Wanita berusia 55 tahun itu membuka tirai kamarnya. Cahaya matahari yg hangat masuk menyinari kamarnya, musim gugur akan segera berakhir dan musim dingin agak segera datang. Ia beranjak keluar dan membuka pintu kamar di sebelahnya.
“Ji Eun-ah..,” Ia mengitarkan pandangannya dengan panik karena tidak melihat wanita muda itu di kasur.
“OMO !.”
Ia berlari menghampiri Ji Eun yg tergeletak di lantai.
“OMO !,” Ia kembali berteriak ketika merasakan tubuh Ji Eun begitu panas, ia langsung menelpon Jae Hee.
“Jae Hee-ya cepat kemari !, tubuh Ji Eun panas sekali !, siapkan mobil !.”
Jae Hee yg baru saja berpakaian langsung berlari ke kamar Ji Eun dan melihat orang yg ia sayangi itu terbaring tak berdaya dengan wajah begitu pucat. Tanpa bicara sepatah katapun, ia langsung menggendong tubuh Ji Eun yg terasa jauh lebih ringan dibanding terakhir kali ia menggendongnya.
“Noona, bertahanlah,”
Jae Kyung memberikan painkiller dalam bentuk injeksi karena Ji Eun sudah berada di stadium akhir dan rasa sakit yg ia rasakan luar biasa.Ia hampir melampaui batas rasa sakit normal yg bisa ditahan oleh manusia.Untuk saat ini Ji Eun tidak menyetujui kemoterapi, meski masih ada sedikit waktu untuk membujuknya agar mau menjalani kemoterapi.Setelah tiga hari di RS, akhirnya Ji Eun pulang. Sore ini, ia mampir untuk membelikan toast kesukaan Ji Hwan, ia sangat merindukan putra semata wayangnya itu.Ia bisa melihat Ji Hwan berdiri di depan rumah dengan So Dam, pipi gembulnya bergoyang ketika ia berjalan kesana kemari. Persis seperti orangtua yg sedang menunggu anaknya, padahal keadaannya saat ini kebalikannya.Ji Hwan sedang menunggu orangtuanya.Ji Eun turun dari mobil sambil menahan tawa melihat Ji Hwan yg berhenti dan langsung menatapnya sambil mengerutkan alis.“Eomma !.”“Ye, deoryonim (tuan muda) !,&rd
Ji Eun terbangun dengan badan yang terasa lebih ringan. Ia ingat apa yang terjadi terakhir kali sebelum ia terpejam.Ia pingsan di taman karena kesakitan.Choi Ji Eun meraih gelas berisi air putih dan meminumnya. Sepert biasa, ia menghirup udara pagi yang segar setelah membuka jendela kamarnya.“Ah, bukankah hari ini hari minggu ?,” Gumamnya.Ia tersenyum ketika sebuah ide muncul di otaknya.Ia langsung pergi mandi dan membersihkan tubuhnya.“Eomma…”“Eoh, ne ?.”Ji Eun keluar dari bathub dan memakai handuknya, lalu membuka pintu. Rupanya putra tampannya ini baru bangun.“Eoh, kau sudah bangun ?, mau mandi dengan eomma ?,” Tanya Ji Eun.Ji Hwan mengangguk sambil menggosok matanya.“Kalau begitu ayo masuk.”Ji Eun melepaskan pakaian Ji Hwan, lalu memasukkannya kedalam bathub yang ia ganti airnya.“Eomma aku suka bau ini, a
“Kenapa ?, apa semakin menyakitkan rasanya ?,” Tanya Jae Hee khawatir.“Ani, aku harus bertemu Jae Kyung,” Ujar Ji Eun.“Ah, noona kenapa !.”“Park Jae Hee, antar saja aku,” Ujar Ji Eun tegas.“Ne.”Jae Hee terus melirik ke kaca spion mobilnya sepanjang perjalanan, memastikan Ji Eun baik – baik saja.Sementara Jae Kyung yang sudah menunggu juga dibuat khawatir, bagaimana kondisi Ji Eun ?, apa semakin parah ?.“Eoh, kau datang !,” Sambut Jae Kyung.Ji Eun tersenyum dan duduk di kursi, “Aku, aku perlu menanyakan sesuatu,” Ujar Ji Eun.“Apa semakin sakit ?,” Tanya Jae Kyung khawatir.“Ah bukan begitu. Apa menurutmu aku masih memiliki harapan kalau aku mau menjalani kemotherapi ?,” Tanya Ji Eun.Mata Jae Kyung membulat.“Kau, kau mau melakukan kemotherapi ?,” Tanya Jae Kyung sambi
“Benarkah ?.”“Ne, saya akan segera mengabari lagi dan kau bisa jemput suamimu.”“Ne, kamsahamnida.”Shin Yuri, wanita yang dipanggil medusa oleh Jae Hee itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia kembali memakai kacamata hitamnya dan menenteng tas mungilnya.Ia memasuki mobil merah menterengnya dan mengemudikannya menuju kantor tempatnya bekerja.“Aku bukan wanita biasa, tak masalah sedikit kegagalan. Kau akan kembali bersinar lagi Shin Yuri,” Ujar Yuri pada dirinya sendiri.Yuri mendapatkan banyak uang yg langsung ia sirkulasikan dengan hati – hati. Ia ahlinya dalam hal ini, dan dalam waktu yg singkat, sebulan, uang – uangnya mulai beranak.Ia membangun sebuah perusahaan ekspor impor yg masih cukup kecil, namun penghasilannya sudah lumayan. Ia berniat menemui Hwan siang ini sambil makan siang.Begitu sampai di kantor, Yuri disambut oleh anak buahnya yang tak lain
Yuri meletakkan bayi cantik itu di taman bermainnya.“Aigoo, kau sudah bisa merangkak tapi belum pernah bertemu ayahmu. Tunggu sebentar ya, kau akan segera bertemu appa,” Ujarnya.Sementara yang diajak bicara hanya asyik bermain dengan bonekanya.Kehidupan Yuri berubah dengan kehadiran Hayeon, ia tak pernah bisa menghabiskan wine, whisky dan vodka disaat bersamaan. Ia hanya bisa minum wine sekarang dan tidak merokok.Ia tak ingin putri kecilnya melihat kelakuan ibunya.Meski merasa sangat bahagia dan menang saat ini, Yuri tak ingin putrinya memiliki kehidupan sepertinya.Ia ingin putrinya jauh lebih bahagia daripada dirinya.Yuri meraih ponselnya yang terletak di meja setelah mendengarnya berdering.“Ne, oppa ?.”Hwan menelepon.“Kau baik – baik saja ?, bagaimana kabar Hayeon ?,” Tanya Hwan.Senyum mengembang di wajah Yuri.“Kami baik – baik saja,
Ji Eun memasukkan beberapa kotak dimsum, kimbap dan kue ke dalam tas besar. Sudah beberapa hari ini Jae Hee jarang pulang, ia hanya pulang kalau Ji Eun memanggilnya.Susah juga mencari si Han Hyo Joo ini, karena diduga dia punya nama baru saat kuliah di Eropa. Mereka fokus mencari wanita ini selama beberapa hari, entah sudah berapa hari berlalu.“TINGTONG !.”Ji Eun menekan bel rumah dan masuk ketika pintu terbuka.“Eoh, noona.”Ji Eun mengernyit melihat Jae Hee dengan kaos yang ia pakai selama beberapa hari.“Gantilah baju dan mandi,” Ujar Ji Eun.“Ne, tunggu aku di ruang tamu, ada yang harus kusampaikan,” Ujar Jae Hee.“Ne..”Ji Eun mengeluarkan semua makanan yang ia bawa dan meletakkannya di ruang kerja tim kecilnya dan beberapa diletakkan di kulkas.Ia duduk di sofa sambil menunggu Jae Hee selesai mandi.“Ada kabar apa ?,” Tanya Ji
“Semua tes sudah keluar hasilnya. Gigi dan syaraf – syaraf mu baik – baik saja, dan tidak ada alergi obat. Tubuhmu sudah jauh lebih baik daripada terakhir kali kau kesini, maksudku luka – lukamu. Jadi setidaknya, setelah satu bulan meminum semua vitamin dan menjalani sedikit perawatan, tubuhmu siap,” Ujar Dr. David.“Ah, ne. Syukurlah, lalu jadwalnya ?,” Tanya Ji Eun.“Ah, biasanya disesuaikan juga dengan kesibukan pasien, kau mau aku yang atur jadwal, atau kau sendiri ?,” Tanya Dr. David.“Silahkan, dokter saja. Aku tidak terlalu sibuk,” Jawab Ji Eun.“Ne, kalau begitu kau sudah bisa pulang. Ini resepnya.”“Ne, kamsahamnida.”Ji Eun berjalan keluar dari ruangan dokter dan menebus obat. Suasana hatinya membaik karena hasil pemeriksaannya bagus dan ia menjalani kemoterapi.Setidaknya ia punya harapan untuk hidup lebih lama, dan mencari tahu, kenap
Seperti biasa, pagi ini Ji Eun bangun lebih pagi. Ia keluar dari kamar setelah berpakaian rapi dan sudah bangun. Lalu menuju ke kamar Hwan.Semalam, Hwan pulang agak terlambat, padahal Ji Eun sudah meneleponnya. Ji Eun terpaksa menelepon karena Ji Hwan tidak mau tidur kalau ayahnya itu belum pulang dan memakan kue pilihannya.Ia mengambil setelan jas berwarna abu – abu gelap, tak lupa kaus kaki, dasi dan jam tangan yang sesuai. Selanjutnya, menuju ruang kerja Hwan dan memastikan semua gadgetnya dalam kondisi baterai penuh.Saat inilah, ia bisa memasang aplikasi penyadap di ponsel Hwan melalui link yang dikirimkan Jae Hee semalam. Ia berusaha membuka laci – laci dan lemari Hwan, karena biasanya ia punya lebih dari satu ponsel.Ji Eun juga menempelkan empat penyadap yang jauh lebih kecil, karena penyadap – penyadap yang lainnya hancur saat Hwan marah – marah.Setelah selesai, Ji Eun mengendap – endap keluar.Sesam