“Dan kamu… setuju?” ia bertanya ragu-ragu.Mata mereka bertemu. Pria itu tidak segera menjawab dan itu membuatnya semakin gugup. Kenapa Sharon harus gugup?Apa ia tidak mau menceraikannya? Bagaimanapun, pernikahan mereka hanya untuk pura-pura.Tapi… kalau mereka memang bercerai, siapa yang akan mendapatkan hak asuh anak?"Apa kamu mau cerai?" Ia bersandar pada istrinya saat ia bertanya dengan suara rendah.Ia begitu dekat dengannya sehingga napas mereka tumpang tindih. Ia merasa lega bukan main saat Simon menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak mau, nggak mau bercerai."Pikiran itu tiba-tiba terlintas di benaknya. Jika mereka bercerai, ia mungkin kehilangan hak asuh atas anaknya. Jadi, ia tidak akan pernah setuju untuk bercerai.Mata Simon berkilau saat bibirnya yang tipis melengkung ke atas menjadi senyuman. "Sepertinya kamu belum lupa perjanjian kita.”“Tapi kakakmu…”“Aku sudah urus itu. Ia kasih kamu kesempatan, ia mau kenal kamu lebih jauh. Kamu harus tunjukkan usaha terbaikmu
Ekspresi wajah Simon sangat jelek, dan pembuluh darah di dahinya berdenyut-denyut. Mengapa anak itu mencelanya setiap kali ia mau melakukan sesuatu yang serius?Bocah kecil itu sudah menghancurkan rencananya. Kalau tidak ingat itu putranya, mungkin sudah diusir dari rumah!Wajah Sharon memerah saat dia mendorong Simon darinya dan menundukkan kepalanya untuk memeriksa pakaiannya. Untungnya, mereka tidak berantakan. Satu-satunya hal yang berantakan adalah napasnya. Dia segera mengusap rambutnya sambil berkata, "Sebastian, kenapa kamu nggak ketuk sebelum masuk?"Si kecil mendengus. "Kalau aku ketuk, aku nggak akan melihat Ayah menggertak kamu!"Ekspresi wajah Simon menegang saat ia duduk dan menatap si kecil. “Aku nggak menggertaknya …”"Aku sudah lihat semuanya, tapi kamu masih berbohong!" Si kecil tidak mempercayainya sedikit pun.Sharon mengikutinya dan berkata, "Ayahmu nggak menggertakku, dia ..."Sebastian menatapnya, menunggu jawaban.“Dia… Kami sebenarnya sedang bermain game. Ya,
Sharon merasakan mata semua orang tertuju padanya saat dia berjalan ke podium.Howard menatapnya. Matanya menyipit saat dia tersenyum licik."Tolong proyeksikan desainnya untukku, Sekretaris Quinn." Ketika Sharon memandang sekretaris Simon, dia juga bisa melihat Simon melalui sisi pandangannya. Dia terlihat serius saat dia duduk di tengah meja. Sharon menjadi lebih gugup.Sekretaris Quinn sudah siap. Dia segera memproyeksikan desain ke layar."Halo semuanya. Sekarang saya akan mulai berbicara tentang desain saya untuk proyek Mountain Linguistic City…”Sharon belum menyelesaikan kalimatnya ketika para hadirin mulai membicarakan designnya.“Ini bukan desainnya! Ini menjiplak! Kok nggak tahu malu!”Sharon berbalik untuk menatap layar dengan bingung. Desain yang diproyeksikan di atasnya bukanlah desainnya tetapi milik orang lain.Otot-ototnya menegang saat dia segera menoleh ke Sekretaris Quinn dan berkata, “Kamu telah memproyeksikan yang salah. Ini bukan desain saya.”Sekretaris Quinn bin
Sharon terkejut dengan ketegasan Simon. Dia menahan emosinya yang tadi sempat hilang kendali. Dia baru saja berdebat dengan Howard di depan para eksekutif perusahaan. Betapa memalukan!Tangannya mengepal dan ia menggigit bibirnya. Meskipun masih merasa marah dan kesal, dia harus diam dan meninggalkan ruangan dengan patuh. Dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri lebih jauh.Simon terlihat tegas dan dia pura-pura tidak melihatnya saat dia pergi. Namun, dia meliriknya ke samping saat dia pergi, dan dia sepertinya memiliki ekspresi sedih saat dia berjalan keluar dari ruangan.Howard tersenyum samar wajahnya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan mematuhi perintah Simon untuk berjalan keluar ruang meeting setelah Sharon.Sharon berjalan melewati koridor dan menghela napas marah. Kemarahan di hatinya seakan bisa membakarnya hidup-hidup!Langkah kaki terdengar saat seseorang mengejarnya. Kemudian, orang di belakangnya meraih lengannya dan memaksanya untuk berhenti.Ketika dia berbalik dan mel
“Howard atasan Sharon dan desain itu sudah sempat dikirimkan ke dia. Secara langsung, dia ada hubungannya dengan ini. Selain itu… aku juga harus bertanggung jawab untuk ini. Desainnya diserahkan kepada aku, tetapi aku cek teliti sebelum membawanya ke rapat. Kalau ini harus diselidiki, aku juga bersalah.” Saat ia berbicara dengan tenang, ia mengetukkan jarinya yang elegan ke meja.Penelope merasa jantungnya menyempit, dan nafasnya menjadi sesak saat ia menatapnya. Ia berkata dengan suara yang lebih dingin, "Kenapa kamu begitu melindunginya?"Sharon Jeans adalah sumber bencana!“Penelope, aku nggak melindunginya. Aku cuma mengurus hal-hal ini seperti yang seharusnya. Jelas ada sesuatu yang lebih dari yang kita lihat. Kita nggak bisa menyalahkan orang yang nggak bersalah.” Tanpa menunggu jawaban darinya, Simon melanjutkan, “Gimana kalau begini? Dia mungkin akan mengingat desainnya kalau dia mendesainnya sendiri. Kenapa kita nggak kasih waktu satu hari untuk membuatnya kembali?”Kalau Shar
"Presiden Zachary, Anda ..." Ia sangat gugup hingga jantungnya seakan melompat keluar dari dadanya.Ia merasakan bahaya ketika ia tiba-tiba bersandar lebih dekat padanya, terutama ketika ia melihat kilatan berbahaya di matanya. Detak jantungnya kembali kencang.Simon menatapnya dengan serius saat ia berkata dengan tenang, "Misalnya ... kamu cium aku..."‘Cium... Cium dia?’Sharon merasakan darah di tubuhnya membeku. Apa ia sengaja supaya dapat ciuman darinya?Ia menarik bibirnya menjadi senyum kering ketika ia berkata, “Itu … kayaknya gak etis yah? Ini kan di kantor.”"Itu makanya aku cuma minta cium, bukan yang lain." Untuk beberapa alasan, ia selalu merasa lucu ketika wajah Sharon memerah karena gugup.Kenapa wanita ini begitu malu? Apa satu kalimat cukup untuk buat ia tersipu?Sharon merasakan kulit kepalanya tergelitik. Apa artinya ia akan membuatnya melakukan sesuatu yang lain kalau ia tidak menciumnya?Tentu saja, ia terlalu malu untuk bertanya padanya apa maksud kalimat 'yang la
Howard tertegun sejenak. Ketika ia melihat tangannya bengkak karena luka bakar, ia segera meraih pergelangan tangannya dan menariknya ke ruang istirahat. Ia menyalakan keran dan meletakkan tangannya di bawah air dingin yang mengalir.Sharon memelototinya. "Apa kamu melakukan ini dengan sengaja?"Howard fokus pada tangannya yang terbakar dan berkata dengan dingin, "Aku tidak sejahat itu."“Lalu kenapa kamu belum pergi? Kenapa kamu berdiri di belakangku dengan secangkir kopi?” Semakin Sharon memikirkannya, semakin banyak hal yang tampak mencurigakan.“Aku buatkan kamu secangkir kopi karena aku lihat kamu lembur.”Sharon mengejek dan berusaha menarik tangannya kembali. “Nggak perlu munafik. Kamu mau rusak hasil desain saya, bukan?!”Howard tampaknya tidak mendengarnya saat ia mematikan keran dan mengambil salep dari kotak P3K.Gerakannya terampil, tetapi ini hanya membuat Sharon lebih melawannya.“Howard Zachary, Kamu direktur desain. Jangan berpikir Kamu akan bebas dari tanggung jawab ap
Sharon melirik pria galak ini. Mungkin sudah lewat jam kantor dan tidak ada orang lain di sini, tapi ini masih kantor mereka. Tidak pantas baginya untuk pegang tangannya seperti ini, bukan?Tatapan Howard menjadi dingin selama sepersekian detik ketika ia berjalan keluar dan melihat pamannya memegang tangan Sharon. Namun, ia berpura-pura baik dan bertanya, "Paman, apa bibi mau dibawa ke rumah sakit?"Tidak ada yang tahu apakah Simon mendengar apa yang ia katakan. Ia bahkan tidak melirik Howard saat ia berjalan melewatinya sambil memegang tangan Sharon dengan erat.Secepat kilat ia membawa Sharon ke dalam lift dan menghilang dari pandangan Howard.Senyum di wajahnya sudah lama menghilang. Tangannya, yang tergeletak di sampingnya, mengepal.Ketika mereka keluar dari lift, pria itu masih memegang tangan Sharon. Ia terlihat gusar. Langkah nya Panjang hingga Sharon harus mempercepat jalannya jika ia ingin mengejarnya.Ia diam-diam menilai ekspresi di wajah pria itu. Ia tampaknya tidak dalam