Home / Urban / Asisten Pribadi Tuan Muda / 100. Memperhatikan

Share

100. Memperhatikan

Author: Apri April
last update Last Updated: 2022-04-29 10:09:38

"Eh Mita, bentar ... bentar ..." suara Farhan mengintruksi saat gadis independen yaitu Mita baru akan memasuki sebuah lift menuju ruangan bosnya.

Dia segera menoleh memperlihatkan wajahnya yang khas keturunan Chinese.

"Apa?"

"Yaelah, selow aja kali, gue gak akan minta sama apa yang lo bawa," sahut Farhan yang kemudian sudah berhadapan dengan gadis bermata sipit itu.

"Punya bos juga," kata Mita. "Ada apa sih? Gue buru buru nih, mau anter makan siang tuan bos besar."

"Gue cuman mau nitip berkas cok, minta tanda tangan, soalnya males banget mau ke atas, nanti gue ambil di Bang Billy."

Mita segera menerima berkas dalam map yang diberikan Farhan kepadanya. Laki-laki yang suka tebar pesona itu seperti biasa tampil dengan gaya yang memikat.

"Eh, bentar!" Seru Farhan tiba-tiba dengan mencengkram pundak Mita begitu gadis itu akan masuk ke dalam lift.

"Apa lagi?" tanya Mita mencoba sabar dengan kelakuan rekan kerjanya itu.

"Mana P

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Angraeini Situmeang
masih ada sambungan atau sudah tamat ya ? ceritanya masih gantung ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   101. Bimbang dan meragu

    "Setelah makan siang, Pak Vano nggak ada jadwal meeting atau keluar, hanya stay di kantor," ucap Mita saat bosnya itu tiba-tiba menanyakan kembali jadwalnya."Oke," balas laki-laki itu yang fokus kembali dengan makan siangnya.Mita belum mendapatkan makan siangnya. Kata Billy si pengantar masih dalam perjalanan dan nggak lama lagi akan sampai. Oleh karena itu Mita hanya duduk diam di sofa lain sambil memperhatikan bosnya makan.Memang ya, kepekaan bosnya belum terasah dengan tajam. Harusnya ia bersimpati dengan Mita yang masih menunggu makanannya.Tapi ya dasarnya Vano, dia jadi nggak heran."Kata Billy, kamu mau menikah, memang benar?" tanya laki-laki itu dengan gayanya yang cuek.Mita seketika menoleh. Bingung sendiri atas pertanyaan itu, namun dia usahakan untuk biasa saja."Bukan menikah Pak, tunangan," jawab Mita sedikit ada rasa sungkan.Gimana ya ... Nggak enak saja gitu bicara hal pribadi dengan bosnya."Lagian Bang Vano juga sering tanyain Mbak Mita sama gue."Sial, malah jad

    Last Updated : 2022-05-12
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   102. Nggak salah kan?

    "Mit, jadwalkan ulang pertemuan dengan Pak Norman ya? Saya ada keperluan mendesak di hari yang sudah di jadwalkan, bilang sama Billy juga." Mita yang sebelumnya menaruh setumpuk dokumen di meja bosnya segera mengangguk merespon perintah sang bos. Dia akan kembali berjalan keluar namun perkataan Vano kembali mengintruksi langkahnya. "Oh, panggil Mang Joko suruh menemui saya sekarang." "Maaf pak, Mang Joko kan izin pulang kampung selama dua hari," balas gadis berpakaian formal itu dengan sopan. Dia mengingatkan jika yang tadi menyetir adalah Vano sendiri bukan Mang Joko. Atas ingatannya yang lupa, Vano berdecak. "Oke," katanya kemudian, lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Mita menghela nafas. Bosnya mulai sangat sibuk beberapa Minggu ini. Sebab akan ada proyek baru yang akan digarap oleh perusahaan yaitu pembukaan pabrik cabang yang khusus memproduksi panganan hasil bumi dari daerah tersebut. Vano sebagai pebisnis bisa di bilang cukup cerdik dengan kombinasi sikap dermawan.

    Last Updated : 2022-05-12
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   103. Nggak nyaman

    Sebelumnya Mita belum pernah mengunjungi tempat wisata berupa pantai atau laut lepas di Jakarta kecuali pantai Ancol. Dia bahkan nggak pernah merencanakan berkunjung ke sebuah pulau di kepulauan seribu yang terkenal cukup aestetik untuk di kunjungi. Namun untuk pertama kalinya itu Mita bercampur lelah dan excited terus mengikuti bosnya yang tampak biasa seolah sudah sering berkunjung. Sedangkan langit sudah memancarkan sorot jingga yang semakin menggelap. Tandanya memang sudah sangat sore untuk menyebrang menuju salah satu pulau yang Mita tau sebagai Pulau Putri. Vano yang mengatakan tadi, itupun karena Mita mendesak akan diajak kemana dirinya. Gadis bermata sipit itu cukup mewaspadai apa-apa yang terjadi padanya. Kendati pergi bersama Vano, tetap saja bosnya itu berjenis kelamin laki-laki sedangkan dirinya berjenis kelamin perempuan. Harus waspada walau pergi dengan orang yang sangat dikenal sekalipun. “Pak, bisa bukain botol minumnya nggak? Susah nih, tangan saya licin,” ucap Mit

    Last Updated : 2022-05-27
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   104. Berpikiran positif

    Tempat biasa yang dimaksud adalah sebuah cafe tempat biasa Farhan dan Gilang nongkrong. Cafe yang terletak di tengah pusat kota itu buka dua puluh empat jam dengan berbagai makanan dan minuman kemasan bak sebuah minimarket namun terdapat banyak bangku untuk anak-anak muda nongkrong dengan teman-teman atau pun pasangan. Gilang sudah biasa berada di sana, dia juga sudah biasa dengan Farhan yang akan mengambil kesempatan sebaik mungkin dalam kondisi yang menguntungkannya. "Lo mau curhat kan?" "Sebagai pendengar gue juga butuh banyak makanan buat dengerin lo curhat, supaya energi gue full dan bisa memberikan solusi yang paling tepat." Itulah alasan Farhan yang tanpa berekspresi tak enak saat menaruh banyak bungkusan cemilan di meja mereka. Saat Gilang meliriknya dengan datar, dia pura-pura nggak melihat dan malah mengambil duduk dengan santai. "Untung gue punya gaji," dengus Gilang atas kelakuan sahabatnya itu yang memanfaatkan kondisinya. "Ya makanya itu cok, gaji lo yang besar itu

    Last Updated : 2022-05-27
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   105. Hukum karma

    Sedangkan itu di lain tempat, malam semakin larut dan sepoi angin semakin terasa dingin menusuk tulang. Mita masih belum menyangka jika dia berada di sebuah pulau kecil yang sangat indah untuk menikmati malam. Harinya yang berat dan rasa lelah seolah sirna sejak dia menginjakkan kaki di sebuah dermaga. Gemerlap lampu serta bangunan-bangunan dari kayu kian menambah keindahan di mata gadis itu. "Loh, pak, kirain sudah tidur," ucap Mita saat mendapati laki-laki tampan yang berjalan ke arahnya. Mita sendiri sedang menikmati angin laut di kursi teras kamarnya. Kebetulan kamar Vano juga terletak di samping kamarnya, yang mana tentu laki-laki itu dapat dengan jelas melihat Mita yang duduk sendirian sejak tadi. "Emang saya kamu." "Lah, saya emang kenapa?" balas gadis itu. Mata sipitnya langsung melirik ke sebuah map yang Vano letakkan di atas meja. Mita menduga bosnya itu akan kembali bekerja. Sehingga membuatnya berdecih karena merasa bahwa bosnya itu workaholic sekali. Namun Mita nggak

    Last Updated : 2022-06-21
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   106. Rasa bersalah

    Sejak awal, Vano memang seorang anak orang yang kaya. Dunianya begitu berbeda dengan anak-anak lainnya. Dia begitu serius dan nggak banyak pengalaman menyenangkan yang umum di lakukan orang-orang. Hidupnya menyedihkan dan banyak menyakiti orang lain. Satu hal yang sangat membekas mengenai hubungan asmara satu-satunya yang pernah dia jalani yaitu bersama Bunga. Dia sadar telah menyakiti terlalu banyak satu hati wanita. Namun kini laki-laki itu sadar akibatnya. Bahwa Tuhan mulai kurang berpihak kepadanya. Satu wanita yang menarik matanya, yang membuatnya tertarik ingin berhubungan serius dan lebih baik lagi ternyata akan melakukan pernikahan dengan orang lain. Vano telah merenung sejak lama, ia membiarkan hatinya yang keras untuk melunak dan memahami apa mau dirinya dan apa yang dia inginkan. Dan pada saat itu dibantu dengan orang yang dia lebeli menarik hal-hal yang awalnya dia acuhkan menjadi dia perhatikan. Salah satunya melakukan hal sederhana yang selama ini nggak pernah Vano b

    Last Updated : 2022-06-21
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   107. Takut

    Setelah sekian lama purnama sejak kelulusan kuliah. Mita belum lagi menginap di kosan sang sahabat yaitu Bianca. Berbeda dengan dulu, dia kerap menginap dan menjadikan kosan Bianca sebagai rumah kedua. Dan saat mereka sama-sama bekerja, baik Bianca dan juga Mita jarang berbagi kasur lagi. Itu karena kesibukan non stop yang mereka hadapi.Karena semakin beranjak dewasa, semakin jarang pula untuk sekedar kumpul bersama teman baik yang dulu selalu ada."Mau makan apa kita?" Sosok perempuan sehabis mandi muncul dari pintu kamar. Bianca melepaskan handuk di kepalanya dan segera menuju meja rias kecil untuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.Sedangkan yang diajak bicara yaitu Mita hanya malas-malasan memainkan ponselnya di atas kasur milik sang sahabat."Mau makan di luar?" tanya balik gadis itu. Dia masih berpakaian lengkap sehabis pulang bekerja. Belum ada tanda-tanda dirinya akan beranjak untuk mandi."Nggak lah, pesan aja, lagi males keluar."Mita mengangguk setuju atas jawaban B

    Last Updated : 2022-06-23
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   108. Janji Gilang

    Mita pov :Perkara suka dan mencintai seseorang ku pikir akan sangat mudah melakukannya. Suka dan merasa senang saat bersama dengan orang tersebut, nyaman juga nyambung obrolan, ku pikir itu sudah termasuk sayang dan cinta.Namun aku nggak pernah menyangkan jika cinta lebih dari semua yang awalnya ku pikirkan. Bahkan di luar itu, cinta lebih dari segalanya. Tanpa bosan dan tanpa hilang rasa suka hingga selama-lamanya.Cinta sungguh sesuatu yang sangat berat, bukan hal simpel yang dapat ku kategorikan saat merasa cocok dan melebelinya bahwa aku mencintai orang itu.Selama ini aku salah. Terlalu dini menyimpulkan apa yang aku rasakan. Hanya karena merasa nyaman dan juga cocok sehingga aku sanggup memikul tawaran rencana hubungan yang serius.Jika sudah seperti ini, rasa sadar yang ku rasakan terasa hambar dan terlambat. Aku akan mengecewakan banyak orang. Tingkah kekanakan ku dalam memahami hubungan begitu fatal. Aku sudah sangat terlambat bahkan saat sadar jika rasa suka ku kepada Gila

    Last Updated : 2022-06-28

Latest chapter

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   Ucapan

    Terimakasih untuk yang telah meluangkan waktu mengikuti kisah Mita dan Vano. Seperti halnya dalam hidup yang tak pernah ada akhir hingga kematian datang. Begitu pula kisah ini, yang sebenarnya belum berakhir. Bahkan Vano dan Mita baru mengawali kisahnya ketika ini berakhir. Maka dari itu, biarkan mereka melaluinya sendiri. Merajut kisah selanjutnya dengan hanya ada mereka sendiri. Sekali lagi, terimakasih untuk semuanya. Maaf jika sang pencipta cerita ini banyak mengulur waktu dan berakhir dengan cara yang mungkin membuat kalian kurang puas. Tetapi dengan cerita yang kurang sempurna ini saya berharap kalian semua bisa menikmati. Terlepas dengan saya yang memang suka ngaret update :) Terimakasih banyak. Salam hormat dari Mita, Vano dan author.****

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   124. Ikuti Kata Hati

    "Ikuti kata hati, jangan menyangkalnya." Mita baru tau jika Ibunya bisa menasehati dengan baik. Ia pikir hanya Bapak yang bijak dalam menasehati. Saat itu setelah selesai acara makan siang bersama, Ibu berkata dengan kalimat itu sebelum keluar. Mita bingung tentang maksud perkataan Ibunya. Namun ketika dipikir lagi, ternyata memang masih ada problem dalam dirinya. Persis yang dikatakan Ibu, bahwa dia terus-terusan menyangkal perasaannya sendiri. Bukan tanpa alasan, sebab ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Yaitu menyakiti orang lain. Dulu ia benar-benar menyakiti orang yang sangat baik kepadanya. Atas dasar kelabilannya lah jadi banyak orang yang dia repotkan. Mita nggak ingin itu terjadi, maka dengan membohongi dan menyangkal dirinya sendiri adalah senjata untuk itu. Tetapi semakin menyangkal, semakin pula ia tak bebas dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan juga khawatir. Tetapi atas dasar menghukum diri sendiri pula, Mita memantapkan diri untuk tetap baik-baik saja.

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   123. Tak Ingin Memaksa Lagi

    Siang hari kali ini panas menyengat membakar kulit. Di jalanan komplek tak ada orang yang bersenang hati berjalan di bawah teriknya matahari, bahkan di dalam rumah pun terasa sekali gerahnya kalau nggak ada kipas angin. Lebih bagusnya ac, namun rumah Mita bukanlah rumah mewah dengan adanya ac di setiap ruangan. Mereka mengandalkan angin dari kipas angin. Bukan hanya satu atau dua saja kipas terpasang, bahkan di ruang tamu ada, di ruang tengah dan di setiap kamar juga ada. Namun karena hari ini sangat panas, jadi gadis itu menyeret salah satu koleksi kipas berdiri menuju ruang makan. Nggak berat sama sekali, dia bisa santai tanpa perlu bantuan, namun karena seruan Ibu yang menyuruhnya untuk cepat membuat langkah kaki gadis itu semakin cepat. "Ayo duduk Van." Ibu Sri mempersilahkan si tamu untuk duduk di salah satu kursi makan. Sedangkan Mita hanya diam sembari menyalakan kipas angin yang tadi dia bawa. "Karena hari ini cuman buat satu pesanan jadi nggak begitu banyak masaknya," kata

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   122. Datang

    Malam semakin berlalu, jam yang berdetak di ruang keluarga pun hingga terdengar jelas. Sedangkan itu di satu kamar nampak remang hanya diterangi lampu tidur. Keranjang berdecit kala seseorang di atasnya merubah posisi. Kembali berdecit saat lagi-lagi berganti posisi. Mita seketika menendang selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Merasa kesal akibat matanya yang tak kunjung tertutup. Dia mengambil bantal dan menutup wajahnya. Lagi-lagi nggak bisa tertidur. Dia frustasi dan mengembalikan bantalnya ke tempat semula. Sorot matanya seketika menerawang langit-langit kamar tak bisa tenang. Pikirannya berkelana pada satu momen siang tadi. "Tolong buka hati untuk saya." "Jangan menghindari saya." Argh! Rasanya Mita ingin berteriak kuat-kuat. Seketika jantungnya kembali berdegup nggak normal saat mengingat lagi momen itu. Dia memandang langit-langit kamar dengan menerawang. Tapi sesaat kemudian bibirnya terangkat ke atas secara otomatis. Mita tersenyum, namun kala tersadar ia memukul k

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   121. Dua permintaan

    "Kok bisa salah kirim?" tanya laki-laki itu yang berkali-kali lipat tampan dibanding yang dulu. Mita menjadi gugup. Dia berdehem dan menyesap minumannya sedikit. "Nggak tau, saya mau kirim pesan ke Farhan," ucapnya berusaha tampak biasa saja. Dia sempat memperhatikan mantan bosnya yang sedang berbicara kepada salah satu pelayan yang lewat. Memesan kopi dan cemilan, lalu setelahnya kembali memperhatikan gadis di depannya. Dan secepat kilat Mita beralih, dia nggak ingin tertangkap basah sedang memperhatikan mantan bosnya. "Memang nama kontak saya pakai huruf F sampai ketuker seperti itu?" "Enggak," Mita lantas menggelengkan kepalanya. "Mungkin lagi kurang fokus," ujarnya kemudian tampak acuh. Sudah terlanjur kejadian juga. Mau nggak mau Mita harus menghadapinya. Berhadapan dengan mantan bosnya dan juga berbincang memang bukan rencana awalnya. Namun bagaimana lagi. Sebenarnya sih malu karena bisa salah kirim pesan. Tapi ya sudah. Mita kembali menghela nafasnya. Beruntung Vano ngga

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   120. Salah Kirim

    Waktu kian berlalu. Pagi hari terasa cepat sekali datang. Setiap jam dan menit kian berjalan bagai jarum detik yang cepat. Setidaknya itu yang dirasakan Mita. Entah orang lain merasakan gimana, namun dia merasa waktu cepat sekali berlalu.Hari-harinya dilalui dengan kegiatan yang membosankan. Pagi hari berberes membantu Ibu, siang hari jika hanya ingin di rumah ya tetap di rumah atau jika ingin keluar ya keluar jalan-jalan sendirian, lalu sore hari Mita beberapa kali berjalan-jalan di area komplek, menyapa tetangga yang berpapasan atau hanya menikmati udara segar di taman.Mita belum bekerja, ia kembali menjadi pengangguran dan sedang mencari pekerjaan. Rasanya dia kembali ke awal setelah semuanya terjadi, seperti menjadi pengangguran dan mencari pekerjaan. Jika sudah mendapatkan pekerjaan dia akan bekerja dan entah bagaimana kehidupan selanjutnya, apa dia akan mendapat rasa sakit lagi atau malah mendapatkan kebahagiaan. Sepertinya itu hanya Tuhan yang tau. Yang jelas dirinya sudah me

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   119. Semakin gemas

    "Tapi emang sekarang kamu cantik banget loh," ucap seorang wanita anggun dengan senyuman mengembang. Ia menggoda gadis muda yang ada di hadapannya. Kini mereka sedang duduk menikmati hidangan yang di sediakan. Sebab siang terus menjelang. Saat ini saja sudah akan menjelang pukul dua belas. "Tante jangan begitu, aku jadi malu loh," balas gadis itu dengan pura-pura menutup sebagian wajahnya. Tak ayal Tante Gina terkekeh merespon. "Apa kamu bisa malu Mit?" "Aih," Mita segera menoleh pada Om Iskandar. "Gini-gini banyak yang bilang aku pemalu kok Om." "Masa sih?" "Iya loh bener," balas Mita mencoba meyakinkan. Namun ia tersenyum ketika ia mendapat sorot mencurigakan dari Om Iskandar. Akhirnya mereka terkekeh bersama membuat dua orang yang menyaksikan interaksi mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Vano nggak bisa berkata-kata lagi jika Mita sudah bergabung dengan papanya. Gadis itu sejak awal memang sudah nyambung dengan papahnya yang kerap receh. "Dengar ya Mit, kamu pasti seben

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   118. Menggemaskan

    Pagi yang penuh haru dengan berjalannya ijab kobul yang sakral telah berlalu. Kini para tamu sedang menikmati jalannya acara hiburan yang dibawakan oleh mc. Mita hanya duduk di salah satu kursi, senyum merekah tak henti-hentinya terbit di bibirnya. Ia menyapa dan sempat berbincang dengan beberapa kenalan kuliahnya dulu. Yang tak di sangka-sangka bahwa salah satu teman sekelas Bianca yang dia kenal dulu cupu, ternyata telah memiliki suami dan anak. Gadis itu sedikit kaget, namun begitulah roda kehidupan. Nggak ada yang tau pasti jalan hidup, nasib dan juga takdir. "Jadi, lo sendiri Mit?" tanya Farhan. Mita sudah berganti tempat duduk dan berkumpul dengan rombongan geng nya saat bekerja di Miyora dulu. Ada Bang Cakra dan istrinya, Mbak Amira dengan anaknya dan juga Farhan dengan pacarnya. Hanya Mita yang nggak memiliki gandengan. Ia jadi menyesal telah menyapa dan ikut duduk. "Gue paham lo lagi nyindir gue." "Dih, sensi amat lo, jomblo sih," ejek Farhan yang kemudian mendapat tepu

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   117. Hari Pernikahan

    "Bu, pantas nggak?" Mita masuk ke dapur sembari menenteng slingbag hitam miliknya. Ia sudah berdandan rapih dan menata rambutnya. Dengan sentuhan make up serta pakaian kebaya kekinian, gadis itu menghadap Ibu Sri yang sedang memberesi meja makan. "Pantas," balas wanita Jawa tulen itu. "Emang mau berangkat jam berapa?" Ia melirik sekilas pada anak sulungnya, kemudian kembali sibuk mengangkat masakan sore yang masih bisa di hangatkan. "Jam 6, sekalian nanti nunggu ijab," balas Mita. Dia memperhatikan jarum jam di arloji yang dia kenakan. Masih pukul lima lewat tiga puluh menit dan dia sudah serapih ini. Mita memang sudah mempersiapkan dengan matang. Bangun pagi buta dan berdandan, nanti jam enam dia akan berangkat menuju sebuah hotel yang digunakan untuk acara pernikahan sahabatnya yaitu Bianca. Ah mengingat Bianca jadi Mita ingat obrolan mereka semalam. Sahabatnya itu mengatakan sangat gerogi dan nggak bisa tidur. Segala keluh kesah Bianca telah Mita dengarkan. Bahkan sahabatnya i

DMCA.com Protection Status