Share

Maaf

Author: Danea
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

Tepat pukul 19.00 wib, Langit dan Green tiba di gang sempit menuju rumah Green. Sedari tadi Green tak henti tersenyum, ia sangat bahagia bisa bertemu dan bermain dengan Rubi dan kawan-kawan. Mereka membuat Green sedikit lupa pada kesedihan dan patah hatinya. Hal itu disadari Langit, Langit yakin saat ini suasana hati Green sudah lebih baik bahkan sangat baik.

“Ekhem, seneng banget kayaknya.” Suara deheman itu menyadarkan Green bahwa saat ini ia masih berada di mobil Langit.

“Eh, udah sampe, ya?” Green hendak melepas safety beltnya, namun Langit lebih dulu melakukan itu.

“Gak usah berlebihan, saya bisa sendiri!” Bukannya mengucapkan terima kasih, Green malah berbicara dengan nada ketus pada Langit.

“Iya, iya, yang apa-apa bisa sendiri, giliran galau tetep aja butuh saya,” sindir Langit.

Green yang tahu Langit menyindirnya menatap tajam Langit. “

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aster [Indonesia Ver.]   Sabar

    Perdebatan malam itu membuat Langit dan Cherry terlibat perang dingin. Terlihat Dari meja makan yang sepi, baik Cherry maupun Langit tak ada yang duduk di sana. Sudah sejak sepuluh menit yang lalu Bi Ruri menyiapkan sarapan dan memberitahukan kepada dua majikannya, bahwa sarapan sudah siap. Namun, keduanya seolah tak mendengar. Langit memilih berolahraga, lari di sekitar komplek kemudian lanjut bersepeda. Sementara Cherry, wanita itu belum keluar kamar sejak semalam.Ditempat yang berbeda, Green tengah memfokuskan pandangan pada layar monitornya. Ia sedang membaca email dari Langit berkaitan dengan detail pekerjaan selama menjadi asisten pribadi laki-laki itu. Tertulis beberapa poin di sana, salah satunya Green harus ikut setiap roadshow yang dilakukan Langit. Yang lainnya, jangan ditanya. Masih sangat banyak, belum lagi Langit juga meminta Green mengurusi media sosial yang digunakan laki-laki itu untuk menunjang pekerjaan. Green baru tahu bahwa Langit juga sering me

  • Aster [Indonesia Ver.]   Menjaga dan Memastikan

    Maju, mundur lagi, maju, mundur lagi, begitu seterusnya. Cherry tengah berada di depan ruang kerja Langit, mau tak mau ia harus berbicara dengan lelaki itu karena sedari tadi Revan terus mengganggunya. Laki-laki yang minggu lalu meminta tolong pada Cherry agar membantunya berbicara pada Langit karena tak ingin mengulang mata kuliah yang diampu oleh sang kakak. Tangan Cherry terangkat untuk mengetuk pintu, namun ia ragu. Akhirnya Cherry putar arah, ia belum mau berbicara dengan Langit. Belum sempat langkahnya menjauh, ponselnya lagi-lagi bergetar, menampilkan nama Revan di layar.“Lo bawel banget sih jadi cowok!” maki Cherry setelah panggilan terhubung.“Cher, ini aku.” Suara lembut Zein terdengar dari balik telepon. Cherry mengecek ponselnya. “Bener kok nomor Revan,” gumamnya dalam hati.“Revan nyamperin aku ke rumah, dia minta tolong supaya─”“Nanti aku telepon lagi ya sayang.”

  • Aster [Indonesia Ver.]   Langit dan Keira (1)

    5 tahun lalu “Masuk dulu yuk, Sky,” ajak Keira saat Langit mengantarnya pulang.“Di rumah ada siapa?” tanya Langit sambil membuka safety belt Keira.“Ada adik aku aja, Mama Papa masih di luar negeri, sibuk sama kerjaan,” jawab Keira tiba-tiba murung.Selama menjalin hubungan dengan Keira, Langit memang belum pernah bertemu langsung dengan kedua orang tua Keira. Bahkan, saat acara pertunangan kedua orang tua Keira hanya menyaksikannya lewat panggilan video, mereka tak bisa pulang lagi-lagi karena alasan pekerjaan.“Hei, jangan sedih dong, kan ada aku. Aku janji bakal selalu temenin kamu.” Langit menatap dalam bola mata Keira, ia selalu tak tega jika melihat Keiranya sedih.Keira tersenyum tipis. “Makasih ya, Sky, makasih karena kamu udah berusaha selalu ada.”“Iya sayang, aku akan usahakan

  • Aster [Indonesia Ver.]   Langit dan Keira (2)

    Keira yang sejak pagi sudah di cecar berbagai media untuk dimintai keterangan tampak kelelahan. Ia menandaskan botol air mineral yang diberikan sang manajer. “Thanks,” ujarnya setelah menghabiskan hampir separuh.“Lo lain kali hati-hati, Kei, karir lo bisa hancur gara-gara ini, sekarang aja udah hampir semua brand ngecancel lo, mereka gak mau pake model yang terlibat skandal!” Bukannya menenangkan, lelak itu malah ikut-ikutan mencecar Keira. Keira memijit pangkal hidungnya perlahan, ia tak habis pikir mengapa foto lama itu bisa muncul ke permukaan.“Ini pasti ada yang mau ngancurin karir gue!” tekan Keira.“Iya, lo bego habisnya, main lo kurang cantik. Sekarang lo tinggal berdoa aja, semoga tunangan lo itu gak ikutan ngecancel lo!”Keira melotot ke arah sang manajer. Ia hendak berdiri namun tangannya ditahan. “Lo mau ke mana? Di luar itu orang lagi pada nungguin

  • Aster [Indonesia Ver.]   Butuh Saya

    Hari ini adalah hari pertama Green menyandang status sebagai asisten pribadi Langit, mulai hari ini hingga enam bulan ke depan ia harus bisa mengontrol emosinya terhadap Langit, sebab saat ini laki-laki itu merupakan bosnya.Pagi-pagi sekali Green sudah bersiap, sebelum berangkat kuliah ia harus mengirim pesan terlebih dahulu pada Langit untuk membeitahukan agenda laki-laki itu. Dengan lincah, Green mengetikkan sesuatu di ponselnya kemudian menyimpan ponsel itu ke dalam tas. Green melihat pantulan dirinya di depan cermin, pagi ini ia bertekad untuk menjadi Green dengan semangat baru, meyimpan segala duka dan lara pada bagian terkecil dalam hatinya, untuk kemudian dijadikan pengalaman dan pembelajaran hidup ke depan. Senyum lebarnya membuktikan bahwa ia telah siap memulai hari, Green mengenakan sepatu kets berwarna putih dan celana jeans hitam serta kemeja biru langit . Rambut panjangnya diikat asal namun tetap rapi, sebelum berangkat Green mengecek penampilannya.&ldqu

  • Aster [Indonesia Ver.]   Jangan Mudah Percaya

    “Gue anter pulang ya,” ajak Daren saat Reina sudah terlihat lebih tenang.Reina menatap Daren lekat, dalam hati ia bertanya-tanya. Untuk apa Daren bersikap baik padanya? Muncul pikiran negatif bahwa saat ini Daren hanya sedang memanfaatkan dirinya untuk sebuah tujuan tersembunyi atau bahkan sebenarnya laki-laki itu tengah menertawakannya?“Lo gak usah mikir macem-macem, gue cuma kasihan aja sama lo. Udah jadi istri, masih aja dicampakin,” ujar Daren terus terang. Tidak ada yang salah dengan ucapan Daren, karena faktanya memang begitu. Reina lah yang selama ini terlalu naif, tak melihat semuanya dengan mata terbuka.“Ya maaf kalau selama ini kata-kata gue selalu nyakitin. Gue cuma mau lo sadar dan buka mata lo lebar-lebar, Alta itu gak beneran sayang sama lo, Rei.” Reina bukan tak tahu, ia sangat tahu. Namun ia sudah terlanjur masuk dalam perangkap Alta, tak bisa lagi mundur atau pun putar balik.“Thanks,

  • Aster [Indonesia Ver.]   Latihan

    Regita sangat bersemangat sore ini, sudah lebih dari tiga kali ia melihat pantulan dirinya di cermin. Regita ingin memastikan bahwa penampilannya sudah rapi, sore ini ia akan bertemu Langit, dosen sekaligus penulis favoritnya. Regita tak mau melewatkan kesempatan itu, ia ingin belajar banyak dari Langit. Saat hendak keluar kamar, Aira tiba-tiba datang dan menggodanya. “Duhhhh cantik banget, mau ke mana, sih?” tanya Aira sambil tersenyum menggoda.“Mau ketemu dosen, Kak.”“Sore-sore gini?” tatapan Aira penuh selidik, tak lama kemudian ia tersenyum lebar. “Ketemu dosen atau…”“Ketemu dosen Kak, mau diskusi soal judul skripsi,” bohong Regita.Tentu saja Regita harus berbohong, karena jika ia berkata jujur bisa-bisa Aira tak mengizinkannya pergi.“Okei, Kakak izinin.”“Makasih Kak, yaudah aku pergi ya,” pamit Regita saat melihat jam sudah menunjukkan pukul

  • Aster [Indonesia Ver.]   Di Mana?

    Violet menatap kepergian Cherry dan Zein penuh arti, setelah persahabatannya dengan Cherry rusak, ia tak pernah lagi berkomunikasi dengan wanita itu. Padahal dulu, mereka selalu pergi bertiga karena Cherry selalu memintanya untuk ikut ke mana pun ia dan Zein pergi. Tapi hari ini, mereka hanya berdua. Cherry dan Zein melewatinya begitu saja, bahkan menatap ke arahnya saja tidak.“Cher.., tunggu!” Violet mengejar Cherry yang tadi melewatinya.Cherry memutar bola matanya malas, ia sudah tak mau berurusan lagi dengan Violet, melihatnya saja ia tak sudi. “Apalagi?” tanya Cherry tak ingin basa-basi.“Gue perlu bicara, berdua sama lo,” ujar Violet sambil menatap ke arah Zein.Zein yang paham arti tatapan itu melepas tangan Cherry yang sedari tadi bergelayut manja di lengannya. “Kamu ngobrol dulu gih sama dia.”“Males sayang, gak penting,” tolak Cherry.Hati Violet mencelos mendengar jawaba

Latest chapter

  • Aster [Indonesia Ver.]   End

    Meskipun kemarin kedatangannya tak membuahkan hasil, Langit tak menyerah. Sore hari setelah pulang dari kampus, ia kembali mendatangi rumah Green. Namun, sudah satu jam menunggu Green tak kunjung datang. Langit mulai gelisah dan bertanya-tanya, apakah Green tak ada di sini? Lantas, kemana wanita itu pergi? Ponsel wanita tersebut tak bisa dihubungi, bahkan pesan yang ia kirimkan pun belum dibaca. Apa Green telah memblokir nomornya? Berbagai asumsi memenuhi kepala Langit. Rasa bersalah dan penyesalannya semakin besar, ia tak henti mengumpat pada diri sendiri, merutuki segala kebodohan yang berujung kepergian Green dari sisinya. Hari sudah mulai gelap, tak jua ada tanda-tanda kehadiran Green. Tiba-tiba, ponsel di saku celana Langit bergetar, menampilkan sebuah pengingat. Langit tersenyum, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima, hampir saja Langit melupakan momen itu.&n

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kehilangan (lagi)

    Pikiran Langit benar-benar kalut. Berhari-hari ia tak pulang dan selama itu pula tak berkomunikasi dengan Green. Langit benar-benar mengabaikan wanita yang dahulu mati-matian ia perjuangkan. Saat ini, tujuan Langit hanya satu, mencari dalang dibalik kematian Cherry. Ia tak lagi memikirkan tentang Green, bertanya soal kabar wanita itu saja tidak. Sebulan telah berlalu, Langit berhasil memecahkan teka-teki itu dengan bantuan beberapa teman yang memang ahli di bidangnya. Dugaan Langit benar, Cherry tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Semua data yang ditemukan polisi dan pihak rumah sakit adalah sesuatu yang sudah disusun dan direncanakan dengan matang. Hari ini, Langit datang ke kantor polisi untuk bertemu pelaku sebenarnya, Zein dan Violet. Mereka ditangkap atas tuduhan pembunuhan berencana. Langit puas saat

  • Aster [Indonesia Ver.]   Bertengkar

    “Green, tolong kamu jawab semua pertanyaan saya dengan jujur,” ujar Langit begitu mereka sampai di rumah. Disaksikan oleh Kalila dan Jerry, ia berniat menginterogasi Green. Kalau benar Green menjadi penyebab kematian Cherry, Langit tak akan segan menjebloskan wanita itu ke dalam penjara sekalipun mereka masih terikat hubungan pernikahan. Green merasa diperlakukan seperti penjahat oleh Langit. Ia duduk di depan Langit, di samping kanan dan kirinya ada Jerry dan Kalila yang juga tengah menatap intens ke arahnya.. “Sebenarnya ada apa, Lang?” tanya Kalila tak paham. Pasalnya, Langit terlihat begitu marah pada Green. “Kata Violet, Green ke kost Cherry di malam terakhir sebelum dia meninggal,” terang Langit. “Jangan bilang kamu mencurigai Green? Sudah lah Lang, polisi bahkan rumah sakit bilang Cherry meninggal karena bunuh diri, bukan dibunuh,” ujar Kalila yang perlahan mulai ikhals dan menerima kepergian Cherry. “Gak Bun, Langit masih belum percaya

  • Aster [Indonesia Ver.]   Duka

    Sepulang dari mengajar, Langit teringat pada Cherry. Sudah lama sekali ia tak bertemu adiknya. Karena hal itu, Langit memutar arah mobilnya menuju indekos sang adik, tiba-tiba ia sangat ingin bertemu untuk sekadar menyapa dan memasikan Cherry baik-baik saja. Jalanan yang padat membuat Langit membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di sana. Ia memutuskan memberi tahu Green akan pulang terlambat, sekaligus menghubungi Cherry perihal kedatangannya. Sampai beberapa kali panggilan, tak ada satu pun yang mendapat jawaban. Langit menerka-nerka, kemana adiknya hingga tak menjawab telepon? Apa mungkin masih bekerja? Sepertinya tidak, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 wib. Langit mengemudi secepat yang ia bisa. Perasaanya tidak enak entah karena alasan apa, yang jelas saat ini keinginannya untuk melihat wajah sang adik amat besar. “Semoga kamu baik-baik aja,” lirih Langit sembari terus mengemudi. Langit tiba di indekos Cherry saat matahari sudah r

  • Aster [Indonesia Ver.]   Obat Penggugur Kandungan

    Keesokan harinya, Green benar-benar tak keluar kamar. Tak menjawab telepon dan chat, tak juga menggubris saat Langit mengajaknya sarapan. Emosi Green masih belum reda, hatinya belum menerima saat tahu bahwa Langit menikahi dirinya hanya karena wajah dan sifat serta kebiasaannya mirip dengan Keira.Green masih berbaring dengan posisi terlentang, matanya menatap langit-langit. Raganya memang di kamar, namun pikirannya bercabang. Ia tak bisa berhenti memikirkan Cherry. Bagaimana kabarnya hari ini? Apakah wanita itu sudah menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang menimpanya?“Cher, semoga lo baik-baik aja,” batinnya.Tak ada lagi suara ketukan pintu dan Langit yang memanggilnya. Tampaknya, lelaki itu sudah berangkat ke kampus. Green memanfaatkan situasi itu untuk mengisi perut dan kerongkongannya yang terasa kering. Hari ini, ia sengaja meminta izin tidak mengajar dengan alasan sakit.Green berjalan dengan langkah pelan. Wajah dan m

  • Aster [Indonesia Ver.]   Kenyataan

    “Darimana kamu? Kenapa telepon dan chat saya gak ada yang dijawab?” cecar Langit saat Green menginjakkan kaki di rumah mereka. Green melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan tersebut. “Green, saya ini suami kamu. Gak seharusnya kamu bersikap begini. Pergi gak ngasih kabar, pulang malem basah-basahan, kamu pikir saya gak khawatir?!” tanya Langit seraya mencekal pergelangan tangan Green agar wanita itu mau menatapnya. Green tak menggubris. Ia berusaha melepaskan tangan Langit. “Lepas!” titahnya dengan suara dingin. “Kamu kenapa? Tolong kasih tahu, salah saya dimana? Kalau kamu begini saya bingung. Dari tadi saya teleponin berkali-kali gak ada satupun yang diangkat. Marah?”&n

  • Aster [Indonesia Ver.]   Rapuh

    Green menunggu kedatangan Cherry dengan sabar. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia berada di depan indekos seraya mencoba menghubungi ponsel wanita tersebut, namun tak mendapat jawaban. Tak lama berselang, ponsel Green berdering. Nama Langit tertera di layar, cukup lama ia membiarkan dering itu hingga mati dengan sendirinya. Hari ini, Green sudah putuskan untuk menginap. Ia perlu waktu untuk berpikir jernih lebih dulu. Karena jika langsung bertemu Langit, dirinya akan emosi dan perang dingin di antara mereka semakin menjadi. Hujan di luar sana masih belum reda. Green menatap rintik air yang kian deras membasahi bumi, sembari membiarkan pikirannya melanglangbuana. Benda pipih di tangannya kembali berdering, membuyarkan lamunan Green sore menjelang malam itu. Hatinya tak bergairah untuk menjawab panggilan tersebut. 

  • Aster [Indonesia Ver.]   Runtuh

    Tanda dua garis biru menjadi penyebab Cherry menangis tersedu-sedu. Ia mengamati benda di tangannya sekali lagi, menolak percaya bahwa apa yang dilihatnya benar sebuah tanda yang menyatakan dirinya positif hamil. “Gak, ini pasti gak bener.” Cherry mengambil taxpack terakhir kemudian menggunakan benda itu. Selang beberapa menit, hasilnya keluar. Cherry berharap dapat melihat garis satu di sana. Namun nihil, tandanya tetap sama. Tangisnya pecah begitu saja. Secepat kilat, Cherry menyambar ponselnya dan menghubungi orang yang paling bertanggungjawab atas semua hal yang terjadi hari ini. “Zein.., angkat dong,” gumam Cherry seraya menggigit bibir bawahnya. “K

  • Aster [Indonesia Ver.]   Terungkap (2)

    “Hai, sori telat. Udah lama?” Green duduk di hadapann Regita dengan napas terengah.Regita tak langsung menjawab, ia menyodorkan jus jeruk miliknya kepada Green yang langsung diminum oleh wanita itu. Green masih mengenakan baju guru, keringat di keningnya tercetak jelas.“Gak apa-apa. Lo dari sekolah langsung ke sini?” tanya Regita basa-basi.Green mengangguk. “Jus lo?” Gelas berisi jus itu hanya tersisa setengah, ia menatap Regita tidak enak.“Santai, bisa pesen lagi.” Regita tersenyum, ia memanggil pelayan kafe yang kebetulan lewat. Keduanya memesan dua minuman dan makanan ringan yang berbeda.“Thanks udah mau dateng,” ucap Green saat pelayan kafe tersebut sudah pergi.“Sama-sama. Jadi, lo mau tanya apa?” tanya Regita.Green menghela napas berat. Ia bingung harus memulai darimana. Ada banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya saat ini.

DMCA.com Protection Status