Keadaan Tn.Choi membaik, apalagi setelah mendengar kabar kalau Joon Woo akan segera menikah. Semua orang dibuat terkejut dengan wanita pilihannya.
Bahkan Ji Eun terkejut.
Aera, Joon Woo jatuh cinta dengan gadis manis yang lugu itu.
Hari ini Tn. Choi sudah pulang dari RS, Ji Eun yang menjemputnya. Namun sesampainya di rumah dan Ji Eun mau pamit, Tn. Choi bersikukuh ingin mengantarnya sampai ke depan rumah.
“Abeoji, obatnya diminum yg teratur, Ji Hwan akan sering main kesini, jangan khawatir. Aku juga baik-baik saja, dan Joon Woo oppa akan menikah, tidak ada yg perlu dikhawatirkan. Karena itu, Abeoji harus jaga kesehatan,” Ujar Ji Eun.
“Ne.., ne, putriku. Kau jaga kesehatan, hati-hati.”
Ji Eun menaiki mobilnya dan melaju menjauhi rumah ayahnya. Ia menghela napas lega.
Namun tiba – tiba dahinya berkerut, ia tiba-tiba merasakan nyeri yg menyengat dan hanya sesaat, sama seperti yang ia rasakan saat di pe
Kembali ke Hwan yg dibawa ke RS, ia langsung menjalani medical check up untuk memastikan apa yg terjadi, kenapa ia tiba – tiba seperti orang sakau, terhipnotis dan menggila.Banyak sekali kelakuan aneh yang disadari oleh para pelayan dan bodyguard, Hwan seperti orang sakit jiwa.Saat ini Hwan masih tak sadarkan diri setelah disuntik obat penenang, sementara dokter melakukan beberapa pemeriksaan.Dr. Cha keluar dari lab dengan membawa beberapa lembar hasil pemeriksaan. Pria yang berada di akhir usia empat puluhan itu membetulkan kacamatanya yang melorot dan duduk.“Aku minta maaf sebelumnya, maaf aku kurang teliti dan kurang menjaga daepyonim. Dari tes darah dan urine nya terdeteksi adanya kandungan psilosobin yg berlebihan,” Ujar Dr.Cha.“Psi..psi apa ?,” Tanya Joon Woo.“Psilosibin, adalah senyawapsikedelikalami yang diproduksi oleh lebih dari200 jenisjamur. yang memiliki efek meng
Sidang pertama.Kondisi Hwan sudah sangat membaik, ia sudah sepenuhnya menyadari apa yg terjadi.Hari ini mereka akan menghadiri sidang pertama Yuri, Jae Hee tidak mendengar apapun dari anak buahnya, mungkin Yuri sudah benar – benar menyerah.Ji Eun bersiap, begitupun dengan Hwan.Ia keluar dari kamar dengan menenteng tasnya.“Oppa ?, Ji Hwan-ah..”Ia tidak melihat tanda – tanda keberadaan anak dan suaminya, hingga terdengar suara tawa Ji Hwan. Ia mengikuti sumber suara dan menemukan kedua pangerannya di salah satu bangku taman.“Ah, kalian disini.”“Eoh, eomma sudah siap. Aigoo cantiknya, Ji Hwan, eomma cantik tidak ?,” Tanya Hwan.“CANTIK !!.”“Omo, Ji Hwan-ah, jangan teriak – teriak kalau sedang bicara dengan orang tua,” Ujar Ji Eun lembut.“Aku marah eomma,” Ujar Ji Hwan.“Wae, wae marah ?,” Tany
Hampir setahun berlalu, kehidupan mereka berangsur membaik. Dan Yuri tidak mengusik mereka sama sekali. Ji Hwan sudah genap berusia tiga tahun sekarang.Dan tentunya Jae Hee masih terus berusaha menemukan tempat Yuri tinggal sekarang.Seharusnya bayinya sudah lahir, dan mereka bisa melakukan tes DNA, tapi Yuri belum juga bisa ditemukan.“Appa !!, Appa !..,” Ji Hwan berlarian dan berakhir menarik celana ayahnya yg baru saja keluar dari kamar.“Omo.., omo !!, sudah wangi sekali anak appa, Ji Hwan sudah sarapan ?,” Tanya Hwan.“Sudah, mommy making me some toast,” Jawab Ji Hwan.Hwan berhenti melangkah dan terkejut dengan jawaban putra semata wayangnya. Ia menahan Ji Hwan yang sudah mau berlari lagi.“Mweo ?, kau bilang apa tadi ?,” Tanya Hwan sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan Ji Hwan.“Mommy making me some toast.”“Heol (astaga) !, chagiya !, kena
Jae Hee sudah menunggu dg mobilnya di lobi, untuk menjemput Ji Eun. “Kau sudah beritahu daepyonim ?,” Tanya Jae Hee. “Ani, aku akan mengurus masalah ini sendiri. Aku tidak mau Hwan terlibat lagi dengan Yuri.” “Ne, baiklah.” Sesampainya di rumah, ia disambut Ji Hwan. “Appa dimana ?,” Tanya Ji Hwan. “Appa belum pulang, kenapa ?, kan ada eomma ?.” "Aku kira eomma pulang bersama appa," Ujar Ji Hwan. Ji Eun menelpon tetangganya, Park Se Mi dan syukurlah ia langsung menjawab. Ji Eun berencana menitipkan anaknya, karena rumah Se Mi sangat aman. “Ah, dia tidak sibuk. Ayo.” “Annyeonghaseyo..” “Eoh, annyeonghaseyo, Ji Hwan-ahh..” Se Mi langsung memeluknya dan menciumnya gemas. “Se Mi-ya, aku titip Ji Hwan dulu ya. Kalau ada yg menanyakan dia dimana jangan bilang dia disini, kami sedang menghadapi suasana yg agak genting, kurasa disini akan aman,” Ujar Ji Eun. “Ah, aku akan menitipkannya aga
Keadaan Tn.Choi membaik, apalagi setelah mendengar kabar kalau Joon Woo akan segera menikah. Semua orang dibuat terkejut dengan wanita pilihannya.Bahkan Ji Eun terkejut.Aera, Joon Woo jatuh cinta dengan gadis manis yang lugu itu.Hari ini Tn. Choi sudah pulang dari RS, Ji Eun yang menjemputnya. Namun sesampainya di rumah dan Ji Eun mau pamit, Tn. Choi bersikukuh ingin mengantarnya sampai ke depan rumah.“Abeoji, obatnya diminum yg teratur, Ji Hwan akan sering main kesini, jangan khawatir. Aku juga baik-baik saja, dan Joon Woo oppa akan menikah, tidak ada yg perlu dikhawatirkan. Karena itu, Abeoji harus jaga kesehatan,” Ujar Ji Eun.“Ne.., ne, putriku. Kau jaga kesehatan, hati-hati.”Ji Eun menaiki mobilnya dan melaju menjauhi rumah ayahnya. Ia menghela napas lega.Namun tiba – tiba dahinya berkerut, ia tiba-tiba merasakan nyeri yg menyengat dan hanya sesaat, sama seperti yang ia rasakan saat di pe
Yuri menatap bayi mungil yg sedang terlelap dalam boksnya, ia tersenyum sekilas lalu beranjak keluar. Menemui seorang wanita yg usianya tak bedah jauh dengannya.“Raon-ssi, tolong jaga Hayeon, aku pergi dulu,” Ujar Yuri.“Ye, samunim.”Yuri memakai sepatu hak kuning setinggi 5 cm itu dan menuju parkiran. Yuri tidak pindah rumah, ia masih tinggal di apartmen sederhana di Gangnam, dengan seorang pembantu.Dia menamai putrinya Han Hayeon, karena sudah terbukti kalau itu bukan anak Hwan. Tentu saja tidak bisa memakai marga “Lee.”Ia mengemudikan mobil sedannya menuju sebuah tempat. Dengan kaca mata hitam dan rambut gerai.“Nomor 1656 !.”Yuri melepas kacamata hitamnya dan menatap pria berambut Panjang yg duduk di hadapannya, meski terhalang kaca.“”Eoh, tunggu, perutmu ?, kau sudah melahirkan ?,” Tanya Jin Goo sambil setengah berdiri.Yuri tersenyum tipis.
Ji Eun menaikkan selimut putranya dan melihatnya sekali lagi.“Ah, dia benar-benar sudah tidur,” Gumamnya pelan sekali.Ji Eun melangkah keluar sambil berjingkat dan segera menutup pintu.“Sudah tidur ?”“Aih, ya !,” Ji Eun memukul dada Hwan karena terkejut.Hwan meringis, “Maaf, ayo kita tidur juga,” Ujarnya sambil berbisik.Kedua manusia itu menuju ke kamar mereka dan segera berbaring.“Chagi.., aku mau tanya sesuatu,” Ujar Ji Eun tiba – tiba.“Katakan.”Ji Eun memiringkan tubuhnya dan menatap Hwan, “Lihat aku,” Ujarnya.Hwan meletakkan ponselnya di sisi ranjang dan menatap istri cantiknya.“Apa kau merindukan Yoona ?.”Hwan terdiam sejenak, ia memalingkan wajah dan menarik selimut.“Kau sudah terlalu lelah hari ini, ayo tidur,” Ujarnya.“Eoh, baiklah kalau kau tidak
Ahjumma menahan tubuh Jae Hee yg terus berusaha menghajar Hwan.“Hentikan Jae Hee-ya !,” Jerit Ahjumma.Sementara Jae Hee mengusap darah yg keluar dari ujung bibirnya.“Kau sudah melewati batas Daepyonim, anio, Lee Hwan-ssi !!, kau mau aku menghubungi kakak samunim dan membawanya pergi ?,” Ancam Jae Hee.Hwan berdiri dan merapikan kemejanya.“Jae Hee-ssi, kenapa kau selalu ikut campur urusanku dengan Ji Eun ?,” Hwan balik bertanya.“Wae ?, kau tanya kenapa ?,” Jae Hee tersenyum kecut.“Dia noonaku.”“Noona apa ?, kau hanya…”“NOONAKU !, aku tidak peduli meski aku bukan saudara kandungnya, samunim adalah orang yg membantuku bertahan hidup dan melindungiku !,” Jawab Jae Hee.“Lalu ?.”“Kau tidak ingat waktu – waktu yg kau habiskan dengan manis bersamanya ?, kau masih belum sadar dia benar-benar m