Beranda / Urban / Asmara Ibu Asrama / Bab 20. Bawa Dia Padaku!

Share

Bab 20. Bawa Dia Padaku!

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Julian menatap adiknya yang pandangan tajam. Wenny kadang-kadang kalau bicara memang tidak pakai dipikir.

"Kenapa? Kakak lebih senang kalau cewek pelanggan Kakak yang datang? Yang rada tomboy itu?" Wenny melirik kakaknya dengan tatapan jutek.

"Kamu kalau bicara jangan asal." Julian mengusuk kepala Wenny. "I Just think about you."

Mendengar pembicaraan itu Astri merasa tidak nyaman. Julian pria sukses, tampan, dan baik hati. Dia punya relasi yang luas. Pasti juga banyak wanita yang ada di sekitarnya. Bisa jadi beberapa dari mereka menyukai kakak Wenny itu.

"Sudah, tidak usah bicara soal itu. Hampir habis waktu kamu dan harus balik asrama." Julian mengingatkan.

"Kalau sama Ibu Astri, mau sampai jam sepuluh malam di luar, aman. Ya kan, Bu?" Wenny menoleh pada Astri.

"Nggak. Besok kamu ada kelas, ada ujian. Ga boleh kurang istirahat. Sekarang saja jam belajar kamu berkurang," jawab Astri.

"Aissshhh, kenapa lagi-lagi kakakku dan Bu Astriku kompak, ya? Makin akur aja, nih, berdua," uca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 21. Kabar yang Ditunggu

    Ultimatum lagi yang Astri dengar dari sang ayah. Sungguh tidak menyenangkan mendengar desakan lagi dan lagi. Astri belum siap. Dia bukan kekasih Julian! Apa yang harus Astri lakukan? Dan sayangnya, situasi memaksa dirinya mengaku sebagai kekasih Julian, hanya demi mengamankan dirinya di depan adik dan sang ayah. "Kamu dengar aku, Astri?" Kalimat itu membuat Astri tersentak. "Ya, aku dengar, Pa." Buru-buru Astri menjawab. Astri harus bisa tetap tenang. Jangan sampai salah menjawab menimbulkan pertanyaan lain yang akan menjebak dirinya sendiri di depan Andika. "Kapan kamu akan ajak pria itu bertemu denganku? Dia pria asing. Apa mungkin dia akan bersungguh-sungguh denganmu?" tanya Andika dengan nada dingin. Oh, tidak. Ini masalah baru. Andika tidak gembira mendapat kabar Astri punya kekasih! Dia yang mendesak Astri untuk segera mendapatkan calon suami, tetapi kenyataannya, Andika tidak suka? "Aku harus atur waktu, Pa. Aku sibuk, Juan pun sibuk." Jawaban yang selalu sama yang Astri be

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 22. Bicara Hati dengan Mama

    Masih tidak ada jawaban dari Julian. Hati Astri benar-benar merasa tidak nyaman. Apa yang bisa dia katakan untuk mengurai situasi itu?"Juan, aku ...""Astri, sebenarnya ..." Hampir bersamaan Astri dan Julian membuka suara."Silakan, kamu duluan," kata Astri."Well, aku ... lagi, ini soal Wenny. Dia pernah mengatakan, aku terlalu keras dengan diriku dan hidupku. Dia bilang aku harus mendapat impianku dan bahagia, bukan hanya memikirkan Wenny." Kalimat itu tak Astri sangka keluar dari bibir Julian.Astri tidak menimpali apapun. Dia biarkan Julian akan melanjutkan ucapannya."Dan yang aku bayangkan untuk diriku, aku punya keluarga lengkap dan utuh, bersama Wenny. Seseorang yang akan ada di sisiku yang juga sayang Wenny seperti aku sayang dia. Yaah ... well ..." Julian tidak meneruskan kalimatnya."Kenapa kamu tidak selesaikan?" tanya Astri. Sementara hati Astri berdenyut demi mendengar yang Julian katakan. "Sorry, I am really sorry, ada telpon penting masuk, Astri. Nanti aku kontak kam

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 23. Mungkinkah Dia Datang?

    Titi mengusap pundak Astri. Dengan gerakan itu Titi mau Astri tahu, Titi serius akan ada di sisi Astri dan mendukungnya. "Jadi, sudah sejauh apa hubungan kamu dengan bule itu? Siapa namanya?" Titi memandang Astri. "Julian. Biasanya dia dipanggil Juan," jawab Astri. "Masih di awal, Ma. Masih ..." "Di awal? Artinya kalian belum bicara soal pernikahan?" Titi menegaskan, langsung ke tujuan sebuah hubungan pria dan wanita seharusnya bermuara. "Belum, Ma. Perlu waktu buat kami," jawab Astri. "Kamu tahu yang papa kamu akan katakan jika tahu ini?" Lebih tajam Titi memandang putrinya. Astri mengangguk. Pasti dia akan mendesak Astri. Dan, jika Julian datang ke rumah ... Tiba-tiba hati Astri berdenyut tidak nyaman. Jika benar Julian bertemu dengan Andika, jangan sampai dia diinterogasi dan diminta membuat tanggal kapan akan melamar lalu menikahi Astri. Astaga!Kembali carut marut hati Astri. Dia masih berharap ada keajaiban yang membawa Julian datang ke rumah. Sebelum itu setidaknya Julian

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 24. Satu Petunjuk Lagi

    "Kakak! Makin gelap! Dingin!!" Suara Wenny cukup keras terdengar dari belakang Julian. "Oke, Wen. Kita balik ke tenda, come on!" Julian menjawab adiknya. Lalu dia kembali melihat pada Astri. "I gotta go. Nanti aku kabari lagi." "Yeah, okay." Astri mengangguk seraya melepas senyum tipis. Astri belum mau selesai. Julian belum memastikan akan datang atau tidak ke rumahnya. Tapi telepon sudah terputus. Layar ponsel sudah kembali memunculkan gambar taman sekolah, taman yang ada di sebelah asrama putri. Astri tidak lega. Karena yang dia tunggu belum juga ada kejelasan. Sebentar lagi dia harus berhadapan dengan Andika. Papanya pasti akan bertanya lagi. Astri harus menyiapkan jawaban yang melegakan. Sayangnya, yang Astri tidak suka sangat mungkin dia akan lakukan. Berdusta, demi mengamankan dirinya. "Tuhan, bagaimana ini?" ujar Astri lirih. Ada pilu di dadanya. "Aku sudah melangkah terlalu jauh. Kalau sampai Julian ternyata tidak ada hati buatku? Ah, tidak. Darma. Pria itu pasti akan seger

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 25. Hari yang Menegangkan

    - Juan, kamu serius? Jam berapa akan datang? Astri mengirimkan pesan itu dengan jantung menderu. Mungkinkah dia akan katakan saja dia butuh bantuan Julian untuk menghadapi ayahnya? - Kami akan berangkat setelah makan pagi. Mungkin jam delapan atau sembilan. Jadi akan tiba jam berapa menurutmu? Pesan Julian masuk, dia ingin juga memastikan. -Kurasa jam makan siang, Juan. Antara jam dua belas atau jam satu Astri cepat membalas pesan itu. - Great. Hope it will be good day. Astri ingin menangis dengan semua yang terjadi. Dia tidak tahu harus senang atau sedih. Tidak tahu bagaimana Astri menjelaskan perasaannya. Tapi tidak ada pilihan. Besok, begitu ketemu Julian, Astri akan mengambil waktu untuk bicara dan meminta Julian bersedia pura-pura menjadi kekasihnya. Entah akan bagaimana kemudian, Astri akan memohon, satu kali itu saja, untuk menyelamatkan dia dari tekanan sang ayah. "Aku pertaruhkan harga diriku sebagai ibu asrama putri. Aku tak peduli. Aku terlanjur jauh, aku ga mungkin

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 26. Pengakuan Astri

    "Juan ..." Astri merasa makin kuat detak jantungnya. Apakah Julian sedang mengungkapkan perasaannya? Ini bukan kali pertama Astri merasa, tetapi tentu saja Astri tidak mau salah sangka. "Well, can we get closer? As a friend? I mean even more than a close friend," kata Julian melanjutkan. "Yaa ... I, yeah, sure." Astri merasa wajahnya merona. Pasti sudah seperti tomat baru matang. "Thank you, Astri." Julian mengurai senyum. "Aku senang, sungguh aku senang." "Juan ..." Dada Astri bukan saja melaju kencang, tapi seperti diterjang badai. Akhirnya Julian minta Astri menjadi teman dekatnya. Bisakah Astri memperjelas maksud Julian kalau dia mau menjadikan Astri kekasihnya? "Jika aku mengatakan itu, artinya kita ... jadi teman paling dekat. Partner, lover. Do you know what I mean?" Julian masih mau membuat Astri paham yang dia maksudkan. "Sure. I understand. Kita menjadi pasangan kekasih," kata Astri. Makin membara saja panas di wajah Astri. Julian tersenyum. Tangannya terulur dan meme

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 27. I'll Stay By You

    Julian bangun dan pindah duduk di samping Astri. Tangan Julian meraih jemari wanita cantik yang gelisah itu. Kedua matanya menatap dalam pada manik bening milik Astri. Oh, Julian membuat Astri merasa tidak karuan. Apa yang Julian mau katakan? "I'll stay by you," ucap Julian. Lembut, tenang, dan menenangkan. Tangan Astri terasa dingin sekali. Dalam genggaman tangan Julian yang kuat tetap saja Astri nervous. Ini pengalaman pertama Astri punya kekasih. Jantungnya terus saja beradu. Rasa panas di wajah sampai ke perut juga membuat Astri makin merasa gugup. Tapi yang Julian katakan sangat melegakan hati Astri. Julian akan berada di samping Astri. Itu berarti dia tidak marah dengan apa yang dia dengar tentang kekasihnya. Dia mau mendukung Astri menghadapi papanya sendiri. "Juan ..." kata Astri lirih."Don't worry, okay?" Julian tersenyum."Haii! Maaf, aku ganggu keromantisan kalian. Cuma mau antar ini! Ah, sekalian kenalan, dong!" Damira muncul dengan nampan di tangan. Kue dan minuman d

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 28. Kabar Asmara Ibu Asrama

    Ada rasa bangga mengalir di dada Andika saat Julian mengucapkan semua itu. Astri berprestasi baik di tempat dia bekerja. Itulah kenapa pria bule ini bisa jatuh hati pada Astri.Satu lagi jawaban yang Andika tunggu dari Julian. Apakah dia serius ingin bersama Astri? Apakah jalinan asmara mereka yang baru itu akan dibawa pada bahtera rumah tangga?"Sekalipun belum lama mengenal Astri dan kami punya hubungan khusus, tentu aku serius dengan Astri. Usiaku dan Astri bukan lagi pada usia yang masih mencoba, tetapi sudah harus memikirkan sampai pada pernikahan." Julian masih dengan tenang mengucapkan itu semua."Apa yang membuat kamu yakin akan membuat putriku bahagia jika menikah dengan kamu?" Pertanyaan selanjutnya.Julian ingin menggerutu meskipun hanya di dalam hati. Begini amat meladeni calon mertua. Orang seperti apa yang pantas jadi menantu di mata Andika?"Aku mengagumi Astri. Dan dari sana lahir rasa sayang untuknya. Dengan itu, aku akan berusaha melakukan yang terbaik buat Astri." Ju

Bab terbaru

  • Asmara Ibu Asrama   An Extra Moment - Drown in Your Love

    "Hei! Jangan ganggu aku!!" Teriakan itu membuat Astri menoleh cepat dan setengah berlari ke ruang tengah. Matanya melotot lebar melihat apa yang terjadi di sana. Seorang anak laki-laki kira-kira tujuh tahun, berdiri sambil mengangkat tinggi sebuah boneka, sedangkan di bawahnya seorang anak perempuan kurang lebih berusia empat tahun, tengah menengadah dengan tangan terangkat dan kaki berjinjit berusaha mengambil boneka di tangan di anak laki-laki. "Ambil kalau bisa. Lompat, lompat aja!" Anak lelaki itu tertawa sambil makin tinggi mengangkat tangannya. "Mana! Aku mau main, balikin!" Anak perempuan itu mulai berteriak sampai hampir menangis. "Jovan! Apa yang kamu lakukan?" Astri melotot marah pada anak lelaki itu. "Ah, no! Just kidding!" Cepat-cepat anak laki-laki itu memberikan boneka pada anak perempuan di depannya. Begitu boneka princess itu kembali padanya, anak perempuan itu berlari memeluk pinggang Astri. "Kak Jovan nakal, Ma!" satanya manja sembari menengadah memandang Astri

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 115. Finally, I and You

    Julian merasa debaran di dadanya berlipat kali. Pertanyaan yang Astri ucapkan, apa artinya? Dia suka seperti yang muncul dalam bayangan Julian atau sebaliknya? Tiba-tiba gambaran Astri galau dan sedih mengganti bayangan sebelumnya."Honey ..." Refleks bibirJulian berucap.Astri sangat terpana dan tak bisa berkata-kata dengan apa yang ada di depannya. Kamar hotel yang sudah indah dan mewah ditata ulang dengan tampilan yang sangat berbeda. Rasanya seperti menjadi kamar raja dan ratu dalam film dongeng yang pernah Astri lihat.Astri memutar badannya dan memandang Julian. "Ini ada apa?" Julian mencermati wajah Astri. Tatapan wanita cantik itu akan memberikan laporan apakah kejutan Julian berhasil atau tidak."You are my queen, so aku mau menjadikan kamu ratu yang sebenarnya. Biarpun cuma malam ini." Julian bicara sambil mengurai senyum. Dia mau Astri tahu dia hanya ingin membuat Astri bahagia lebih lagi. Momen-momen paling manis yang tidak akan terlupakan harus tercipta saat bulan madu me

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 114. Izinkan Aku

    Rasa tidak nyaman mendera. Julian menggantung kata-katanya. Apa yang akan dia sampaikan? Apapun itu, Astri harus siap. Di awal pernikahan mereka, Astri sudah mengecewakan Julian. Kalau Julian akan bersikap berbeda Astri harus siap menerimanya."But, I really wanna show you, I love you so much." Mata Julian lembut memandang Astri. Ada kasih begitu dalam yang Astri rasakan."I know." Astri mengangguk."Aku mengerti kamu melewati masa-masa sulit. Tidak ada yang tahu. Kamu sendirian. Pasti sangat berat buat kamu. Izinkan aku membalut luka kamu. Trust me," kata Julian dengan nada yang sama.Astri mengangguk. Air matanya kembali menitik. Betapa besar kasih Tuhan untuknya. Setelah semua kepedihan yang harus dia hadapi sendirian, Tuhan membawa Julian padanya. Astri akan terbuka, seluasnya dia rentangkan hati dan jiwa untuk Julian."Let me hold you," bisik Julian.Astri menelan ludahnya. Lalu dia mengangguk. Julian menggeser posisinya, pindah ke sisi Astri. Dia lebarkan tangan dan memeluk Astri

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 113. Pengakuan

    Astri masih berusaha menghentikan air matanya meskipun dia merasa sedikit lebih tenang. Dia lega karena semua pernyataan yang dia ucapkan, Nirma menerimanya dengan terbuka. Tidak ada penghakiman, tidak ada juga sikap iba yang berlebihan."Ingat, yang kamu alami itu bukan kesalahan kamu. Tentu sangat sulit untuk seorang anak tahu bagaimana membela dirinya. Tidak mungkin juga kamu akan lupa. Yang sudah terjadi memang berlalu, tapi tetap bisa muncul lagi dalam ingatan."Tapi, kamu sudah mendapatkan yang terbaik yang kamu butuhkan. Seorang pria yang sangat cinta padamu. Sebagai pasangan, tidak perlu ada yang ditutupi. Karena itu akan jadi ganjalan ketika terbongkar. Jujurlah, meskipun berat itu akan lebih baik."Dia harus bisa menerima apapun keadaan kamu. Kalian sudah terikat janji sehidup semati. Segala hal harusnya bukan penghalang hubungan kalian. Seburuk apapun mesti bisa menerima." Nirma mulai memberikan pandangannya."Bisakah Julian mengerti? Aku sangat takut," kata Astri. Dia memba

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 112. Tidak Mungkin Mengelak Lagi

    Julian berdiri tepat di depan Astri. Tidak ada senyum di sana. Tatapan penuh cinta menghujam Astri. Tatapan itu juga menyiratkan dia ingin segera memulai petualangan cinta yang lebih dengan wanita yang dia cintai. Astrina Talia Kamajaya yang telah resmi menjadi pendamping hidupnya. Tangan Julian bergerak, menarik Astri lebih dekat dalam dekapannya. Astri merasakan debaran luar biasa kuat mendera. Dia memberanikan diri membalas tatapan Julian. Dia tahu Julian cinta dan sayang padanya. Pria itu tidak akan menyakitinya. "Honey ..." Bisikan lembut itu masuk ke telinga Astri. Sentuhan manis terasa di keningnya. Bibir Julian mulai bekerja. Astri memejamkan matanya. Dia merasa ada gelinjang hangat menyusup. Rasa takut mulai menghampiri. Keringat dingin terasa di tangannya. Astri harus bertahan. Dia tidak akan memikirkan yang lain kecuali ... "Uffhhh ..." Astri melenguh saat bibir Julian menyatu di bibirnya. Refleks Astri mendorong Julian, lalu dia mundur, dan jatuh terduduk. Tubuhnya gem

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 111. What A Surprise!

    Alarm dari ponsel Astri nyaring berbunyi. Astri terbangun. Dengan mata masih terpejam, Astri meraba-raba di sekitarnya. Biasanya ponsel akan ada tak jauh darinya di dekat bantal. Tapi ponselnya tidak ada di sana. Astri membuka mata. "Aku di mana?" Astri terkejut menyadari dia bukan di kamarnya. Segera Astri duduk dan ... "Ah, aku di hotel. Astaga ..."Astri memandang ke sekeliling. Ingatannya telah kembali. Dia telah menikah dan menjadi istri Julian. Tetapi Astri sengaja menghindar dari sang suami, takut jika dia harus melakukan hubungan dalam dengannya "Juan ..." Astri melihat Julian tidur meringkuk di sofa, bahkan tanpa selimut. "Kamu ga tidur di ranjang. Apa kamu marah? Atau kamu tahu aku menghindar jadi kamu memang menjauh?" Pikiran Astri bekerja. Pertanyaan demi pertanyaan muncul. Ada rasa bersalah yang mencuat di hati. Bukankah pengantin baru semestinya tidur berpelukan dengan mesra? Mereka bahkan tidak tidur di ranjang yang sama.Astri menoleh ke sisi kiri ranjang tempat dia

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 110. Don't Touch Me

    "Tunggu aku belum selesai!" Astri menyahut lagi."Oke, Honey," balas Julian.Julian kembali ke sofa dengan posisi yang sama. Dia harus menunggu Astri selesai mandi. Tapi rasanya lama sekali. Apa memang wanita selama itu jika mandi?Julian menoleh ke pintu kamar mandi. Tidak ada tanda-tanda Astri muncul di sana. Julian menegakkan badan. Apa sungguh tidak terjadi sesuatu? Bukankah Astri memang merasa kurang sehat?Segera Julian bangun dan mendekat ke pintu. Dia mau mengetuk tetapi dia urungkan. Julian maju selangkah lagi dan menempelkan telinga di pintu. Siapa tahu dia mendengar sesuatu. Bisa jadi Astri mengerang atau menangis disertai merintih menahan sakit.Tidak terdengar suara apapun. Berarti Astri baik-baik saja. Atau jangan-jangan .... Kalau ternyata dia ...Julian mendengar dering ponsel. Maka dia kembali ke arah meja dan sofa mengambil ponsel dan melihat siapa yang berani mengganggu waktu istimewanya dengan sang istri."Wenny?" Julian kesal. Wenny yang menghubungi? Julian enggan

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 109. Just You And Me

    "Selamat bersenang-senang, yaa!! Jangan lupa, dunia bukan milik kalian berdua aja. Masih ada aku dan yang lain di sini!" Wenny melambai dengan senyum lebar ke arah Julian dan Astri.Raja dan ratu sehari itu telah masuk ke mobil pengantin dengan Davin sebagai driver dan Damira yang tidak mau ketinggalan berada di sampingnya. Tampak juga Errin dan Alfonso ikut melambai mengantar Astri dan Julian meninggalkan gedung gereja. "Akhirnya, Kak!" Damira menoleh pada Astri. Mata gadis itu berbinar senang, kakaknya sukses menikah dengan Julian, kekasih pertamanya, tetapi bukan pria kaleng-kaleng.Astri ikut tersenyum. Tentu saja bahagia terpampang di wajahnya. Julian juga tak mau melepas tangan Astri, digenggamya erat. Julian ingin meluapkan kegembiraan telah resmi menjadi suami Astri "Kamu tahu, Kak, mama nangis terus. Dia happy banget beneran kamu nikah. Impiannya terkabul bisa melihat kamu di altar dan di pelaminan." Damira melanjutkan."Iya, Tuhan baik. Mama juga bisa ikut acara, ga sampai

  • Asmara Ibu Asrama   Bab 108. Aku ... Menerima Engkau ...

    Gedung gereja megah dan tinggi menjulang tampak kokoh di hadapan Astri. Pintu gereja terbuka lebar dengan dekorasi cantik seolah sebuah gerbang menyambutnya datang. Debaran di jantung Astri makin tak karuan. Hari itu dengan gaun pengantin yang elok, Astri benar-benar sampai dan siap melangkah menuju altar menemui pria terkasih."Ayo, Kak. Hampir telat." Damira yang ada di kursi depan, duduk bersebelahan dengan Davin menoleh dan bicara tidak sabar.Mobil pengantin sudah terparkir manis di depan pintu gereja. Astri seperti terpaku dan tidak juga beranjak."Ya, ok. Thank you," ucap Astri gugup.Perlahan Astri membuka pintu mobil dan turun. Galang menunggu di sana dengan senyum lebar. Kebahagiaan tampak dari wajah kakak terbaik Astri. "Akhirnya ..." kata pria itu masih dengan senyum lebarnya. "Ayah ada di pintu menanti. Ayo."Galang menggandeng Astri mengantar sang adik menemui ayah mereka. Pria itu dengan gagah berdiri di muka pintu. Dia terlihat cukup tegang meski senyum terurai manis d

DMCA.com Protection Status