah-olah memojokkan Latifa seraya melirik-lirik Latifa dengan Sini. “Latifa, memang mertua mu ini se menyebalkan itu yah?” bisik Linda yang kini mendekat ke arah Latifa. Latifa hanya sedikit berdehem lalu menyenggol Linda agar tidak berbicara aneh-aneh. Linda yang mendapatkan perlakuan tersebut lantas kembali menegakkan postur tubuhnya sembari masih mengolok-olok mertua Latifa dengan pelan. “Apa sih Ibu ku ini, jangan
“Assalamu'alaikum! Bu! Dhini pulang!” seru Dhini yang baru pulang. Dhini merupakan adik kedua Candra yang akan menikah besok. “Wa'alaikumussalam! Kamu inu gimana sih nduk! Besok sudah jadi pengantin kok sekarang malah keluyuran!” tegur Romlah membuat dhini berdecak karena sebal. “Perawatan lah Bu! Biar kulit Dhini bagus, gampang di polesin make up juga karena gak kasar, Ibu ini gimana sih, gak ngerti yang gituan” ucap Dhinu selepas mencium punggung tangan Romlah. “Kamu ini!” tegur Romlah sembari memberi acang-acang untuk memukul Dhini. “Eh siapa ini?” celetuk Dhini ketika melihat Linda yang duduk sebelahan dengan Candra. “Oh, itu sepupunya kakak iparmu, Latifa, dia jauh-jauh ke sini buat nge hadirin acara pernikahan kamu loh”“Oh, ngomong-ngomong mana kak Latifa?” tanya Dhini seraya melihat-lihat sekitar. “Di dapurlah, bantu-bantu namanya juga menantu” ucap Romlah dengan nada sinis. “Oh iya, siapa tadi? Linda? Bisa tidak kalau duduknya agak kejauhan, kak Linda kan juga sudah t
“Kemana saja kamu?” Linda meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Maaf Tuan, saya kemarin ikut bersama Nona Latifa dan Candra pergi ke rumah orang tuanya” ucap Linda seraya menundukkan kepalanya, namun sesekali melirik Erlando untuk melihat ekspresi wajah Erlando. “Orang Tua siapa?” tanya Erlando kembali. “Candra Tuan” jawab Linda. “Pantas saja tadi ketika aku ke sekolahnya Tiara, Tiara sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.”Linda hanya terdiam, seperti menunggu untuk mendapatkan hukuman karena sudah seenaknya pergi tidak memberikan kabar terlebih dahulu. “Jadi… Apa Latifa mendapatkan ketidaknyamanan di sana?” tanya Erlando kemudian yang membuat Linda menegak salivanya sendiri. “I-iya Tuan” jawab Linda terpatah. “Apa kamu membelanya?”Linda semakin menundukkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Maafkan saya Tuan, saya tidak ingin terlihat terlalu kentara berada di pihak Nona Latifa, karena itu akan menimbulkan kecurigaan pada Candra,
“Kata Bu guru, lebih cepat lebih baik Om” ucap Tiara membuat Erlando segera bangkit dari duduknya lalu membantu Tiara untuk berdiri juga. “Yasudah, kita sekarang ke kantor gurumu yah” ajak Erlando yang di angguki oleh Tiara. Keduanya berjalan saling gandeng tangan menuju kantor sekolahnya Tiara, suasana koridor sekolah sepi karena para siswa maupun siswi sudah berada di kelasnya masing-masing, karena memang Tiara sedang bolos mata pelajaran. “Permisi” ucap Erlando ketika berada di ambang pintu kantor sekolahnya Tiara. “Iya, ada apa yah pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya guru yang menyuruh Tiara untuk memanggil ibunya, namanya adalah Devi. “Ah, Bapak yang pernah menjemput Tiara waktu itu tanpa sepengetahuan dari Ibu Latifa kan?” tebak Devi, karena Devi sendiri yang waktu itu mengizinkan Tiara untuk pulang bersama dengan Erlando. “Iya saya di sini-”“Tiara! Kamu kenapa membawa orang yang tidak dikenal itu? Apa kamu tidak ingat? Waktu itu Ibumu sampai panik tau!” tegur Arda sera
“Maaf? Anda siapa?” tanya Latifa kepada seorang wanita yang tiba-tiba datang dan mencegah kepala sekolah untuk mengambil laptop yang berisi rekaman CCTV. “Oh, pasti anda Nyonya Latifa, Ibunya Tiara kan?” tanya wanita tersebut membuat Latifa heran. ‘Sebenarnya siapa dia? Dan mengapa tiba-tiba datang dan menghentikan kepala sekolah untuk mengambil laptop rekaman CCTV’Ucap Latifa dalam hati. “Perkenalkan, nama saya Giselle, saya Maminya Airin, istri dari pemilik perusahaan Samanta Group” ucap Giselle seraya mengulurkan tangannya kepada Latifa. ‘Samanta Group?’‘Bukannya perusahaan ini adalah pemilik saham terbesar di perusahaannya Candra?’Pikir Latifa dalam hati. Latifa menerima uluran tangan dari Giselle. “Senang bertemu dengan anda juga, Nyonya Giselle” balas Latifa dengan senyuman yang dipaksakan. “Saya juga senang bertemu dengan anda Bu Latifa, setidaknya masalah ini akan teratasi dengan singkat” ucap Giselle dengan raut wajah yang menyiratkan sesuatu hal. Dan hal tersebut
Pada akhirnya Ibu dari Celine dan Laura juga dipanggil ke kantor sekolah, untuk memberitahu terkait apa yang terjadi. Termasuk hukuman yang berlaku, bukan skors namun perpindahan sekolah karena kasus nya bukan termasuk yang bisa di wajarkan. Meskipun hal tersebut ada campur tangan Erlando yang diam-diam memberikan sumbangan besar kepada sekolah melewati Djarot. “Maafkan saya yah Bu Latifa atas apa yang dilakukan oleh Celine” ucap Ibu Celine sembari menggandeng Celine yang sedang menangis. “Iya Bu, saya sudah memaafkan apa yang dilakukan oleh Celine, semoga kedepannya Celine bisa lebih baik lagi yah bu” ucap Latifa dengan senyuman ramah. “Saya juga Bu Latifa, saya menyesal telah mengabaikan apa yang dilakukan oleh Laura, ternyata berdampak sangat buruk bagi kepribadiannya” celetuk Ibunya Laura yang kini menggandeng Laura yang sedang mengantuk. “Iya Bu, tidak apa-apa saya juga memaafkan apa yang dilakukan Laura, bekerja itu harus tapi peran Ibu bagi Anaknya juga penting untuk kepr
“Wah, Tuan Erlando! Anda sudah datang rupanya” seru Candra yang baru turun dari tangga. ‘Kenapa aku tidak berpikiran jika ini perbuatan Erlando? Emang dasar kamunya aja yang tidak peka Latifa!’ Runtuk Latifa dalam hati. “Latifa, bagaimana bisa kamu membiarkan Tuan Erlando di luar! Kamu ini!” tegur Candra yang kini sudah tepat berada di samping Latifa. “Maaf yah Tuan, silahkan masuk dan menikmati hidangan yang sudah disajikan” ucap Candra sembari memberi ruang untuk Erlando masuk, namun hal itu membuat Latifa bergeser secara paksa dan hampir terjatuh. Buru-buru Erlando menahan bahu Latifa. “Astagfirullah!” ucap Latifa dengan spontan tanpa ia sadari. “Hati-hati yah” ucap Erlando dengan lembut kepada Latifa, seraya menarik tangannya kembali. “Ba-baik Tuan, terima kasih” ucap Latifa sembari menundukkan kepalanya. Sedangkan Candra merasa cemas, karena ia takut membuat Erlando merasa terbebani dalam kejadian tersebut. “Tua Candra, apa dia Istrimu?” tanya Erlando sembari melirik si
“Apa maksudmu Mas? Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu! Aku bahkan tidak pernah bersosialisasi kepada orang luar! Bisa-bisanya kamu-”Latifa menghentikan ucapannya karena Erlando tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kau serius sekali, aku hanya bercanda” serunya sembari menetralkan tawanya yang mengakibatkan ia kehabisan napas. “Lagian mana mau sekelas Tuan Erlando berminat dengan wanita seperti mu, yang sudah bersuami dan yah kelihatan tidak menarik, lupakan saja apa yang aku bicarakan tadi” ucap Erlando lalu pergi begitu saja meninggalkan Latifa yang masih terdiam di tempat. Latifa mencoba menahan amarahnya dengan menghela nafas panjang. “Sabar Latifa, sudah menjadi makanan sehari-hari bagimu terkait perkataan seperti itu dari Suamimu sendiri” rapal Latifa dalam hati. “Mama! Ayo tidur!” ajak Tiara sembari memeluk pinggang Latifa dengan Erat. “Baiklah Tuan Putri, mari kita tidur” ucap Latifa seraya menggendong Tiara lalu pergi menuju kamarnya berada. ***ErlandoApa kita bi