Beranda / Urban / Asmara Ibu Asrama / Bab 32. Pria Misterius

Share

Bab 32. Pria Misterius

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Akhirnya, rumah Julian. Ada di dalam perumahan itu, di blok agak ke tengah. Rumahnya tidak terlalu besar, berlantai dua. Warna dindingnya putih dengan pagar bercat hitam. Taman kedil di halaman deoan terlihat manis dan tertata rapi.

"Ibu!" Suara Wenny menyambut Astri begitu Astri turun dari mobil. Sepertinya gadis itu sudah tahu kalau Astri akan datang.

Wenny seketika memeluk Astri erat begitu berhadapan dengannya. Dan seperti biasa mengalir seperti sungai yang deras, Wenny bercerita. Wenny menggandeng Astri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Beneran Kak Juan bawa Ibu ke sini. Kirain dia mau ngerjain aku. Mana udah agak malam, kan?" Wenny membawa Astri ke ruang tengah.

Di sana ada pantry untuk mereka bisa duduk dan minum atau makan makanan ringan. Menarik sekali. Rumah Julian yang tampak sederhana, tetapi unik. Astri merasa Julian memang berbeda.

Wenny mengajak Astri berkeliling rumah itu dan menunjukkan semuanya. Dari lantai satu sampai ke atap yang terbuka dengan gazebo kecil d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 33. Serangan Mulai Datang

    Mata Astri berkelana memperhatikan setiap deret rak yang menampilkan bermacam model boneka. Boneka manusia, binatang, berbentuk buah, bunga, dan yang lainnya. Ada juga boneka super hero, dari Superman, Batman, Captain America, Hulk, semua ada."Masih belum ketemu? Mungkin boleh aku kasih saran," kata Julian yang terus di samping Astri."Oke, boleh," ujar Astri sambil menganggukkan kepala."Mungkin yang bisa mewakili malam ini. So, we won't forget tonight." Julian memandang Astri.Astri tersenyum lagi. Mulai muncul di benak Astri apa yang akan dia pilih. Astri berbalik melihat pada rak yang ada di belakangnya. Astri melangkah pasti ke bagian mana dia menuju.Astri memperhatikan bagian tengah dari deretan boneka di depannya. Ada boneka anak kecil dua berjajar, laki-laki dan perempuan. Tangan Astri terulur mengambil keduanya. Dia tunjukkan pada Julian."Wow, so cute." Mata Julian melebar."Kita pegang masing-masing. Kamu bawa boneka cewek, aku bawa boneka yang cowok." Astri memberi pesan.

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 34. Godaan Pelanggan

    Hari masih gelap Julian terbangun. Rasa haus di kerongkongannya memaksa dia meninggalkan kasur yang besar dan empuk. Julian mengambil minum air putih dari galon yang ada di kamarnya tepat di samping meja sebelah ranjang. Beberapa teguk cukup melegakan. Julian duduk di kursi sambil memandang ke meja yang ada di depannya. Senyum tipis menghiasi bibirnya. Boneka model anak perempuan yang Astri beli berdiri manis di sana, di dalam box tempat dia dletakkan.Julian menarik agar box itu mendekat padanya. Boneka yang kecil, ukurannya tidak sampai tiga puluh senti, tetapi lucu dan manis."Kenapa aku merasa boneka ini memang mirip kamu, Astri?" Julian bergumam sembari tangannya mengusap lembut badan boneka itu.Boneka anak perempuan itu mengenakan dress pendek selutut dengan warna putih dipadu dengan renda biru dan merah. Rambutnya coklat gelap, dikuncir ekor kuda di belakang kepala. Senyum tipis membuat boneka itu makin terlihat cantik."Aku sudah kangen sama kamu. Andai bisa bertemu tiap hari

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 35. Menolak Telak

    Julian menaikkan alisnya memandang Sintya. Semakin berani dan terang-terangan Sintya memang ada maksud mendekati Julian."Aku ga suka nonton. Kalau mau pergi, sama Hari atau Wawan. Mereka sering nonton. Rinda dan Tati juga kadang nonton." Julian mengusulkan Sintya mengajak pegawainya saja."Ih, Tuan Bos Dawson ini beneran, deh, bikin senewen. Masak aku nonton sama mereka? Kan aku mau sama Tuan Bos," ucap Sintya dengan wajah mengkerut."Percuma bahas nonton sama aku, ga akan nemi solusi. Mbak Sintya bisa urus pengiriman sekarang. Bentar lagi makin ramai di bawah." Julian sengaja mengatakan itu ingin Sintya meninggalkan kantornya."Kenapa memang kalau rame? Aku antrian pertama, aman." Sintya bisa saja menjawab."Aku ada telpon penting. I need space," kata Julian. Dia berharap dengan kalimat itu Sintya akan bergegas turun."Oh, baiklah. Aku paham. Bye, Tuan Bos." Sintya akhirnya bergerak meninggalkan ruangan Julian.Begitu Sintya tak terlihat, Julian bangun dan menutup pintu ruangannya. J

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 36. Gerilya Tuan Pengacara

    Sintya melotot pada Wawan. Dia paham apa maksud Wawan mengatakan itu padanya. "Mbak, Pak Bos udah punya cewek, makanya dia ga mikir lagi cari cewek." Rinda, salah satu pegawai wanita yang duduk di counter depan bicara pada Sintya. Dia kasihan juga melihat Sintya terus-terusan mengejar Julian dan tidak mungkin berhasil. "Yang bener?" Sintya menatap dengan kerutan di kening. "Iya, Mbak. Kapan hari ke sini, diajak sama Pak Bos." Hari menimpali. "Kalian ga ngarang?" Sintya masih terkejut dengan kabar itu. Yang dia tahu Julian pria penggila kerja dan dingin. Dan Sintya mengambil kesempatan itu untuk merebut hati Julian. Tetapi informasi yang baru masuk di telinga Sintya, sungguh tidak dia sangka."Buat apa ngarang, Mbak? Apa perlu aku tunjukkan CCTV?" Wawan ikut berkomentar."Iihhh!" seru Sintya. "Orangnya kayak gimana?" Para pegawai Julian saling memandang, lalu melihat lagi pada Sintya. Sintya sepertinya terobsesi dengan bos mereka. Misal dia tahu model kekasih si bos, bisa sesak nap

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 37. Kerja Sama Merebut Cinta

    Darma masuk dalam mobilnya. Sambil mulai menjalankan kendaraan mewah miliknya, Darma menelpon seseorang. "Pastikan aku bisa bertemu dengannya hari ini. Aku bisa jam empat sampai jam enam. Katakan padanya, kerja sama yang akan kita lakukan ini sangat menguntungkan buat dia." Darma bicara tegas, bahkan sedikit terasa nada geram."Tempatnya minta Sintya yang tentukan. Kalau aku yang tentukan dia bisa curiga dan merasa akan dijebak. Kalau dia yang pilih, dia tahu lokasi aman buat dirinya. Kamu paham?" lanjut Darma. Lalu dia matikan panggilan dan meletakkan ponsel di atas dashboard.Darma sudah tahu siapa Julian. Seperti apa kehidupannya. Dan yang seru, wanita yang sedang mengejar cinta Julian. Darma melihat itu menjadi peluang besar untuk mengacaukan hubungan seumur jagung Julian dan Astri. Sesuai waktu yang Darma minta, Sintya ternyata mengiyakan. Sebuah resto di salah satu mal besar di Surabaya menjadi tempat mereka bertemu. Darma sudah menyiapkan strategi jitu yang tidak akan ditolak

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 38. Sekali Tepuk, Nyamuk dan Lalat Mati

    Darma girang dengan pertanyaan Sintya. Tentu tidak dia tunjukkan dengan ekspresi berlebihan. Tetap tenang dan terkesan dingin yang tampak dari aura Darma. Sudah waktunya Darma akan melancarkan jurus untuk memulai kerja sama dengan Sintya."Sebelum aku jelaskan, aku perlu keterangan dari kamu tentang Julian. Selama ini, sejauh apa hubungan kamu dengan Julian? Pria seperti apa Julian menurut kamu?" Pertanyaan Darma keluar dari bibirnya.Sintya pun tidak ragu menuturkan bagaimana Julian dan seperti apa hubungan Sintya dengan Julian. Darma ingin tertawa mendengar pengakuan Sintya. Ternyata, belum ada apa-apa di antara Julian dan Sintya. Dekat sebagai teman pun tidak. Buat Darma itu lucu. Tapi di sisi lain, perjuangan Sintya tentu masih berat dan panjang."Berarti harus ekstra dan kamu harus berani." Darma memberikan komentar selesai Sintya menjawab pertanyaan Darma."Aku ga takut apapun, Dar. Apa kamu lupa yang kamu hadapi siapa? Aku cuma belum nemu cara yang tepat meluluhkan Tuan Bos Daws

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 39. Tidak Kenal Kata Jera

    "Oh, bagus. Tetapi yang aku maksud dengan dirimu sendiri. Menyenangkan adik dan gembira dengan dia, itu bagus. Jika tanpa dia, kamu ambil waktu, tetapi buat diri sendiri, itu juga perlu." Sintya kembali menegaskan maksudnya."Aku mengerti. Aku memang melakukannya juga, Mbak." Julian tersenyum kecil."Nah, aku mau menemani kamu. Aku bisa buat hari menyenangkan untuk melepas semua penat lalu siap bekerja lagi." Sintya makin bersemangat.Julian kembali tersenyum. "Terima kasih perhatian Mbak Sintya. Aku sudah ada teman melakukan healing bersama. Dan tidak lama lagi, aku akan menikah dengannya." Julian tidak mau bertele-tele. Dia katakan saja agar Sintya tidak terus berharap padanya.Dada Sintya seketika berdegup seperti mau melompat. Tidak! Tidak boleh Julian menikah dengan Astri yang sebenarnya adalah tunangan Darma. Sintya harus membuyarkan rencana mereka."Oya? Secepat itu? Apa kamu yakin? Sudah berapa lama kamu mengenalnya? Apa dia sungguh sayang sama kamu?" Sintya dengan serius menan

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 40. Rencana Buat Wenny

    Eva memperhatikan Wenny. Dari sorot matanya Eva tahu gadis itu minta bantuan dan pembelaan."Salah makan, Pak. Wenny makan makanan terlalu pedas. Juga minum minuman bersoda agak berlebihan. Akhirnya lambung Wenny tidak kuat." Eva menjawab yang Julian tanyakan."Berarti itu bukan makanan dari dapur sekolah, Bu?" tanya Julian lagi."Tidak, Pak. Wenny dan teman-temannya makan sama-sama, beli makanan dari luar sekolah," jelas Eva. Mata Julian balik menatap Wenny. "Wenny, just tell me the truth (Wenny, katakan yang sebenarnya)."Wenny merasa degupan dadanya menguat. Dia tidak bisa lagi lari dari sang kakak. Julian juga paling tidak suka ketidakjujuran, mencari alasan atau dalih untuk membela diri."Aku beli mie pedas, level 10." Dengan wajah mulai memerah Wenny menjawab."Hah? Buat apa beli makanan sampai sepedas itu? Kamu tahu perut kamu sensitif dengan pedas." Julian mengerutkan kening. Geram mulai menyusup."Abisnya ditantangin, Kak. Emosi aku," kata Wenny dengan wajah cemberut bercampu

Bab terbaru

  • Asmara Ibu Asrama   An Extra Moment - Drown in Your Love

    "Hei! Jangan ganggu aku!!" Teriakan itu membuat Astri menoleh cepat dan setengah berlari ke ruang tengah. Matanya melotot lebar melihat apa yang terjadi di sana. Seorang anak laki-laki kira-kira tujuh tahun, berdiri sambil mengangkat tinggi sebuah boneka, sedangkan di bawahnya seorang anak perempuan kurang lebih berusia empat tahun, tengah menengadah dengan tangan terangkat dan kaki berjinjit berusaha mengambil boneka di tangan di anak laki-laki. "Ambil kalau bisa. Lompat, lompat aja!" Anak lelaki itu tertawa sambil makin tinggi mengangkat tangannya. "Mana! Aku mau main, balikin!" Anak perempuan itu mulai berteriak sampai hampir menangis. "Jovan! Apa yang kamu lakukan?" Astri melotot marah pada anak lelaki itu. "Ah, no! Just kidding!" Cepat-cepat anak laki-laki itu memberikan boneka pada anak perempuan di depannya. Begitu boneka princess itu kembali padanya, anak perempuan itu berlari memeluk pinggang Astri. "Kak Jovan nakal, Ma!" satanya manja sembari menengadah memandang Astri

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 115. Finally, I and You

    Julian merasa debaran di dadanya berlipat kali. Pertanyaan yang Astri ucapkan, apa artinya? Dia suka seperti yang muncul dalam bayangan Julian atau sebaliknya? Tiba-tiba gambaran Astri galau dan sedih mengganti bayangan sebelumnya."Honey ..." Refleks bibirJulian berucap.Astri sangat terpana dan tak bisa berkata-kata dengan apa yang ada di depannya. Kamar hotel yang sudah indah dan mewah ditata ulang dengan tampilan yang sangat berbeda. Rasanya seperti menjadi kamar raja dan ratu dalam film dongeng yang pernah Astri lihat.Astri memutar badannya dan memandang Julian. "Ini ada apa?" Julian mencermati wajah Astri. Tatapan wanita cantik itu akan memberikan laporan apakah kejutan Julian berhasil atau tidak."You are my queen, so aku mau menjadikan kamu ratu yang sebenarnya. Biarpun cuma malam ini." Julian bicara sambil mengurai senyum. Dia mau Astri tahu dia hanya ingin membuat Astri bahagia lebih lagi. Momen-momen paling manis yang tidak akan terlupakan harus tercipta saat bulan madu me

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 114. Izinkan Aku

    Rasa tidak nyaman mendera. Julian menggantung kata-katanya. Apa yang akan dia sampaikan? Apapun itu, Astri harus siap. Di awal pernikahan mereka, Astri sudah mengecewakan Julian. Kalau Julian akan bersikap berbeda Astri harus siap menerimanya."But, I really wanna show you, I love you so much." Mata Julian lembut memandang Astri. Ada kasih begitu dalam yang Astri rasakan."I know." Astri mengangguk."Aku mengerti kamu melewati masa-masa sulit. Tidak ada yang tahu. Kamu sendirian. Pasti sangat berat buat kamu. Izinkan aku membalut luka kamu. Trust me," kata Julian dengan nada yang sama.Astri mengangguk. Air matanya kembali menitik. Betapa besar kasih Tuhan untuknya. Setelah semua kepedihan yang harus dia hadapi sendirian, Tuhan membawa Julian padanya. Astri akan terbuka, seluasnya dia rentangkan hati dan jiwa untuk Julian."Let me hold you," bisik Julian.Astri menelan ludahnya. Lalu dia mengangguk. Julian menggeser posisinya, pindah ke sisi Astri. Dia lebarkan tangan dan memeluk Astri

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 113. Pengakuan

    Astri masih berusaha menghentikan air matanya meskipun dia merasa sedikit lebih tenang. Dia lega karena semua pernyataan yang dia ucapkan, Nirma menerimanya dengan terbuka. Tidak ada penghakiman, tidak ada juga sikap iba yang berlebihan."Ingat, yang kamu alami itu bukan kesalahan kamu. Tentu sangat sulit untuk seorang anak tahu bagaimana membela dirinya. Tidak mungkin juga kamu akan lupa. Yang sudah terjadi memang berlalu, tapi tetap bisa muncul lagi dalam ingatan."Tapi, kamu sudah mendapatkan yang terbaik yang kamu butuhkan. Seorang pria yang sangat cinta padamu. Sebagai pasangan, tidak perlu ada yang ditutupi. Karena itu akan jadi ganjalan ketika terbongkar. Jujurlah, meskipun berat itu akan lebih baik."Dia harus bisa menerima apapun keadaan kamu. Kalian sudah terikat janji sehidup semati. Segala hal harusnya bukan penghalang hubungan kalian. Seburuk apapun mesti bisa menerima." Nirma mulai memberikan pandangannya."Bisakah Julian mengerti? Aku sangat takut," kata Astri. Dia memba

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 112. Tidak Mungkin Mengelak Lagi

    Julian berdiri tepat di depan Astri. Tidak ada senyum di sana. Tatapan penuh cinta menghujam Astri. Tatapan itu juga menyiratkan dia ingin segera memulai petualangan cinta yang lebih dengan wanita yang dia cintai. Astrina Talia Kamajaya yang telah resmi menjadi pendamping hidupnya. Tangan Julian bergerak, menarik Astri lebih dekat dalam dekapannya. Astri merasakan debaran luar biasa kuat mendera. Dia memberanikan diri membalas tatapan Julian. Dia tahu Julian cinta dan sayang padanya. Pria itu tidak akan menyakitinya. "Honey ..." Bisikan lembut itu masuk ke telinga Astri. Sentuhan manis terasa di keningnya. Bibir Julian mulai bekerja. Astri memejamkan matanya. Dia merasa ada gelinjang hangat menyusup. Rasa takut mulai menghampiri. Keringat dingin terasa di tangannya. Astri harus bertahan. Dia tidak akan memikirkan yang lain kecuali ... "Uffhhh ..." Astri melenguh saat bibir Julian menyatu di bibirnya. Refleks Astri mendorong Julian, lalu dia mundur, dan jatuh terduduk. Tubuhnya gem

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 111. What A Surprise!

    Alarm dari ponsel Astri nyaring berbunyi. Astri terbangun. Dengan mata masih terpejam, Astri meraba-raba di sekitarnya. Biasanya ponsel akan ada tak jauh darinya di dekat bantal. Tapi ponselnya tidak ada di sana. Astri membuka mata. "Aku di mana?" Astri terkejut menyadari dia bukan di kamarnya. Segera Astri duduk dan ... "Ah, aku di hotel. Astaga ..."Astri memandang ke sekeliling. Ingatannya telah kembali. Dia telah menikah dan menjadi istri Julian. Tetapi Astri sengaja menghindar dari sang suami, takut jika dia harus melakukan hubungan dalam dengannya "Juan ..." Astri melihat Julian tidur meringkuk di sofa, bahkan tanpa selimut. "Kamu ga tidur di ranjang. Apa kamu marah? Atau kamu tahu aku menghindar jadi kamu memang menjauh?" Pikiran Astri bekerja. Pertanyaan demi pertanyaan muncul. Ada rasa bersalah yang mencuat di hati. Bukankah pengantin baru semestinya tidur berpelukan dengan mesra? Mereka bahkan tidak tidur di ranjang yang sama.Astri menoleh ke sisi kiri ranjang tempat dia

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 110. Don't Touch Me

    "Tunggu aku belum selesai!" Astri menyahut lagi."Oke, Honey," balas Julian.Julian kembali ke sofa dengan posisi yang sama. Dia harus menunggu Astri selesai mandi. Tapi rasanya lama sekali. Apa memang wanita selama itu jika mandi?Julian menoleh ke pintu kamar mandi. Tidak ada tanda-tanda Astri muncul di sana. Julian menegakkan badan. Apa sungguh tidak terjadi sesuatu? Bukankah Astri memang merasa kurang sehat?Segera Julian bangun dan mendekat ke pintu. Dia mau mengetuk tetapi dia urungkan. Julian maju selangkah lagi dan menempelkan telinga di pintu. Siapa tahu dia mendengar sesuatu. Bisa jadi Astri mengerang atau menangis disertai merintih menahan sakit.Tidak terdengar suara apapun. Berarti Astri baik-baik saja. Atau jangan-jangan .... Kalau ternyata dia ...Julian mendengar dering ponsel. Maka dia kembali ke arah meja dan sofa mengambil ponsel dan melihat siapa yang berani mengganggu waktu istimewanya dengan sang istri."Wenny?" Julian kesal. Wenny yang menghubungi? Julian enggan

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 109. Just You And Me

    "Selamat bersenang-senang, yaa!! Jangan lupa, dunia bukan milik kalian berdua aja. Masih ada aku dan yang lain di sini!" Wenny melambai dengan senyum lebar ke arah Julian dan Astri.Raja dan ratu sehari itu telah masuk ke mobil pengantin dengan Davin sebagai driver dan Damira yang tidak mau ketinggalan berada di sampingnya. Tampak juga Errin dan Alfonso ikut melambai mengantar Astri dan Julian meninggalkan gedung gereja. "Akhirnya, Kak!" Damira menoleh pada Astri. Mata gadis itu berbinar senang, kakaknya sukses menikah dengan Julian, kekasih pertamanya, tetapi bukan pria kaleng-kaleng.Astri ikut tersenyum. Tentu saja bahagia terpampang di wajahnya. Julian juga tak mau melepas tangan Astri, digenggamya erat. Julian ingin meluapkan kegembiraan telah resmi menjadi suami Astri "Kamu tahu, Kak, mama nangis terus. Dia happy banget beneran kamu nikah. Impiannya terkabul bisa melihat kamu di altar dan di pelaminan." Damira melanjutkan."Iya, Tuhan baik. Mama juga bisa ikut acara, ga sampai

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 108. Aku ... Menerima Engkau ...

    Gedung gereja megah dan tinggi menjulang tampak kokoh di hadapan Astri. Pintu gereja terbuka lebar dengan dekorasi cantik seolah sebuah gerbang menyambutnya datang. Debaran di jantung Astri makin tak karuan. Hari itu dengan gaun pengantin yang elok, Astri benar-benar sampai dan siap melangkah menuju altar menemui pria terkasih."Ayo, Kak. Hampir telat." Damira yang ada di kursi depan, duduk bersebelahan dengan Davin menoleh dan bicara tidak sabar.Mobil pengantin sudah terparkir manis di depan pintu gereja. Astri seperti terpaku dan tidak juga beranjak."Ya, ok. Thank you," ucap Astri gugup.Perlahan Astri membuka pintu mobil dan turun. Galang menunggu di sana dengan senyum lebar. Kebahagiaan tampak dari wajah kakak terbaik Astri. "Akhirnya ..." kata pria itu masih dengan senyum lebarnya. "Ayah ada di pintu menanti. Ayo."Galang menggandeng Astri mengantar sang adik menemui ayah mereka. Pria itu dengan gagah berdiri di muka pintu. Dia terlihat cukup tegang meski senyum terurai manis d

DMCA.com Protection Status