Sungguh biasanya Andri sangat membenci suara anjing tapi kenapa saat ini ia lega sekali. Anjing itu masih bersuara bahkan sekarang banyak anjing yang mengonggong menyahut antara satu sama lain.Nafas Andri yang tadinya berhenti seketika lega di susul dengan cahaya lampu sorot yang menyoroti lelaki itu."Andri!"Seketika para manusia itu berbalik kembali lalu menyusul Andri yang masih mematung. Pantulan cahaya itu mengenai mata Harimau yang membuat sosok itu silau."Andriii!"Kali ini Harimau itu benar benar kalah, ia memilih untuk mundur alih alih meraung ke arah kerumunan manusia yang jelas jelas bisa membantainya jika ia nekad bertarung sendiri. Dalam tatapannya ia masih memandang Andri dengan penuh tekad juga amarah, seolah seolah ia mengatakan bahwa mereka akan bertemu lagi lalu mahkluk loreng itu menghilang ke arah berlawanan, ia lari begitu saja meninggalkan Andri yang sungguh sangat bersyukur. "Kamu baik baik saja Ndri?" Andri mengangguk, ia menatap Jaden yang mukanya penuh d
Seketika badan Vasya membeku, ia menoleh ke arah asal suara tapi ia tak melihat siapa siapa. Yang ada hanya Andri disampingnya, lelaki ituterus menerus mengoceh bahwa ia hampir mati karena Harimau serta ranjau sialan yang ternyata tidak aktif. "Untung Jaden segera datang." Mendengarnya bukannya membuat Vasya tenang malah tambah was was, ia melihat sekeliling tapi Jaden masih belum kelihatan. Sementara itu ia kemudian bertanya tentang keberadaan Kalan serta Viola yang tadi terpisah dengannya. "Mereka sudah di tangani." Lega mendengar Andri berkata demikian, satu beban pikiran Vasya sirna tapi tak semudah itu bukankah ia belum bertemu dengan Jaden. Bagaimana kabar lelaki itu, apakah ia marah atau.. "Vasya!" Lagi lagi suara itu nampak meneror Vasya, gadis itu celingak celinguk mencari bunyi bunyian yang khas milik Jaden. "Sya, sebelah sini!" Vasya lagi lagi bingung, ia celingak celinguk mencari ke segala arah tapi masih tidak menemukan siapa siapa. Kenapa bisa begitu pad
Setelah mengatakannya tiba tiba ada angin yang cukup kencang, melihat fenomena alam yang seperti itu langsung membuat Andri lari menyusul Jaden yang sudah ada di depan. Pokoknya mereka harus wirid serta tawakal di sepanjang perjalanan kalau tidak kemungkinan mereka pulang amatlah sangat kecil. Misi Andri kali ini harus membawa pulang Vasya lalu meruqyahnya dan tentu mamanya harus tahu apa yang terjadi. Kenapa Vasya tak memberitahu dari awal kalau setiap tahunnya ia melewati hutan yang begitu angker begini. Harusnya bisa di cegah lebih awal jika gadis itu mau bicara.Harusnya Vasya bisa di bentengi oleh sesuatu saat berada di sekitaran sini. Entah kenapa Andri merasa cikal bakal kekufuran leluhurnya berasal dari sana, ular hijau bermotif putih yang sering datang ke rumah sudah jelas bermukim disini, ia bahkan tak kaget saat ular itu sekarang melintas di depannya. Malah tandanya ia harus cepat bergegas. Vasya masih meracau sambil memakan beng beng dan Jaden sibuk mendengarkan sementar
"Sok kaya kamu!" Jaden menolehnya, ia menatap omongan remeh Vasya dengan kebingungan. Mau marah tapi itu Vasya mau nyolotpun ia memang sudah bukan putra orang kaya lagi. "Aku mampu beli yang kamu mau, sebut saja." Cuihhh Huuuuuu sok banget! Vasya masih memandangi sweternya dengan perasaab tak menentu, sekarang mukanya merah tapi bukan karena marah melainkan karena malu. "Ayo mau yang merk apa?" Sementara itu Andri yang dari tadi was was hanya bisa melongo, ia merasa bersalah tentu saja tapi ia juga merasa ketakutan dengan Ratu ular yang sepertinya masih mengincar kakaknya. Uniknya kedua sejoli itu bukannya panik atau waspada tapi malah mereka sesantai itu untuk membahas sebuah merk tas. "Kak." "Apa!" Vasya melengos menatap ke arah lain dan ia melihat sosok dayang dayang Ratu ular tak jauh dari posisi ia berjalan. "Jangan ributin merk pokoknya kita harus keluar lalu cari Kyai Shahid." Mendengarnya Vasya juga ikutan mengangguk, jelas urusan dengan Ratu ular itu b
"Bagaimana?!" Suara khas wanita serak itu membuat Vasya tersenyum, babak ini dia sungguh pasti menang. Jaden masih saja membaca surah surah yang ia hafal sementara itu Andri tetap mengucapkan nama Allah bersama dengan beberapa tim SAR yang ikut nyasar. "Lepaskan kami." Mata Ratu itu membulat dan kini semakin merah seperti darah. Ia jengkel dengan sifat manusia yang tak tahu di untung, sudah jelas jelas Vasya berutang budi padanya tapi anak manusia sialan itu malah sekarang mengancamnya dengan Jaden. "Tidak semudah itu!" "Suruh dia Stop!" Vasya menggeleng, ia senang sekali melihat Ratu itu tampak gelisah. Sungguh rasanya menyenangkan juga bisa mendengar calon suaminya ternyata hafiz Al-quran padahal dulunya Jaden fanatic bible loh. "Stop Vasya!!!!!" Suaranya makin menggila dan Jaden tambah mengencangkan lantunan Surga yang ia coba tunjukkan, semua mahkluk rasanya sangat terusik, mereka bahkan tak berani mendekat. Hanya gestur mereka dan energi mereka yang berubah marah, mereka
Kain merah putih yang Vasya bawa ada di bawah handuk pink mandinya. Tadi kata pak ustad semua energi negatif sudah di alihkan pada selembar kain yang tadinya suci itu."Itu apa Sya?""Hah?""Ini kan bulan September bukan Agustus?"Vasya hanya tersenyum menjawab Kalan sementara Viola masih menunggu jawaban Vasya akan siapa sosok ular yang meneror mereka beberapa jam lalu."Siapa ia Sya, Kenapa aku berasumsi bahwa kalian sudah lama mengenal, bukan berarti aku menganggap kamu musyrik lo ya."Vasya Sangat paham dengan apa yang barusan Viola omongkan, ia memang mengenal sosok ular itu jauh jauh tahun sebelumnya bahkan Andri yang baru berumur setahunpun sudah kenal dengan sosok Ular yang dulunya selalu menempel pada tubuh Vasya."Dia ular siluman yang suka mengganggu keluargaku turun temurun."Andri yang menjawab dan kedua temannya tampak saling pandang."Begitu Sya?"Tentu Vasya hanya bisa mengangguk, secara garis besar memang begitu. Ular itu memang parasit di keluarga Vasya yang sama sek
Dalam hati Vasya berdoa, ia tak ingin mendengar nama Amanda di sebutkan, pokoknya kalau sampai iya maka setelah ini Vasya lebih baik pergi lalu berlanjut mencaci maki Jaden untuk membuang sakit hatinya. Mana bisa Armin dipercaya kalau ia saja masih berhubungan dengan Amanda walaupun hanya sekedar bertukar kabar. "Amanda?" Armin agak terkejut mendengar nama itu disebut tapi anehnya lelaki itu tak menggeleng tapi juga tak mengangguk. "Bukan." "Lalu siapa?" Lelaki itu melihat amarah di mata Vasya yang berkilat kilat dan entah kenapa itu menenangkan, harusnya dari dulu ia mempercayai nalurinya saja bukannya malah menuruti perjodohan yang disiapkan orangtuanya. Samar Armin sedikit tersenyum ia senang dengan fakta Vasya marah gara gara Amanda. "Jaden, ia yang meminta tolong untuk menurunkan kapilot handal agar bisa mencarimu via udara." Deg. Segitunya Jaden melakukannya! " Iya itu Jaden!" Kemudian Vasya terdiam seribu bahasa, ia tak tahu harus menjawab yang bagaimana. Da
Setelah mengucapkannya Armin memeluk Vasya tanpa permisi sementara itu Vasya terpaku menatap siluet seseorang di pojokan yang sedang mengawasi mereka. Kostum mereka sudah pasti kalau mereka itu demitnya Ratu Pandan Wangi."Nggak apa apa kok.""Beneran?"Vasya lagi lagi tak bisa mengatakan sejujurnya, yang ia sayangkan kenapa Ratu itu masih di sekitarnya padahal harusnya mereka tak ada urusan lagi sedikitpun. "Hey, lihat sini?""Hmmm."Mau tak mau Vasya kini memerhatikan Armin sambil berusaha menyunggingkan senyum termanisnya. Ia sungguh berusaha untuk terlihat antusias dengan apa yang sedang lelaki itu kini bicarakan. Dan kemudian ada kata yang sepertinya ambigu bagi Vasya.Benar, Amanda pasti masih terlibat dengannya, Armin masih sering bertukar kabar dengan Amanda walaupun videonya viral. Lagi lagi Vasya tak habis pikir. Ia hanya bisa geleng geleng sambil menyilangkan tangannya. Tapi Armin masih belum sadar jika Vasya dalam mode jengkel setengah mati."Stop!""Kamu bilang Amanda ya