Ji Eun tersenyum menatap menyambut suaminya yang baru pulang kerja. Hari ini Ji Hwan tertidur lebih awal karena baru saja pulang. Ada piknik ke dua tempat hari ini dan ia bermain seharian, dia pasti sangat lelah.
“Ji Hwan ?,” Tanya Hwan.
“Dia sudah tidur. Ji Hwan baru saja pulang jam 4 sore tadi, dia bermain sepanjang hari dan kelelahan,” Jawab Ji Eun.
Hwan tak melanjutkan perbincangan, ia hanya diam saja.
“Aku sudah siapkan air hangat, oppa sudah makan malam ?,” Tanya Ji Eun lembut.
“Eoh,” Jawab Hwan singkat.
“Ne, aku siapkan di meja makan,” Ujar Ji Eun.
Setelah meletakkan jas suaminya di keranjang pakaian kotor, Ji Eun ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk suaminya.
Sudah beberapa bulan mereka tidur terpisah dan tidak banyak bicara, mereka hanya membicarakan soal Ji Hwan. Selebihnya, Hwan tidak merespon.
Ji Eun berniat mengakhiri semua ini, cara terbaik ag
Ji Eun meminum segelas air dan menghela napas.Ia baru saja menyuntikkan obat karena perutnya nyeri bukan main, dan obatnya sudah bekerja. Ji Eun menatap dirinya di kaca.Ia semakin tirus dan kurus.Ji Eun menatap foto pernikahannya di sisi cermin sambil tersenyum, “Aku akan segera memenuhi permintaanmu setelah aku menyelesaikan semua tugasku. Jangan khawatir, oppa,” Ujarnya.Ji Eun mengoleskan sedikit lip cream agar bibirnya tidak terlihat terlalu pucat, lalu beranjak meninggalkan kamar.Hwan dan Ji Hwan baru saja berangkat, ia melupakan kejadian semalam dan melayani Hwan seperti biasa. Sementara Hwan semakin diam, tidak seperti sebelumnya, ia hanya merespon perkataan Ji Eun di depan Ji Hwan.Ia langsung menuju ke markas setelah memberitahu Jae Hee soal kedatangannya.“Eoh, noona.”“Anna-ssi belum menelepon, belum ada kabar apa – apa. Kita harus segera menemukan siapa pembunuh Yuri dan mengu
Bau sedap tercium dari dapur.Seorang wanita sedang asyik memasak, ia hanya memanaskan masakan instan dan juga membuat jus. Tapi baunya sangat enak.Setelah memastikan semua makanan matang dan hangat ia memindahkannya satu per satu ke meja makan dan menuangkan jus kedalam gelas.Senyumnya mengembang saat ia mendengar suara bayi berceloteh riang mendekat. Putrinya pasti sudah bangun.“Dia langsung mengenaliku dan tidak menangis, dia memang putriku,” Ujar pria yang datang bersama seorang balita di gendongannya.“Kau memang ayahnya,” Ujar Yuri.“Hmm, eomma sudah memasak, apa kau lapar ?,” Tanya si pria.Balita yang menggemaskan itu hanya mengangguk sambil berusaha meraih meja makan.Jin Goo meletakkan putrinya di kursi khususnya dan menghampri Yuri, lalu menciuminya.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu,” Ujar Jin Goo.“Eoh, hampir tiga tahun. Ah, rumah ini sanga
Ji Eun menghela napas kasar dan mengacak – acak rambutnya.Kepalanya terasa begitu pening setelah mendengar beberapa hal dari mulut wanita di hadapannya.Ia meraih segelas air dan meminumnya untuk mensetabilkan emosinya.“Kenapa tidak berusaha menutupinya ?, kenapa langsung mengaku ketika aku bertanya ?,” Tanya Ji Eun.“Aku tidak mau lagi berbohong, sudah lama aku tidak menjadi informan mereka karena aku lelah melihatmu yang terus tersakiti,” Jawab wanita paruh baya di hadapannya.“Apa kau juga memberitahu mereka tentang penyakitku ?,” Tanya Ji Eun.Wanita itu menggeleng.Dibanding Ji Eun, Jae Hee yang berada di sebelahnya sudah tak sanggup berkata – kata. Ia merasa sangat kecewa.“Ahjumma,” Akhirnya Jae Hee angkat bicara.“Lanjutkan, kau baru saja mengakui kalau yang membunuh Yoona bukan Tuan Lee. Lalu apa saja yang terjadi ?, bagaimana Yoona terbunuh ?,&
Ji Eun sudah membatalkan keputusannya untuk melakukan kemoterapi tanpa sepengetahuan siapapun ketika ia mendapat semua penjelasan dari ahjumma.“Tugasku sudah selesai, aku akan segera menyelesaikan semua ini dan meninggalkan Hwan serta Ji Hwan dalam keadaan aman,” Ujarnya setelah menelepon Dr. David.Tentu saja kondisinya memburuk, berat badannya turun beberapa kilo dan kulitnya semakin hari semakin pucat.Semalam Ji Eun pingsan karena shock berat.Dengan cepat ia berusaha mengembalikan semangat dan melupakan apa yang terjadi semalam, berusaha menjadi Ji Eun seperti biasanya.Usai mandi, Ji Eun menatap dirinya di Kaca. Ia harusnya langsung memakai baju, tapi badannya terasa sangat berat dan lelah. Ia juga mulai menyadari kalau napasnya juga agak terengah – engah.“Ada apa denganku ?,” Gumamnya.Ji Eun menarik napas dalam – dalam dan mencoba bernapas seperti biasanya.“Aku baik – b
Pria tampan yang sukses dan kaya itu termenung di mejanya. Belum 30 menit sejak ia membuka file yang dikirimkan supir istrinya.Tatapan matanya kosong.Ia sangat terkejut, mencoba memahanmi semua hal yang baru saja ia lihat dan dengar.“Kenapa aku bodoh sekali ?, kenapa aku tidak menyadari kalau sudah dibodohi sejauh ini?.”Hwan mengurut pelipisnya yang ngilu, sedih, kecewa dan marah bercampur aduk. Ia begitu marah sampai gerahamnya bergemeletuk dan air matanya megalir tanpa bisa ia kontrol.Seluruh tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya air mata.Ia menatap satu – satunya foto istrinya yang ada di ponselnya.Choi Ji Eun, wanita cantik dan cerdas yang dinikahinya 3 tahun lalu. Wanita itu bahkan tetap bertahan di sisinya meski banyak sekali kesedihan yang telah ia lalui.Hwan menyiksanya.Hwan membencinya.Hwan menjebaknya.Namun ia terus bertahan berada di sisi suaminya yang bejat.
Bibirnya pucat karena ia tak minum apapun, matanya terpejam dengan kuat karena sedang menahan rasa sakit. Dan ia meringkuk kedinginan.Wanita malang itu terbaring di lantai yang dingin.Kondisinya sudah seperti mayat hidup.Yuri kembali setelah hampir dua hari membiarkan Ji Eun tersiksa. Pagi ini ia memberi Ji Eun sebotol air dan satu porsi hamburger. Dan wanita itu makan dengan lahapnya, lalu kembali terbaring karena rasa sakit yg menghujam perut kanannya.Ia mengurung Ji Eun di dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, tetapi Yuri bisa melihatnya. Seperti ruangan interogasi di kepolisian.“Jadi dia kesakitan karena lapar ?,” Ujar Yuri.“Sepertinya begitu samunim,” Sahut Kato.“Makanannya enak, Ji Eun-ah ?,” Tanya Yuri melalui mic.Ji Eun mendongak dan menatap sekitar karena tidak tahu dimana keberadaan orang yang sedang bicara, “Gomawo Yuri-ssi,” Ujarnya.“Dia berterim
“KELUARKAN AKU ?!, KAU MAU KEMANA ?!,” Jerit Ji Eun panik.Jeritannya tiba – tiba berhenti karena perutnya kembali nyeri.Ia mencengkeram perut kirinya dan napasnya terengah – engah karena menahan sakit.“Omo, kenapa ?, kau sudah mau mati ?,” Tanya Yuri sambil tersenyum penuh kemenangan.“Yuri-ssi, kumohon keluarkan aku.., kumohon. Aku tidak akan memberitahu orang lain kalau kau yang menculikku,” Pinta Ji Eun.“Lalu ?, terlalu banyak hal yang sudah kau ketahui, mengatakan kalau aku tidak menculikmu tidak akan mengubah apapun, lagipula aku tidak bisa mempercayai musuh Ji Eun-ah, sudahlah. Hwan pasti akan segera menemukanmu, entah hidup atau mati,” Ujar Yuri.“Baiklah, setidaknya tolong kabulkan satu saja permintaanku, kau tidak perlu mengeluarkanku dari sini..,” Ujar Ji Eun.“Benarkah ?, permintaan apa itu ?,” Tanya Yuri.“Tolong rekam aku
Hwan sedang duduk di ruangannya dan membuka galeri ponselnya. Ia menatap foto keluarganya sambil tersenyum, betapa tampannya putranya dan istrinya begitu cantik.Ia mengerahkan tenaga dan semua uang untuk menemukan Yuri yang tiba – tiba tidak bisa dilacak. Beberapa penyadap yang sudah terpasang rupanya dilepas oleh anak buahnya.Mereka tahu bahwa Ji Eun diculik melalui penyadap di rumah dan CCTV di rumah Yuri, tapi sejak saat itu, rumah mewah itu seketika tak bertuan. Para pelayan wanita bahkan tidak mengetahui kemana tuannya pergi.Ia berhenti pada sebuah foto.Foto yang dikirimkan Ji Eun ketika rambut blondenya yg dipotong pendek.Tiba – tiba ada pesan masuk dari Yuri.“Video ?, aishh video apa ini ?,” Gumamnya.Hwan langsung memutar video berdurasi 3 menit itu.Tak butuh waktu lama beberapa detik setelah video diputar, matanya mulai berair dan ia meneteskan air mata.Ya, itu video Ji Eun yang d
Beberapa jam setelah kematian Ji Eun, semua orang masih bingung dan linglung.Terutama Hwan, bagaimana caranya memberitahu Ji Hwan.Namun pikirannya teralihkan karen aakhirnya Yuri tertangkap. Ia bangkit dengan gagah, menangguhkan semua rasa sedihnya untuk menemui Yuri.Wanita itu tertangkap dan sedang berada di salah satu ruangan kepolisian Gangnam.“Eoh, oppa.”Hwan langsung membanting kursi ketika Yuri memanggilnya.“Kau masih berani memanggilku oppa ?!, manusia macam apa kau ini ?!.”Hwan menghela napas kasar.“Aku sudah menyerahkan semua bukti dan kau akan didakwa dengan banyak pasal. Kau, aku tidak akan membiarkanmu hidup berkeliaran dan mengganggu hidup orang lain. Cukup aku dan Ji Eun yang kau hancurkan. Membusuklah di dalam penjara parasit !.”“Apa ?, parasit ?!.”“APA ?!, bukankah itu kata yang paling cocok untuk orang sepertimu. Aku tidak mau mendeng
Jantung Hwan terasa berhenti berdetak dunianya hancur ketika menemukan Ji Eun dalam kondisi yang menyedihkan.Ia ingin sekali menangis keras memanggil nama Ji Eun dan memeluknya sepanjang hari.Tapi ia langsung bangkit untuk melanjutkan pencarian Yuri setelah memastikan Ji Eun ditangani pihak RS.Tak lama, Hwan menyusul Jae Hee yang sudah menunggunya di mobil, ia langsung kembali ke mobil setelah Ji Eun sampai di UGD.Emosinya meluap - luap, dan ia ingin segera menemukan medusa itu.“Dia.., dia masih hidup kan ?,” Tanya Hwan.“Noona ku orang yang kuat, dia pasti bangun. Dia pasti bertahan, jangan khawatir,” Jawab Jae Hee.“Sudah berapa lama dia sakit ?,” Tanya Hwan.“Belum lama, tapi ketika diperiksa sudah stadium tiga,” Jawab Jae Hee.“Dia pasti kesakitan.”“Ne, Dokter memberikan resep Pereda nyeri melalui injeksi karena harus meninggikan dosisnya,
Jae Hee bergegas menuju ke mobilnya dan menelepon Hwan.“Daepyonim !, kami berhasil melacak keberadaan mobil anak buah Yuri !,” Ujar Jae Hee.“Kirimkan lokasinya !.”“Ne !.”Jae Hee melaju bersama anggota kepolisian dan Hwan menyusul bersama anak buahnya.Hwan tidak diizinkan menyetir karena kondisinya sangat kalut. Di dalam mobil, ia mengetuk – ngetukan jemarinya dengan gelisah dan menggigit jarinya.“Kumohon bertahanlah..,” Gumamnya lirih.Sejam kemudian, mobil Hwan berhasil menyusul mobil tim dari kepolisian dan sampailah mereka di sebuah gedung tua.Gedung terbengkalai bekas apartmen yang tidak jadi dibangun, Hwan semakin gelisah melihat betapa buruknya gedung ini.Ji Eun pasti kesakitan dan kedinginan sekarang.Personil kepolisian langsung mengecek keadaan sekitar, sementara Hwan berlari menyusul Jae Hee memasuki gedung. Mereka menjebol pintu depan dan ber
Hwan sedang duduk di ruangannya dan membuka galeri ponselnya. Ia menatap foto keluarganya sambil tersenyum, betapa tampannya putranya dan istrinya begitu cantik.Ia mengerahkan tenaga dan semua uang untuk menemukan Yuri yang tiba – tiba tidak bisa dilacak. Beberapa penyadap yang sudah terpasang rupanya dilepas oleh anak buahnya.Mereka tahu bahwa Ji Eun diculik melalui penyadap di rumah dan CCTV di rumah Yuri, tapi sejak saat itu, rumah mewah itu seketika tak bertuan. Para pelayan wanita bahkan tidak mengetahui kemana tuannya pergi.Ia berhenti pada sebuah foto.Foto yang dikirimkan Ji Eun ketika rambut blondenya yg dipotong pendek.Tiba – tiba ada pesan masuk dari Yuri.“Video ?, aishh video apa ini ?,” Gumamnya.Hwan langsung memutar video berdurasi 3 menit itu.Tak butuh waktu lama beberapa detik setelah video diputar, matanya mulai berair dan ia meneteskan air mata.Ya, itu video Ji Eun yang d
“KELUARKAN AKU ?!, KAU MAU KEMANA ?!,” Jerit Ji Eun panik.Jeritannya tiba – tiba berhenti karena perutnya kembali nyeri.Ia mencengkeram perut kirinya dan napasnya terengah – engah karena menahan sakit.“Omo, kenapa ?, kau sudah mau mati ?,” Tanya Yuri sambil tersenyum penuh kemenangan.“Yuri-ssi, kumohon keluarkan aku.., kumohon. Aku tidak akan memberitahu orang lain kalau kau yang menculikku,” Pinta Ji Eun.“Lalu ?, terlalu banyak hal yang sudah kau ketahui, mengatakan kalau aku tidak menculikmu tidak akan mengubah apapun, lagipula aku tidak bisa mempercayai musuh Ji Eun-ah, sudahlah. Hwan pasti akan segera menemukanmu, entah hidup atau mati,” Ujar Yuri.“Baiklah, setidaknya tolong kabulkan satu saja permintaanku, kau tidak perlu mengeluarkanku dari sini..,” Ujar Ji Eun.“Benarkah ?, permintaan apa itu ?,” Tanya Yuri.“Tolong rekam aku
Bibirnya pucat karena ia tak minum apapun, matanya terpejam dengan kuat karena sedang menahan rasa sakit. Dan ia meringkuk kedinginan.Wanita malang itu terbaring di lantai yang dingin.Kondisinya sudah seperti mayat hidup.Yuri kembali setelah hampir dua hari membiarkan Ji Eun tersiksa. Pagi ini ia memberi Ji Eun sebotol air dan satu porsi hamburger. Dan wanita itu makan dengan lahapnya, lalu kembali terbaring karena rasa sakit yg menghujam perut kanannya.Ia mengurung Ji Eun di dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, tetapi Yuri bisa melihatnya. Seperti ruangan interogasi di kepolisian.“Jadi dia kesakitan karena lapar ?,” Ujar Yuri.“Sepertinya begitu samunim,” Sahut Kato.“Makanannya enak, Ji Eun-ah ?,” Tanya Yuri melalui mic.Ji Eun mendongak dan menatap sekitar karena tidak tahu dimana keberadaan orang yang sedang bicara, “Gomawo Yuri-ssi,” Ujarnya.“Dia berterim
Pria tampan yang sukses dan kaya itu termenung di mejanya. Belum 30 menit sejak ia membuka file yang dikirimkan supir istrinya.Tatapan matanya kosong.Ia sangat terkejut, mencoba memahanmi semua hal yang baru saja ia lihat dan dengar.“Kenapa aku bodoh sekali ?, kenapa aku tidak menyadari kalau sudah dibodohi sejauh ini?.”Hwan mengurut pelipisnya yang ngilu, sedih, kecewa dan marah bercampur aduk. Ia begitu marah sampai gerahamnya bergemeletuk dan air matanya megalir tanpa bisa ia kontrol.Seluruh tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya air mata.Ia menatap satu – satunya foto istrinya yang ada di ponselnya.Choi Ji Eun, wanita cantik dan cerdas yang dinikahinya 3 tahun lalu. Wanita itu bahkan tetap bertahan di sisinya meski banyak sekali kesedihan yang telah ia lalui.Hwan menyiksanya.Hwan membencinya.Hwan menjebaknya.Namun ia terus bertahan berada di sisi suaminya yang bejat.
Ji Eun sudah membatalkan keputusannya untuk melakukan kemoterapi tanpa sepengetahuan siapapun ketika ia mendapat semua penjelasan dari ahjumma.“Tugasku sudah selesai, aku akan segera menyelesaikan semua ini dan meninggalkan Hwan serta Ji Hwan dalam keadaan aman,” Ujarnya setelah menelepon Dr. David.Tentu saja kondisinya memburuk, berat badannya turun beberapa kilo dan kulitnya semakin hari semakin pucat.Semalam Ji Eun pingsan karena shock berat.Dengan cepat ia berusaha mengembalikan semangat dan melupakan apa yang terjadi semalam, berusaha menjadi Ji Eun seperti biasanya.Usai mandi, Ji Eun menatap dirinya di Kaca. Ia harusnya langsung memakai baju, tapi badannya terasa sangat berat dan lelah. Ia juga mulai menyadari kalau napasnya juga agak terengah – engah.“Ada apa denganku ?,” Gumamnya.Ji Eun menarik napas dalam – dalam dan mencoba bernapas seperti biasanya.“Aku baik – b
Ji Eun menghela napas kasar dan mengacak – acak rambutnya.Kepalanya terasa begitu pening setelah mendengar beberapa hal dari mulut wanita di hadapannya.Ia meraih segelas air dan meminumnya untuk mensetabilkan emosinya.“Kenapa tidak berusaha menutupinya ?, kenapa langsung mengaku ketika aku bertanya ?,” Tanya Ji Eun.“Aku tidak mau lagi berbohong, sudah lama aku tidak menjadi informan mereka karena aku lelah melihatmu yang terus tersakiti,” Jawab wanita paruh baya di hadapannya.“Apa kau juga memberitahu mereka tentang penyakitku ?,” Tanya Ji Eun.Wanita itu menggeleng.Dibanding Ji Eun, Jae Hee yang berada di sebelahnya sudah tak sanggup berkata – kata. Ia merasa sangat kecewa.“Ahjumma,” Akhirnya Jae Hee angkat bicara.“Lanjutkan, kau baru saja mengakui kalau yang membunuh Yoona bukan Tuan Lee. Lalu apa saja yang terjadi ?, bagaimana Yoona terbunuh ?,&