Share

21. Meminta Ijin

Penulis: Lavender My Name
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Tidak akan pernah. Dia dari awal untukku, maka selamanya akan seperti itu," jawab Raka dingin. Ia mulai kembali menatap Rara yang sejak tadi hanya diam, dan memperhatikan kubikelnya yang baru saja jadi.

Benar kata wakil direkturnya. Ruangan itu terlalu sederhana. Bagaimana ia akan bergerak melakukan investigasi di perusahaan ini? Miris memang, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin ia harus memikirkan sendiri, bagaimana nanti dirinya dapat bekerja dengan nyaman.

"Jika tidak bersedia memberikan Rara padaku, maka berikan dia ruangan yang layak untuknya bekerja. Bukankah ada ruangan kosong di samping ruanganmu? Di belakang meja sekretarismu itu. Kau pindahkan saja meja sekretaris kemari dan biarkan Rara menggunakan ruangan itu. Paling tidak, Rara juga bisa mengawasi kinerja sekretarismu itu, biar tidak sibuk dandan melulu," usul Wisnu, yang langsung menyindir Susan yang saat itu juga tengah memperhatikan mereka.

Raka memikirkan usulan Wisnu, lalu memberi kode agar ketiga pria yang masih me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   22. Igauan Rara

    Sepanjang perjalanan Raka memikirkan alasan yang dikemukakan oleh Rara. Benarkah perusahaannya saat ini benar-benar sedang kacau? Ia masih menyangsikan itu. Di matanya, perusahaan yang ia pimpin masih baik-baik saja. Laporan yang ia terima setiap akhir bulan juga selalu menunjukkan perkembangan. Perkembangan? Ini yang sejak tadi diributkan oleh Wisnu. Menurut wakil direkturnya itu. Perusahaan mereka tidak menunjukkan kemajuan sesuai yang diharapkan. Dan jika diteliti lebih jauh, ada banyak data yang tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. Wisnu sering kali mengecek bagian produksi. Barang mentah begitu banyak tapi laporan barang jadi yang terjual tidak sepadan dengan hasil produksi yang dihasilkan. Dan ia sudah berulang kali membicarakan hal ini pada Raka tapi jawabannya selalu saja sama, tidak mungkin terjadi kecurangan. Mobil Raka akhirnya terparkir dengan sempurna di parkir lantai dasar gedung apartemennya. Rasa kantuk yang semula menggelayui kedua matanya sirna sudah. Resep ko

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   23. Peringatan Rara

    Pikiran Raka yang dipenuhi dengan igauan Rara yang beberapa menit lalu ia dengar, membuat Raka tidak sadar jika khasiat susu sebagai mood stabilizer mulai bekerja. Gelombang rasa kantuk mulai datang menyerangnya. Berulang kali dirinya menguap dan rasa berat mulai menggantung di dua kelopak matanya. Matanya mulai berair, dan lama kelamaan ia tidak dapat menahan lagi kantuknya. Raka berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan sempoyongan, dan sambil terus menguap. Saat dirinya melihat kasur, bantal dan gulingnya, Raka mempercepat jalannya dan segera merebahkan dirinya dengan posisi serampangan, hingga akhirnya, ia tidak mengigat apapun. Raka sudah berpindah alam. -0- Rara seketika terjaga. Sebagian tubuhnya terasa sakit. Kedua matanya masih setengah terbuka, kesadarannya-pun belum genap seratus persen. Ada dimana dirinya sekarang? Rara melihat sekelilingnya. Ini jelas bukan kamarnya. Kamarnya tidak mungkin ada kursi dan meja makan sekaligus. Perhatiannya berhenti pada kresek putih da

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   24. Menjadi Orang Lain

    Rara kembali ke ruangannya, dan ia mendapati Wisnu masih setia menunggu di sana. Wisnu terus menatap Rara hingga gadis itu duduk di kursinya. "Ada apa? Kalian bertengkar? Mengapa aku merasa kalian berdua seperti sepasang kekasih?" "Kekasih dilihat darimana, Pak? Jangan bercanda yang aneh-aneh deh," sungut Rara. Ia masih merasa kesal dengan Raka. Mengapa ada orang yang begitu keras kepala. Tangannya sudah sangat gatal untuk menarik orang-orang yang ia curigai sejak kedatangannya di kantor ini. "Kamu ingin melakukan sesuatu?" Wisnu tampaknya mengerti jika Rara sedang merasa kesal. "Bolehkah saya mengambil datanya sekarang?" "Biarkan mereka mengantarkannya kemari. Aku tidak akan membiarkanmu menjadi seperti karyawan biasa. Ingat, Ra. Kamu adalah tangan kanan pemilik perusahaan ini, maka jagalah wibawa Om Wid. Kamu mengerti maksuduku?" "Tapi mereka akan tahu jika saya sedang menyelidiki mereka," jawab Rara. Ini adalah ketakutan terbesarnya. Jika mereka mengetahui dirinya sedang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   25. Rapat Dadakan

    Wisnu tidak langsung menyetujui permintaan Rara yang tidak pernah terlintas dalam benaknya sekalipun. Ini terlalu berbahaya. Bagaimana jika sampai Raka tahu? Pria berkacamata itu terus menatap Rara yang juga terus menatap dirinya, menanti jawaban atas permintaannya. "Tidak ada ide lain? Mengapa ide itu yang kamu pilih?" "Tidak ada, Pak. Saya pikir itu adalah ide terbaik." Wisnu menggelengkan kepalanya sekali lagi. Ia masih tidak percaya jika gadis di depannya itu memiliki ide sangat aneh dan sangat beresiko. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? "Menjadi dua orang dalam waktu yang bersamaan?" ulang Wisnu memutar-mutar pena di tangan kanannya. "Bukan di waktu yang sama, tapi di tempat yang sama," ralat Rara. "Hanya berbeda sedikit tapi kamu tahu? Itu sangat berbahaya. Di divisi mana aku harus menempatkanmu?" "Tidak akan berbahaya, jika saya melakukannya dengan benar," ucap Rara bersikukuh. "Boleh ya, Pak?" rayu Rara. "Aku tidak dapat membantumu jika terjadi sesuatu nanti."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   26. Rencana Raka 1

    "Jangan pernah mengira aku akan diam saja. Apapun yang kamu lakukan tidak akan luput dari pengawasanku!" ujar Raka penuh ancaman. "Bukan begitu, Pak. Saya belum bisa memberitahukan semua pada Bapak...." "Apa lagi? Kamu harus melakukan penyelidikan lagi?? Sudahlah, Rara. Hentikan semua omong kosongmu itu! Tidak ada pengkhianat di sini. Mereka semua adalah pegawai lama Papa. Loyalitas mereka tidak perlu diragukan lagi. Justru yang baru seperti dirimu itu yang perlu dikhawatirkan, dan mendapatkan perhatian lebih." 'Aaah! Mengapa jadi seperti ini??' keluh Rara dalam hati. 'Tidak mungkinkan ia membuka semua rencananya pada orang yang jelas-jelas tidak menyukai kedatangan dan keberadaanya di perusahaan ini. Ingin rasanya Rara mengatakan jika dirinya bukan satu dua tahun mengikuti Widjanarko. Bahwa dirinya mungkin lebih lama mengenal Widjanarko dibandingkan beberapa pegawai yang dimaksudkan Raka. Tapi Rara mengurungkan keinginannya. Raka tidak akan pernah mendengarkan perkataannya. Diriny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   27. Dia Asistenku

    "Tenang, Pak. Saya sama sekali tidak tertarik dengan semua urusan Bapak, tapi..." jawab Rara, dan masih menatap kertas di tangannya, lalu menatap langit di luar sana. Cuaca masih begitu cerah. "Yang namanya meeting tidak ada kaitannya dengan waktu. Jika itu akan membawa banyak keuntungan bagi perusahaan, tidak masalah. Tengah malampun tidak masalah." Rara menelan salivanya dengan kasar dan penuh emosi. Cara bisnis macam apa itu. Bekerja tanpa mengenal waktu. Seseorang tidak akan bisa membuat keputusan yang tepat dan bijaksana, bila keadaaan tubuh dan pikirannya tidak dalam kondisi yang baik. Selain akan membawa kerugian di masa datang, juga tidak akan mendatangkan manfaat yang besar bagi perusahaan. Tapi, Rara tidak mau ambil pusing. Ia tidak akan memberi masukan apapun. Ia hanya akan melakukan tugas yang diberikan Widjanarko padanya. "Baik, Pak. Silakan menunggu di lobi." Rara segera meninggalkan ruangan Raka, mengabaikan tatapan atasannya yang sama sekali tidak ia mengerti mak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   28. Suara Berisik

    Rara terpaksa menyimak pembicaraan yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan pekerjaannya. Proyek yang tidak menarik menurutnya. Tidak sesuai dengan kiblat perusahaan mereka, kecuali atasannya itu memiliki bisnis lain selain fashion. Begitu pembicaraan itu membahas soal pendanaan, Raka langsung terdiam. Ia tidak lagi banyak bicara, membuat Evan meliriknya. "Kenapa?" Raka hanya menatap sekilas pria itu lalu menyandarkan punggungnya dengan malas. Dari mana ia mendapatkan dana? Perusahaannya saja sedang membutuhkan begitu banyak dana. Rara sendiri sudah tidak tertarik dari awal. Karena kalaupun ada suntikan dana, maka dana itu akan ia gunakan untuk membenahi perusahaan milik mereka sendiri, bukan usaha baru yang belum jelas keberhasilannya. "Aku tidak bisa bergabung kali ini. Perusahaanku sendiri sedang membutuhkan banyak dana." Evan melirik ke arah Rara. "Apakah karena itu dia ada di sini?" Dengan sangat terpaksa, Raka menganggukkan kepalanya. Ia mulai menceritakan awal mengapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   29. Aku Butuh Dia

    Rara tidak bersemangat untuk datang ke kantor hari ini. Perseteruannya dengan atasannya semalam, membuatnya merasa sakit hati. Perkataan Raka yang begitu kasar sudah menyinggung perasaannya. Memang ada masalah apa dengan diri atasannya itu, jika dirinya tidak pernah dekat dengan pria manapun selama hidupnya? Mengapa pria itu menjadi semakin jahat jika sudah membicarakan soal hubungan antara pria dan wanita? Rara menendang satu kerikil dengan kerasnya. Dia tidak peduli kemana arah kerikil itu jatuh. Yang penting saat ini, ia dapat menyalurkan kekesalannya. Semakin dipikir, semakin ia merasa kesal. Semakin merasa kesal, semakin dirinya ingin menganiaya pria itu. Langkahnya semakin dekat dengan kantor, membuat Rar semakin memperlambat kecepatan melangkahnya. Hari ini, ia berencana untuk menemui Wisnu, untuk membicarakan rencana yang pernah ia utarakan beberapa waktu lalu, akan tetapi kejadian semalam membuatnya malas. Dengan penuh perjuangan, akhirnya Rara berhasil sampai di depan rua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   104. Janji Raka (Tamat)

    Sudah satu tahun, Rara menjalankan tugas barunya sebagai direktur. Dan selama itu juga ia membantu dan membimbing Raka, untk memahami dengan jelas pekerjaan seorang direktur. Raka sendiri, setelah berjanji pada kedua orang tuanya, sedikit demi sedikit berubah. Salah satu alasan dirinya berubah, karena ia memiliki dua pesaing tangguh di perusahaannya. Dan dirinya tidak mau mengalah. Tidak akan ia biarkan dirinya hanya menjadi penonton saja. Ia harus menjadi tokoh utama dalam drama di perusahaannya. Melihat kemajuan dan semangat Raka untuk menambah ilmunya, membuat Rara yakin jika dirinya tidak akan berlama-lama di perusahaan ini. Semakin cepat tranfer ilmu yang mereka lakukan, maka semakin cepat pula ia mengembalikan posisi direktur ini kepada Raka. Dan kini sudah genap satu tahun. Saatnya untuk mengembalikan jabatan direktur kepada Raka Orang-orang yang melakukan kecurangan sudah mendapatkan hukuman masing-masing. Mereka dipecat dari perusahaan, kecuali satu orang, sesuai dengan

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   103. Karangan Bunga Untuk Rara

    Rara menendang batu kerikil yang berserakan di jalan masuk rumah kontrakannya. Kepalanya mendadak pusing. Baru kali ini ia merasakan tekanan batin yang luar biasa menyiksanya. Inilah yang ia takutkan sejak dulu. Ketika kehadirannya justru menjadi awal pertengkaran orang-orang di sekitarnya. Padahal Rara sangat sadar diri. Ia tidak pernah mengharapkan perhatian lebih dari seseorang. Ia selalu berusaha menutup dirinya dari yang namanya cinta. Kini, dirinya justru terjebak dalam masalah yang berpusar pada hal yang sangat ia hindari. Rara duduk sejenak di kursi di teras kecilnya. Ada tukang bakso yang sedang berjalan ke arahnya. Mungkin semangkuk bakso dengan sedikit sambal bisa mengurangi kegundahan hatinya. Rara berjalan ke pagar, menunggu gerobak bakso itu berhenti di depan rumahnya. Sedangkan di seberang, ada gerobak es teler yang sedang mangkal. Tanpa pikir panjang, Rara melambaikan tangannya, memesan satu gelas es teler. Sore ini, dia ingin memanjakan dirinya dengan semangkok

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   102. Pengakuan Raka

    Penampilan Raka benar-benar kacau pagi itu. Setya sendiri terkejut dengan kedatangan Raka yang tidak biasa. Raka sudah begitu lama tidak lagi main di bar nya. Teman kuliahnya itu hanya mampir tapi tidak pernah lagi memesan minuman berwarna kuning itu. Akan tetapi, pagi itu begitu aneh. "Berikan minuman favoritku?" teriak Raka. Kepalanya terasa berat. Ia ingin membuang sesuatu dalam kepalanya tapi tidak bisa. Tangannya memegangi kedua sisi kepalanya. "Hah?" Setya terkejut. Ia tidak segera membuat pesanan Raka. Ia mencoba menerka penampilan sahabatnya itu. Masih begitu pagi, tapi mengapa wajahnya sudah sangat suntuk. "Set!! Apa telingamu sedang bermasalah?" Nada bicara Raka mulai meninggi. Ia sangat tidak sabar, seakan ingin segera membuang sesuatu yang sangat mengganjalnya. "Eh. Aku baik-baik saja. Tentu aku tidak ada masalah. Ada apa denganmu? Hari masih begitu pagi. Tidak baik untuk mengkonsumsi minuman ini. Kau pasti belum sarapan, bukan? Aku sarankan untuk sarapan dulu, maka ak

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   101. Mabuk

    "Jadi anak itu datang sendiri? Apakah mungkin dia sudah menguntitmu?" "Mungkin, Pa. Raka juga tidak tahu." "Nekat juga orangnya ya? Untung kamu tolak perjodohan itu. Bisa mati berdiri mama kamu, berhadapan dengan mantu seperti dia" Widjanarko menggelengkan kepalanya. "Benny pasti sudah tahu cerita ini. Kalau sampai dia berani menelpon Papa, berarti dia sudah tidak butuh uang lagi. Tapi, kalau dia masih waras dan masih membutuhkan uang untuk hidup, dia pasti akan memilih damai, tidak akan berani memperpanjang masalah ini, apalagi melanjutkan perjodohan ngawur ini." "Oh iya, Ka. Besok lagi kalau kamu ke rumah Rara, bawa semua hadiah yang diberikan Benny kemarin. Daripada di sini tidak dimakan, lebih baik di rumah Rara. Biar anak gadis itu tambah gemuk, dan tambah imut. Mama suka sekali melihat pipi Rara yang chubby." Yang dipuji Rara, yang merah padam wajahnya justru Raka. Ia merasa pilihannya tidak salah. "Ka. Mumpung kamu ada di sini, Papa ingin bertanya sesuatu hal sama kamu."

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   100. Saingan Yang Tidak Sepadan

    Rara memilih untuk menghindar dari pertengkaran kecil itu. Ia sama sekali tidak berminat untuk ikut campur. Tidak ada untungnya sama sekali. Rara hendak menelpon Wisnu tapi ia ternyata salah memilih nama. Yang ia tekan justru nama Widjanarko. Tanpa sengaja, Rara menekan tombol video, dan menyorot langsung ke arah Raka dan gadis itu. Raka yang yang berjalan ke arahnya dan gadis bernama Icha itu terlihat jelas dalam video. Kejadian dimana dirinya disiram air oleh Icha juga terekam hingga akhirnya air membuat ponselnya basah. Rara yang terkejut dan panik langsung meraih ponsel dan mengelapnya dengan ujung tuniknya. Malang nian dirinya. Apa ini resiko yang harus ia terima karena berjalan bersama Raka? "APA YANG KAMU LAKUKAN??!!! seru Raka begitu keras. Pria itu mendorong Icha hingga terjungkal nyaris menabrak meja makan di belakangnya. Raka langsung menghampiri Rara yang terlihat begitu kaget dan masih mengelap ponselnya dengan ujung tuniknya. "Ayo, kita pergi dari sini!" ajak Raka.

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   99. Tamu Tak Diundang

    "Kamu ada waktu malam ini?" Keduanya, tanpa sengaja, mengucapkan kalimat yang sama secara bersamaan. Rara tergelak. Begitu juga dengan Raka. Keadaan kemudian menjadi hening. Mereka berdiri di depan pintu lift, menunggu datangnya lift yang baru saja bergerak dari lantai satu. "Silakan. Pak Raka dulu, ada yang mau ditanyakan?" Rara mempersilakan Raka berbicara lebih dulu. "Tidak. Kamu saja dulu. Lady first, pria belakangan." "Tidak. Bapak saja dulu. Saya tidak begitu penting." "Hmm. Ya sudah kalau begitu." Raka berdeham sebentar. "Apakah kamu ada waktu luang malam ini?" Rara berpikir sejenak. Tidak mungkin ia langsung memberi jawaban. "Kelihatannya saya punya waktu kosong nanti malam. Ada apa?" "Hmm. Aku ingat-ingat, selama kita berhubungan satu dengan yang lain, kita belum pernah sekalipun makan malam bareng'kan?" Rara diam sambil berpikir. "Perasaan kita pernah keluar makan bareng, Pak. Ada Pak Wisnu juga."" "Tsk. Itu bukan makan malam. Kopi bareng itu. Kopi anti ngantuk k

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   98. Pengembalian Wewenang

    Widjanarko berdiri menghadap jendela besar di belakang kursi kerjanya. Ia baru saja menerima telpon dari Rara jika gadis itu ingin bertemu dengannya. Rara ingin membahas soal kelanjutan hasil audit kemarin. Ada sesuatu yang dikhawatirkan Widjanarko. Ia takut jika mereka-mereka ini akan menaruh dendam pada Rara, karena telah membongkar kejahatan mereka dan membuat mereka kehilangan ladang uang mereka. Ini sangat mengganggu Widjanarko. "Pak. Mbak Rara sudah di sini." Irwan, sekretaris Widjanarko datang memberitahu soal kedatangan Rara. "Langsung kamu suruh masuk." Irwan mengangguk dan kembali keluar. Menit berikutnya Rara sudah berada di ruangan Widjanarko. "Siang, Ra. Apakah semuanya baik-baik di sana?" "Baik, Pak. Semua aman terkendali." "Syukurlah kalau begitu. Bagaimana dengan putraku? Apakah dia sangat merepotkanmu? Pasti sangat susah membimbing orang dewasa dengan sifat keras kepala seperti Raka." "Jujur, sangat susah, Pak. Akan tetapi, Pak Raka sudah mulai berubah sedikit

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   97. Kamu Tidak Sendiri

    "Jadi, katakan padaku, apa keputusanmu?" Wisnu mengulangi pertanyaannya untuk ke sekian kalinya. "Tidak mengapa kita membahas ini tanpa Raka?" "Tergantung yang akan kita bahas apa dulu? Jika yang akan kita bahas adalah tentang perasaan kita berdua, maka tidak perlu ada orang lain di sini." Aaiihh! Semburat merah jambu langsung menghiasi pipi Rara. Ingin rasanya ia menutupi wajahnya dengan kedua belah tangannya, tapi Rara terlalu malu untuk melakukan itu. Senyum bahagia menghiasi wajah Wisnu. "Apakah itu yang ingin kamu bahas sekarang?" "Ti-dak. Tidak. Tentu saja tidak. Ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas masalah yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan." Wajah Rara terasa semakin panas. Tidak tega melihat Rara yang semakin salah tingkah, Wisnu mengurungkan niatnya untuk menggoda Rara lebih jauh. "Baiklah. Karena aku tidak mau orang lain melihat wajahmu yang seperti ini, kita ganti saja topiknya sekarang. Oke?" Rara dengan cepat menganggukkan

  • Asisten Kesayangan CEO Angkuh   96. Siapa Yang Kamu Pilih?

    Pintu ruang rapat dewan direksi terbuka dari luar. Doni datang menghampiri Rara. "Sekarang waktunya untuk cek kesehatan. Dokter Riswan sudah menunggu di klinik." "Biarkan dia yang datang kemari." Wisnu memberi titah kepada Doni. "Rara sekarang bukan karyawan biasa. Sudah selayaknya dia yang datang kemari, melayani atasannya." "Biar. Tidak apa-apa, Pak. Biar saya yang datang ke sana." "Tidak boleh! Bagaimana mungkin aku membiarkan direktur mendatangi klinik seperti yang karyawan biasa? Aku akan menyuruhnya datang kemari." Wisnu langsung menelpon klinik, meminta orang klinik untuk datang ke ruang direktur. "Sekarang saatnya kamu kembali ke ruanganmu." Wisnu menarik tangan Rara, berjalan meninggalkan ruang rapat. "Sudah kamu bereskan semua barang-barang di sana?" tanya Wisnu pada Raka yang berjalan di belakangnya. "Kalau aku tidak salah, sudah. Tapi tidak tahu kalau sudah berantakan lagi." Sikap Raka terhadap Wisnu tetap tidak berubah. Ia semakin menganggap sepupunya sebagai riva

DMCA.com Protection Status