“Kenapa ?, apa semakin menyakitkan rasanya ?,” Tanya Jae Hee khawatir.
“Ani, aku harus bertemu Jae Kyung,” Ujar Ji Eun.
“Ah, noona kenapa !.”
“Park Jae Hee, antar saja aku,” Ujar Ji Eun tegas.
“Ne.”
Jae Hee terus melirik ke kaca spion mobilnya sepanjang perjalanan, memastikan Ji Eun baik – baik saja.
Sementara Jae Kyung yang sudah menunggu juga dibuat khawatir, bagaimana kondisi Ji Eun ?, apa semakin parah ?.
“Eoh, kau datang !,” Sambut Jae Kyung.
Ji Eun tersenyum dan duduk di kursi, “Aku, aku perlu menanyakan sesuatu,” Ujar Ji Eun.
“Apa semakin sakit ?,” Tanya Jae Kyung khawatir.
“Ah bukan begitu. Apa menurutmu aku masih memiliki harapan kalau aku mau menjalani kemotherapi ?,” Tanya Ji Eun.
Mata Jae Kyung membulat.
“Kau, kau mau melakukan kemotherapi ?,” Tanya Jae Kyung sambi
“Benarkah ?.”“Ne, saya akan segera mengabari lagi dan kau bisa jemput suamimu.”“Ne, kamsahamnida.”Shin Yuri, wanita yang dipanggil medusa oleh Jae Hee itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia kembali memakai kacamata hitamnya dan menenteng tas mungilnya.Ia memasuki mobil merah menterengnya dan mengemudikannya menuju kantor tempatnya bekerja.“Aku bukan wanita biasa, tak masalah sedikit kegagalan. Kau akan kembali bersinar lagi Shin Yuri,” Ujar Yuri pada dirinya sendiri.Yuri mendapatkan banyak uang yg langsung ia sirkulasikan dengan hati – hati. Ia ahlinya dalam hal ini, dan dalam waktu yg singkat, sebulan, uang – uangnya mulai beranak.Ia membangun sebuah perusahaan ekspor impor yg masih cukup kecil, namun penghasilannya sudah lumayan. Ia berniat menemui Hwan siang ini sambil makan siang.Begitu sampai di kantor, Yuri disambut oleh anak buahnya yang tak lain
Yuri meletakkan bayi cantik itu di taman bermainnya.“Aigoo, kau sudah bisa merangkak tapi belum pernah bertemu ayahmu. Tunggu sebentar ya, kau akan segera bertemu appa,” Ujarnya.Sementara yang diajak bicara hanya asyik bermain dengan bonekanya.Kehidupan Yuri berubah dengan kehadiran Hayeon, ia tak pernah bisa menghabiskan wine, whisky dan vodka disaat bersamaan. Ia hanya bisa minum wine sekarang dan tidak merokok.Ia tak ingin putri kecilnya melihat kelakuan ibunya.Meski merasa sangat bahagia dan menang saat ini, Yuri tak ingin putrinya memiliki kehidupan sepertinya.Ia ingin putrinya jauh lebih bahagia daripada dirinya.Yuri meraih ponselnya yang terletak di meja setelah mendengarnya berdering.“Ne, oppa ?.”Hwan menelepon.“Kau baik – baik saja ?, bagaimana kabar Hayeon ?,” Tanya Hwan.Senyum mengembang di wajah Yuri.“Kami baik – baik saja,
Ji Eun memasukkan beberapa kotak dimsum, kimbap dan kue ke dalam tas besar. Sudah beberapa hari ini Jae Hee jarang pulang, ia hanya pulang kalau Ji Eun memanggilnya.Susah juga mencari si Han Hyo Joo ini, karena diduga dia punya nama baru saat kuliah di Eropa. Mereka fokus mencari wanita ini selama beberapa hari, entah sudah berapa hari berlalu.“TINGTONG !.”Ji Eun menekan bel rumah dan masuk ketika pintu terbuka.“Eoh, noona.”Ji Eun mengernyit melihat Jae Hee dengan kaos yang ia pakai selama beberapa hari.“Gantilah baju dan mandi,” Ujar Ji Eun.“Ne, tunggu aku di ruang tamu, ada yang harus kusampaikan,” Ujar Jae Hee.“Ne..”Ji Eun mengeluarkan semua makanan yang ia bawa dan meletakkannya di ruang kerja tim kecilnya dan beberapa diletakkan di kulkas.Ia duduk di sofa sambil menunggu Jae Hee selesai mandi.“Ada kabar apa ?,” Tanya Ji
“Semua tes sudah keluar hasilnya. Gigi dan syaraf – syaraf mu baik – baik saja, dan tidak ada alergi obat. Tubuhmu sudah jauh lebih baik daripada terakhir kali kau kesini, maksudku luka – lukamu. Jadi setidaknya, setelah satu bulan meminum semua vitamin dan menjalani sedikit perawatan, tubuhmu siap,” Ujar Dr. David.“Ah, ne. Syukurlah, lalu jadwalnya ?,” Tanya Ji Eun.“Ah, biasanya disesuaikan juga dengan kesibukan pasien, kau mau aku yang atur jadwal, atau kau sendiri ?,” Tanya Dr. David.“Silahkan, dokter saja. Aku tidak terlalu sibuk,” Jawab Ji Eun.“Ne, kalau begitu kau sudah bisa pulang. Ini resepnya.”“Ne, kamsahamnida.”Ji Eun berjalan keluar dari ruangan dokter dan menebus obat. Suasana hatinya membaik karena hasil pemeriksaannya bagus dan ia menjalani kemoterapi.Setidaknya ia punya harapan untuk hidup lebih lama, dan mencari tahu, kenap
Seperti biasa, pagi ini Ji Eun bangun lebih pagi. Ia keluar dari kamar setelah berpakaian rapi dan sudah bangun. Lalu menuju ke kamar Hwan.Semalam, Hwan pulang agak terlambat, padahal Ji Eun sudah meneleponnya. Ji Eun terpaksa menelepon karena Ji Hwan tidak mau tidur kalau ayahnya itu belum pulang dan memakan kue pilihannya.Ia mengambil setelan jas berwarna abu – abu gelap, tak lupa kaus kaki, dasi dan jam tangan yang sesuai. Selanjutnya, menuju ruang kerja Hwan dan memastikan semua gadgetnya dalam kondisi baterai penuh.Saat inilah, ia bisa memasang aplikasi penyadap di ponsel Hwan melalui link yang dikirimkan Jae Hee semalam. Ia berusaha membuka laci – laci dan lemari Hwan, karena biasanya ia punya lebih dari satu ponsel.Ji Eun juga menempelkan empat penyadap yang jauh lebih kecil, karena penyadap – penyadap yang lainnya hancur saat Hwan marah – marah.Setelah selesai, Ji Eun mengendap – endap keluar.Sesam
Yuri meletakkan Hayeon di strollernya dan membawa keluar barang – barangnya.“Annyeonghaseyo, samunim,” Beberapa pria yang tak lain anak buah Hwan datang menjemput Yuri yang menginap di hotel.“Annyeonghaseyo..”Yuri dan Hayeon kemudain masuk ke mobil yang sedang disiapkan.“Daepyonim sudah menyiapkan 3 unit rumah yang bisa kau pilih, kami akan mengantarmu untuk melihat – lihat rumah,” Ujar supir.“Rumah dimana ?,” Tanya Yuri.“Hannam, Daepyonim mau rumah yang dekat dengan rumahnya supaya bisa mengetahui kondisimu,” Jawab supir.“Ah, ne.”Yuri sangat menikmati perjalanannya, sekitar satu setengah jam kemudian, sampailah mereka di Hannam.“Tolong jaga putriku,” Ujar Yuri sambil meneyerahkan putrinya kepada salah satu pria.“Ne, samunim.”Yuri memeriksa ketiga rumah dengan seksama dan membandingkan harg
Ji Eun tersenyum menatap menyambut suaminya yang baru pulang kerja. Hari ini Ji Hwan tertidur lebih awal karena baru saja pulang. Ada piknik ke dua tempat hari ini dan ia bermain seharian, dia pasti sangat lelah.“Ji Hwan ?,” Tanya Hwan.“Dia sudah tidur. Ji Hwan baru saja pulang jam 4 sore tadi, dia bermain sepanjang hari dan kelelahan,” Jawab Ji Eun.Hwan tak melanjutkan perbincangan, ia hanya diam saja.“Aku sudah siapkan air hangat, oppa sudah makan malam ?,” Tanya Ji Eun lembut.“Eoh,” Jawab Hwan singkat.“Ne, aku siapkan di meja makan,” Ujar Ji Eun.Setelah meletakkan jas suaminya di keranjang pakaian kotor, Ji Eun ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk suaminya.Sudah beberapa bulan mereka tidur terpisah dan tidak banyak bicara, mereka hanya membicarakan soal Ji Hwan. Selebihnya, Hwan tidak merespon.Ji Eun berniat mengakhiri semua ini, cara terbaik ag
Ji Eun meminum segelas air dan menghela napas.Ia baru saja menyuntikkan obat karena perutnya nyeri bukan main, dan obatnya sudah bekerja. Ji Eun menatap dirinya di kaca.Ia semakin tirus dan kurus.Ji Eun menatap foto pernikahannya di sisi cermin sambil tersenyum, “Aku akan segera memenuhi permintaanmu setelah aku menyelesaikan semua tugasku. Jangan khawatir, oppa,” Ujarnya.Ji Eun mengoleskan sedikit lip cream agar bibirnya tidak terlihat terlalu pucat, lalu beranjak meninggalkan kamar.Hwan dan Ji Hwan baru saja berangkat, ia melupakan kejadian semalam dan melayani Hwan seperti biasa. Sementara Hwan semakin diam, tidak seperti sebelumnya, ia hanya merespon perkataan Ji Eun di depan Ji Hwan.Ia langsung menuju ke markas setelah memberitahu Jae Hee soal kedatangannya.“Eoh, noona.”“Anna-ssi belum menelepon, belum ada kabar apa – apa. Kita harus segera menemukan siapa pembunuh Yuri dan mengu
Beberapa jam setelah kematian Ji Eun, semua orang masih bingung dan linglung.Terutama Hwan, bagaimana caranya memberitahu Ji Hwan.Namun pikirannya teralihkan karen aakhirnya Yuri tertangkap. Ia bangkit dengan gagah, menangguhkan semua rasa sedihnya untuk menemui Yuri.Wanita itu tertangkap dan sedang berada di salah satu ruangan kepolisian Gangnam.“Eoh, oppa.”Hwan langsung membanting kursi ketika Yuri memanggilnya.“Kau masih berani memanggilku oppa ?!, manusia macam apa kau ini ?!.”Hwan menghela napas kasar.“Aku sudah menyerahkan semua bukti dan kau akan didakwa dengan banyak pasal. Kau, aku tidak akan membiarkanmu hidup berkeliaran dan mengganggu hidup orang lain. Cukup aku dan Ji Eun yang kau hancurkan. Membusuklah di dalam penjara parasit !.”“Apa ?, parasit ?!.”“APA ?!, bukankah itu kata yang paling cocok untuk orang sepertimu. Aku tidak mau mendeng
Jantung Hwan terasa berhenti berdetak dunianya hancur ketika menemukan Ji Eun dalam kondisi yang menyedihkan.Ia ingin sekali menangis keras memanggil nama Ji Eun dan memeluknya sepanjang hari.Tapi ia langsung bangkit untuk melanjutkan pencarian Yuri setelah memastikan Ji Eun ditangani pihak RS.Tak lama, Hwan menyusul Jae Hee yang sudah menunggunya di mobil, ia langsung kembali ke mobil setelah Ji Eun sampai di UGD.Emosinya meluap - luap, dan ia ingin segera menemukan medusa itu.“Dia.., dia masih hidup kan ?,” Tanya Hwan.“Noona ku orang yang kuat, dia pasti bangun. Dia pasti bertahan, jangan khawatir,” Jawab Jae Hee.“Sudah berapa lama dia sakit ?,” Tanya Hwan.“Belum lama, tapi ketika diperiksa sudah stadium tiga,” Jawab Jae Hee.“Dia pasti kesakitan.”“Ne, Dokter memberikan resep Pereda nyeri melalui injeksi karena harus meninggikan dosisnya,
Jae Hee bergegas menuju ke mobilnya dan menelepon Hwan.“Daepyonim !, kami berhasil melacak keberadaan mobil anak buah Yuri !,” Ujar Jae Hee.“Kirimkan lokasinya !.”“Ne !.”Jae Hee melaju bersama anggota kepolisian dan Hwan menyusul bersama anak buahnya.Hwan tidak diizinkan menyetir karena kondisinya sangat kalut. Di dalam mobil, ia mengetuk – ngetukan jemarinya dengan gelisah dan menggigit jarinya.“Kumohon bertahanlah..,” Gumamnya lirih.Sejam kemudian, mobil Hwan berhasil menyusul mobil tim dari kepolisian dan sampailah mereka di sebuah gedung tua.Gedung terbengkalai bekas apartmen yang tidak jadi dibangun, Hwan semakin gelisah melihat betapa buruknya gedung ini.Ji Eun pasti kesakitan dan kedinginan sekarang.Personil kepolisian langsung mengecek keadaan sekitar, sementara Hwan berlari menyusul Jae Hee memasuki gedung. Mereka menjebol pintu depan dan ber
Hwan sedang duduk di ruangannya dan membuka galeri ponselnya. Ia menatap foto keluarganya sambil tersenyum, betapa tampannya putranya dan istrinya begitu cantik.Ia mengerahkan tenaga dan semua uang untuk menemukan Yuri yang tiba – tiba tidak bisa dilacak. Beberapa penyadap yang sudah terpasang rupanya dilepas oleh anak buahnya.Mereka tahu bahwa Ji Eun diculik melalui penyadap di rumah dan CCTV di rumah Yuri, tapi sejak saat itu, rumah mewah itu seketika tak bertuan. Para pelayan wanita bahkan tidak mengetahui kemana tuannya pergi.Ia berhenti pada sebuah foto.Foto yang dikirimkan Ji Eun ketika rambut blondenya yg dipotong pendek.Tiba – tiba ada pesan masuk dari Yuri.“Video ?, aishh video apa ini ?,” Gumamnya.Hwan langsung memutar video berdurasi 3 menit itu.Tak butuh waktu lama beberapa detik setelah video diputar, matanya mulai berair dan ia meneteskan air mata.Ya, itu video Ji Eun yang d
“KELUARKAN AKU ?!, KAU MAU KEMANA ?!,” Jerit Ji Eun panik.Jeritannya tiba – tiba berhenti karena perutnya kembali nyeri.Ia mencengkeram perut kirinya dan napasnya terengah – engah karena menahan sakit.“Omo, kenapa ?, kau sudah mau mati ?,” Tanya Yuri sambil tersenyum penuh kemenangan.“Yuri-ssi, kumohon keluarkan aku.., kumohon. Aku tidak akan memberitahu orang lain kalau kau yang menculikku,” Pinta Ji Eun.“Lalu ?, terlalu banyak hal yang sudah kau ketahui, mengatakan kalau aku tidak menculikmu tidak akan mengubah apapun, lagipula aku tidak bisa mempercayai musuh Ji Eun-ah, sudahlah. Hwan pasti akan segera menemukanmu, entah hidup atau mati,” Ujar Yuri.“Baiklah, setidaknya tolong kabulkan satu saja permintaanku, kau tidak perlu mengeluarkanku dari sini..,” Ujar Ji Eun.“Benarkah ?, permintaan apa itu ?,” Tanya Yuri.“Tolong rekam aku
Bibirnya pucat karena ia tak minum apapun, matanya terpejam dengan kuat karena sedang menahan rasa sakit. Dan ia meringkuk kedinginan.Wanita malang itu terbaring di lantai yang dingin.Kondisinya sudah seperti mayat hidup.Yuri kembali setelah hampir dua hari membiarkan Ji Eun tersiksa. Pagi ini ia memberi Ji Eun sebotol air dan satu porsi hamburger. Dan wanita itu makan dengan lahapnya, lalu kembali terbaring karena rasa sakit yg menghujam perut kanannya.Ia mengurung Ji Eun di dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, tetapi Yuri bisa melihatnya. Seperti ruangan interogasi di kepolisian.“Jadi dia kesakitan karena lapar ?,” Ujar Yuri.“Sepertinya begitu samunim,” Sahut Kato.“Makanannya enak, Ji Eun-ah ?,” Tanya Yuri melalui mic.Ji Eun mendongak dan menatap sekitar karena tidak tahu dimana keberadaan orang yang sedang bicara, “Gomawo Yuri-ssi,” Ujarnya.“Dia berterim
Pria tampan yang sukses dan kaya itu termenung di mejanya. Belum 30 menit sejak ia membuka file yang dikirimkan supir istrinya.Tatapan matanya kosong.Ia sangat terkejut, mencoba memahanmi semua hal yang baru saja ia lihat dan dengar.“Kenapa aku bodoh sekali ?, kenapa aku tidak menyadari kalau sudah dibodohi sejauh ini?.”Hwan mengurut pelipisnya yang ngilu, sedih, kecewa dan marah bercampur aduk. Ia begitu marah sampai gerahamnya bergemeletuk dan air matanya megalir tanpa bisa ia kontrol.Seluruh tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya air mata.Ia menatap satu – satunya foto istrinya yang ada di ponselnya.Choi Ji Eun, wanita cantik dan cerdas yang dinikahinya 3 tahun lalu. Wanita itu bahkan tetap bertahan di sisinya meski banyak sekali kesedihan yang telah ia lalui.Hwan menyiksanya.Hwan membencinya.Hwan menjebaknya.Namun ia terus bertahan berada di sisi suaminya yang bejat.
Ji Eun sudah membatalkan keputusannya untuk melakukan kemoterapi tanpa sepengetahuan siapapun ketika ia mendapat semua penjelasan dari ahjumma.“Tugasku sudah selesai, aku akan segera menyelesaikan semua ini dan meninggalkan Hwan serta Ji Hwan dalam keadaan aman,” Ujarnya setelah menelepon Dr. David.Tentu saja kondisinya memburuk, berat badannya turun beberapa kilo dan kulitnya semakin hari semakin pucat.Semalam Ji Eun pingsan karena shock berat.Dengan cepat ia berusaha mengembalikan semangat dan melupakan apa yang terjadi semalam, berusaha menjadi Ji Eun seperti biasanya.Usai mandi, Ji Eun menatap dirinya di Kaca. Ia harusnya langsung memakai baju, tapi badannya terasa sangat berat dan lelah. Ia juga mulai menyadari kalau napasnya juga agak terengah – engah.“Ada apa denganku ?,” Gumamnya.Ji Eun menarik napas dalam – dalam dan mencoba bernapas seperti biasanya.“Aku baik – b
Ji Eun menghela napas kasar dan mengacak – acak rambutnya.Kepalanya terasa begitu pening setelah mendengar beberapa hal dari mulut wanita di hadapannya.Ia meraih segelas air dan meminumnya untuk mensetabilkan emosinya.“Kenapa tidak berusaha menutupinya ?, kenapa langsung mengaku ketika aku bertanya ?,” Tanya Ji Eun.“Aku tidak mau lagi berbohong, sudah lama aku tidak menjadi informan mereka karena aku lelah melihatmu yang terus tersakiti,” Jawab wanita paruh baya di hadapannya.“Apa kau juga memberitahu mereka tentang penyakitku ?,” Tanya Ji Eun.Wanita itu menggeleng.Dibanding Ji Eun, Jae Hee yang berada di sebelahnya sudah tak sanggup berkata – kata. Ia merasa sangat kecewa.“Ahjumma,” Akhirnya Jae Hee angkat bicara.“Lanjutkan, kau baru saja mengakui kalau yang membunuh Yoona bukan Tuan Lee. Lalu apa saja yang terjadi ?, bagaimana Yoona terbunuh ?,&