Howard berjalan menuju Simon untuk mengambil Sharon dari tangannya. Namun, anak buah Simon sudah menahannya sebelum dia bisa melakukannya. "Kembalikan Shar padaku!" Howard berteriak marah. Dia kemudian melihat Sharon dan berseru, “Shar, apa kamu baik-baik saja? Kembalilah padaku." Sharon sudah tenang sekarang. Meskipun kepalanya masih sakit, dia telah mendapatkan semua ingatannya kembali . Dia juga ingat bagaimana Howard telah menghipnotisnya. Dia memandang Simon dalam-dalam dan melepaskan pelukannya. Dia kemudian bangkit berdiri dan perlahan berjalan menuju Howard.Howard berpikir bahwa dia masih mendengarkan apa yang telah dia katakan. Dia tersenyum ketika melihatnya kembali ke sisinya. Saat itu, Sharon berkata, "Howard Zachary, bagaimana bisa kamu menjadi orang yang benar-benar nggak tau malu gini?" Senyumnya membeku saat dia menatapnya dengan bingung. Dia tiba-tiba menyadari apa yang terjadi ketika dia melihat tatapan marah di matanya. Selain itu, dia juga baru saja me
“Howard Zachary, kamu sedang apa? Apa kamu sedang mengancamku dengan kematianmu dan memaksaku menikah denganmu?” Sharon bertanya sambil menatap Howard, yang berdiri di tepi atap.Sharon tidak percaya bahwa dia akan melompat ke bawah gedung. Howard menatap lurus ke arahnya dengan penuh kegilaan. "Betul sekali. Jika kamu nggak menikah denganku hari ini atau menyelesaikan upacara pernikahan, aku akan melompat dari sini,” katanya dengan suara serak. Hah… Dia benar-benar menggunakan kematiannya itu untuk mengancamnya! "Sadar! Aku nggak akan pernah menikah denganmu.” Dia bahkan tidak membalasnya karena telah menghipnotisnya. Bagaimana bisa dia begitu berani mengancamnya? "Lompatlah jika kamu ingin mati," kata Simon dingin. Tatapannya tanpa kehangatan saat dia menatap Howard. Dari sudut pandangnya, Howard telah melakukan banyak hal yang membahayakan dirinya dan Sharon. Dia tidak akan mengasihaninya bahkan jika dia mati 100 kali. "Jangan pikir aku nggak berani!" Howard berteria
"Ini akan menjadi sebuah kejutan bagiku, tidak peduli kapan pun kamu mengatakan hal ini." Sharon membenamkan dirinya dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat. Simon juga memeluknya. Jika dia tahu bahwa segalanya akan menjadi seperti ini, dia akan memberitahukannya lebih awal. Sharon tidak akan terlalu memikirkannya. Howard memelototi mereka dengan marah. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kaki Simon telah pulih. Keduanya bermesraan di depannya. Mereka benar-benar tidak menghiraukannya! "Itu palsu! Kamu pasti memasang alat tiruan. Kakimu sudah lumpuh untuk waktu yang lama. Nggak mungkin bagimu untuk bisa pulih. Ini nggak mungkin…” Howard terlihat lebih emosional daripada yang barusan. Dia mengarahkan pandangannya ke kaki Simon. Sharon merasa sedikit khawatir setelah mendengar kata-kata Howard. Dia melepaskan pegangan Simon dan menundukkan kepalanya untuk melihat kakinya sekali lagi. Simon tahu apa yang dia pikirkan. Dia menyipitkan matanya yang gelap dan menatap
Terasa sedikit dingin saat angin sepoi-sepoi menyapu kuburan. Simon melihat Sharon menggigil di sampingnya. Dia segera melepas jasnya dan melilitkannya di bahunya. Sharon bisa merasakan sisa-sisa kehangatan dan aroma tubuhnya di jas. Itu memenuhinya dengan rasa aman yang hangat. Dia memiringkan kepalanya dan bersandar di bahunya. "Howard dan Fiona akhirnya bisa bersatu kembali," katanya sambil melihat batu nisan di depan mereka. Simon telah mengadakan pemakaman untuk Howard dan menguburkannya di samping ibunya, Fiona, sehingga mereka berdua akan bersatu satu sama lainnya sekarang. Simon memandangi batu nisan itu tanpa berkata apa-apa. Dia mengulurkan tangannya untuk melingkarkannya di bahunya. Ada tatapan tenang di matanya. Setelah beberapa saat, dia berkata pada wanita yang di pelukannya, "Ayo pergi." Dia telah melakukan cukup banyak untuk Howard. Keduanya berjalan keluar dari kuburan dan masuk ke mobil yang sudah menunggu mereka di pintu masuk. Saat mobil mula
“Apa kamu sudah gila? Bagaimana bisa kamu mengatakan omong kosong seperti itu?” Hayley Night berjalan mendekat dan memukul kepalanya setelah mendengar apa yang dia katakan kepada Quincy saat dia memasuki ruang bangsal. Dia tahu bajingan ini akan berhati lembut pada Quincy Lane. Dia tidak boleh bermimpi untuk mengembalikan semua yang mereka telah miliki kepada Quincy selagi dia masih ada! Mereka sekarang adalah pemilik dari semua yang dimiliki Lanes. Dia telah membalas kematian orang tuanya juga. Quincy Lane sekarang tidak ada gunanya bagi mereka.Jika mereka melakukan sesuatu dengan caranya, Quincy pasti sudah lama mati. Dia tidak akan mengalami kondisi vegetatif.Dayton mengerutkan kening ketika dia melihat bibinya. “Aku nggak gila! Aku sungguh-sungguh dengan semua yang udah kukatakan!” Dia berteriak dengan nada yang tidak menyenangkan.Orang tua Quincy telah meninggal dunia. Dia telah membalas dendam. Tidak perlu terus menyiksanya.“Nggak, kamu pasti nggak bermaksud begitu
Quincy membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, dan suaranya yang serak keluar dari tenggorokannya. Dayton nggak tahu apa itu, karena dia sudah lama tidak bicara atau karena tenggorokannya kering. Dayton, yang telah menatapnya dengan linglung, kembali sadar. Dia bangun dengan tergesa-gesa dan mencoba membantunya. Namun, Dayton takut, jika dia akan menyakiti Quincy dengan menyentuh lukanya.Dia menarik tangan yang telah dia ulurkan ke arahnya. Quincy biasanya melakukan sesuatu dengan sederhana dan cepat, tetapi dia bahkan tidak bisa bicara dengan lancar sekarang. “Aku… Aku akan menuangkan air untukmu… Ah, aku juga harus memberitahu dokter…”Dia ingin memanggil dokter dan mengambilkan air untuknya pada saat yang bersamaan. Dia tiba-tiba nggak tau harus berbuat apa. Dayton menarik napas dalam-dalam. Dia berbalik membelakanginya dan menampar wajahnya sendiri! Ini sakit! Ini benar-benar menyakitkan! Dia berbalik untuk menatapnya langsung. Matanya terbuka lebar. Dayton benar-b
Dokter memastikan bahwa otaknya terluka parah kali ini. Dia menunjukkan tanda-tanda amnesia sekarang. "Dia... Benar-benar kehilangan ingatannya?" Dayton masih dalam keadaan tidak percaya. "Ya, dia nggak mengingat apa pun dari masa lalu," kata dokter. "Dia gak ingat apa pun?" Dayton bertanya sekali lagi. Dokter mengerutkan kening dan berkata, “Dia bahkan tidak mengenali kamu. Ini berarti dia nggak ingat banyak.”Dayton berhenti bicara dan menunduk. Kebingungan tiba-tiba memenuhi pikirannya. Dokter ini benar. Quincy bahkan tidak mengenalinya. Dia pasti sudah tidak mengingat apa pun lagi dari masa lalu. Bagaimanapun, dia telah tumbuh bersama dengannya. Jika Quincy tidak lagi mengingat apa pun, itu berarti dia tidak ingat apa yang sudah dilakukannya pada orang tuanya juga. Quincy juga tidak ingat bahwa dia telah mengambil segalanya dari Lanes. Tiba-tiba, dia merasakan campuran kegembiraan dan kesedihan. Dayton senang karena Quincy telah melupakan semua kenangan itu.
Quincy tercengang setelah mendengar apa yang dikatakan Dayton. Dia menatapnya dengan nggak percaya. Meskipun dia telah kehilangan semua ingatannya dari masa lalu, gejolak rasa sakit yang menyayat hati meluap dari hatinya dan menyakitkan seluruh tubuhnya, setelah Dayton mengatakan kepadanya bahwa orang tuanya telah meninggal dalam kecelakaan mobil. Kesedihan yang gak terkendali menguasai dirinya saat air mata mengalir di wajahnya. "Ayah, Ibu..." teriaknya pelan dengan suara parau. Dayton mengepalkan tinjunya dan mengulurkan tangan untuk memeluknya setelah melihatnya menangis. Dia mengelus kepalanya dengan kasihan dan berbisik, “Jangan sedih Nggak ada yang mengharapkan ini terjadi. Jika Paman dan Bibi tahu bahwa kamu masih hidup, mereka pasti akan merasa sangat tenang di surga.” Quincy melihat lurus ke depan saat Dayton menghiburnya. Dayton akan merawat Quincy Lane dengan baik di masa depan. Keluarga Lanes harus beristirahat dengan tenang. Quincy sangat marah. Dia tidak tah
“Sekarang aku udah selesaikan semua permintaan terakhir dia." Yvonne melirik Quincy untuk terakhir kalinya, yang diliputi keterkejutan. Dia kemudian meninggalkan ruangan.Quincy tidak mengatakan apa pun untuk membuatnya tetap tinggal. Dia terus menatap kotak abu itu. Dia menatap kotak abu dalam diam untuk waktu yang sangat lama. Terry bertanya padanya, "Nona, apa kamu percaya kalau ini abu Dayton Night?" Dia berbalik untuk melihat Terry. Sejujurnya, dia tidak terlalu percaya. "Kenapa kamu nggak lihat dulu aset yang dia transfer ke kamu dan lihat apa itu asli?" Terry menyarankan. "Bantu aku cek ini." Dia menyerahkan tumpukan tebal dokumen kepadanya sehingga dia bisa memverifikasinya. "Aku akan cek sekarang." Terry segera meninggalkan kantor. Quincy menatap kotak abu dan bergumam pelan, "Dayton Night, kamu mau ngapain lagi sekarang?" Dia terkejut ketika Terry memberitahunya bahwa Dayton benar-benar telah mentransfer semua aset dan keuangannya kepadanya setelah memverifikas
Quincy masih tenggelam dalam pikirannya ketika sekretarisnya meneleponnya melalui saluran telepon internal. Sekretarisnya memberi tahu dia bahwa seorang wanita bernama Yvonne Leif ada di sini untuk menemuinya.Dia mengerutkan kening. Yvonne Leif?Setelah memikirkannya sebentar, dia akhirnya ingat. Apakah Yvonne Leif bukan wanita yang waktu itu dengan Dayton? Kenapa dia mencarinya sekarang? Jika dia tidak mati, maka Dayton Night... Jantung Quincy tergopoh-gopoh. Dia meminta sekretarisnya untuk membawanya masuk sekaligus. Setelah beberapa saat, sekretarisnya membawa Yvonne ke kantor. Sejak Yvonne muncul di kantornya, Quincy terus menatapnya. Dia masih punya bayangan. Dia bukan hantu atau roh…Yvonne baik-baik saja dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia tidak terlihat terluka sama sekali.Apakah dia berhasil menghindari pengeboman di pulau itu?Yvonne mengenakan kacamata hitam dan memegang sebuah kotak. Dia membawa tas tangannya di pergelangan tangannya. Setelah beberapa
Ekspresi Dayton terlihat gelap saat dia menatap pulau itu dengan tatapan suram. Dia mengerucutkan bibirnya. Dia tidak punya niat untuk mengatakan apa-apa.Dia tidak ingin meninggalkan pulau itu. Yvonne dan anak buahnya adalah orang-orang yang dengan paksa membawanya pergi."Aku lebih suka tinggal di pulau itu." katanya setelah beberapa saat.Yvonne menatapnya dengan kaget. Setelah beberapa detik, dia tertawa terbahak-bahak. “Kamu memang tahu dia akan bom kamu sampai mati, kan? Itu akan lebih baik dari pada mati setelah melalui semua siksaan penyakit kamu, kan?”Setelah hening sejenak, dia berkata, "Aku berhutang budi sama dia."Bagaimanapun, dia tidak akan bisa hidup lama. Dia hanya harus memenuhi keinginan Quincy dan membiarkannya mengakhiri hidupnya secara pribadi.Dia tidak akan menyesal jika dia mati di tangannya.Yvonne tidak bisa menahan diri untuk tidak menampar wajahnya. Dia kemudian memarahi dirinya sendiri dengan keras, “Kenapa aku terlalu ikut campur?! Kenapa aku bers
Quincy mengarahkan pandangan dinginnya ke arah itu. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Ayo pergi."Terry tidak tahu apa yang dia lihat barusan. Dia hanya memperhatikan ekspresi tidak menyenangkan di wajah Quincy..Dia mengikutinya dan bertanya, “Nona, di mana bajingan itu, Dayton Night? Apa Nona mau saya tangkap dia dengan tangan saya sendiri?” Dia tidak berpikir bahwa dia akan membiarkan Dayton pergi.Quincy tidak berhenti berjalan. "Nggak usah. Aku tahu gimana hadapin dia.”Ada sedikit kebrutalan dalam suaranya yang dingin. Terry sedikit terkejut. Dia sepertinya mengerti sesuatu. Dia berhenti berbicara dengannya setelah itu. Helikopter sudah menunggu mereka di luar. Quincy dan Terry naik ke helikopter.Di bawah mereka, pulau itu dalam kekacauan besar. Tidak ada yang bisa menghentikannya pergi sekarang."Nona, bisa kita pulang sekarang?" tanya Terry.Quincy melirik situasi di bawah dan menatapnya. Ada ekspresi yang sangat tenang di wajahnya. "Kamu bawa banyak bahan peleda
“Dokter Leif, datang dan lihat Tuan Muda. Dia muntah darah lagi,” salah satu anak buah Dayton memberitahunya begitu mereka melihatnya.Yvonne berjalan di depan Dayton. Dia melihat darah yang dimuntahkannya ke lantai. Dia tidak lagi terganggu akan hal itu. “Kalian harus belajar membiasakan diri dengan hal seperti ini. Lagi pula, itu akan sering terjadi nanti.”Anak buah Dayton tercengang. Apa artinya itu? Tuan Muda akan sering muntah darah nanti? Dayton bersandar di sofa di belakangnya dan memejamkan mata. Dia tidak punya tenaga untuk bicara lagi. Yvonne tidak ingin menghukumnya setelah melihat kondisinya saat ini. Dia jelas tahu bahwa dia telah menyerah pada dirinya sendiri sejak lama. Dia hanya menunggu kematiannya sendiri. Karena itu, dia tidak buru-buru untuk melakukan pengobatan akupuntur pada dirinya. Grhhhh…Grrrhhrh…Grrrrhhhh…. Gemuruh suara keras terdengar dari luar. Dayton segera membuka matanya. Kedengarannya seperti sebuah pesawat terbang?Dia segera memberi ta
Quincy sangat marah hingga wajahnya memerah. Jika dia tidak ditahan oleh pengawalnya, dia pasti akan mencekiknya sampai mati sekarang!Yvonne, yang mengawasi mereka di samping, tidak bisa memaksa dirinya untuk terus menonton mereka lagi. Dia merasa sangat canggung sebagai orang luar. Karena itu, dia bangkit dan berkata, "Kalian harus makan pelan-pelan." Dia meninggalkan ruangan setelah berbicara.Dia benar-benar tidak bisa memahami seseorang seperti Dayton Night. Mengapa dia begitu gigih mendapatkan Quincy Lane?Sebenarnya, dia memang pria yang gigih. Namun, dia pasti malah sebuah mimpi buruk bagi Quincy.Dia bisa tahu betapa Quincy membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan menyandera Lennon. Dia ingin meninggalkan pulau ini.Mungkin cinta bukan hanya tentang memberi. Beberapa jenis cinta didefinisikan oleh belenggu dan pemenjaraan juga. Dayton tidak hanya menjebak Quincy, tetapi dia juga melakukannya pada dirinya sendiri. Namun, mungkin ini adalah keinginan terakhirnya dalam h
Yvonne menatapnya. Dia tiba-tiba kehilangan kata-kata.Quincy didorong kembali ke kamarnya. Pintu kamarnya kemudian ditutup rapat. Dia mendengar suara kunci terkunci di luar. Sialan, Dayton Night. Dia menyuruh anak buahnya untuk menguncinya. Dia benar-benar kehilangan kebebasannya. Quincy tidak punya ide lagi. Dia hanya bisa berpuasa. Dia lebih baik mati daripada dipenjara olehnya.Dia mulai berpuasa.Anak buah Dayton segera melaporkan situasi ini kepadanya. Dia ingin pergi untuk melihatnya, tetapi dia benar-benar tidak punya energi sekarang.“Bawa dia.” Dia tidak punya pilihan selain meminta mereka membawa Quincy ke kamarnya. Sebelum Quincy tiba, dia meminta Yvonne untuk membantunya ke sofa agar dia bisa duduk. Dia tidak bisa membiarkan Quincy melihatnya terbaring di tempat tidur dengan begitu sakit. Yvonne mau tidak mau bertanya, “Kenapa kamu harus melakukan ini? kamu berusaha keras untuk pura-pura baik-baik aja di depan dia. Nggak bisa apa kamu kasih tahu dia soal penyak
Quincy mau tidak mau merasa terkejut setelah melihat penampilan Dayton. Dia menatapnya dengan tatapan yang membuatnya tampak seperti akan memakannya hidup-hidup!"Kamu di pulau?" dia bertanya padanya. Mengapa anak buahnya menipunya? "Apa kamu coba sandera anak buah aku untuk kaburi karena kamu ngira aku nggak ada di sini?" Dayton dipenuhi amarah. "Dayton Night, apa yang kasih kamu hak untuk menjebak aku di sini?" Seharusnya dia yang marah padanya.Saat itu, Yvonne mengejarnya.“Kamu harus kembali.” Dia mengingatkan Dayton setelah berjalan ke sisinya. Namun, pikiran Dayton hanya dipenuhi dengan pikiran tentang Quincy. Seolah-olah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Yvonne.Kilatan mengejek muncul di tatapan Quincy ketika dia melihat Yvonne juga ada di pulau itu. Tidak heran anak buahnya tidak mau memberitahunya bahwa dia sudah berada di pulau itu. Dia telah membawa wanita lain. Mustahil baginya untuk tidak mengenali wanita ini. Dia adalah wanita yang dia permainkan di rum
Saat itu, Lennon mendeteksi nada mengejek dalam suaranya. Dia sama sekali tidak peduli apakah mereka lelah atau tidak.Dia menundukkan kepalanya dan mengupas apel dengan saksama. Dia tidak berniat untuk terus berbicara dengannya lagi. “Biarin aku kupas sendiri. Tangan kamu nggak bersih.” Quincy secara alami meraih pisau itu. Lennon tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya merasa sedikit ketakutan. Dia menyerahkan pisau dan apelnya sekaligus. Namun demikian, Quincy hanya mengambil pisau buah itu. Dia tidak mengambil apel darinya. Sementara dia bertanya-tanya apakah dia pikir tangannya kotor, dia memegang pisau buah dan mendekatinya. Dia segera meletakkan pisau di lehernya. “Nyonya Muda, kamu…” Lennon akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Ini adalah tujuan sebenarnya. Quincy menatapnya dengan dingin dan berteriak dengan dingin, “Jalan!"Lennon tidak punya pilihan selain mematuhinya dan berjalan keluar.Orang-orang yang berdiri di dekat pintu terkejut ketika mereka meli