Bianca dan Arthur tengah duduk di taman. Mereka menatap para tukang kebun di kejauhan yang sedang menanam bibit bunga. Bianca sudah meminta untuk menanam bunga lily, mawar merah dan berbagai jenis bunga lainnya. Tentu saja ini membuat Bianca sangat senang, ia bisa merasakan kesejukan jika melihat bunga-bunga indah. Terutama bunga lily, Bianca sangat menyukai bunga lily. Sebenarnya Banca juga menyukai bunga tulip. Rasanya ingin sekali berlibur ke Amsterdam menikmati tulip di sana. "Arthur," panggil Bianca. "Hem?" "Biasanya kau jika weekend akan tetap ke ruang kerja mu untuk membaca email masuk. Tapi kenapa sekarang kau malah tidak ke ruang kerja mu?" tanya Bianca. "Aku hanya merasa jenuh terlalu sering bekerja. Biarkan saja, aku sudah menyerahkannya pada Alvin. Biar dia yang mengurusnya." jawab Arthur."Lalu kenapa hari ini kau mematikan ponsel mu? bagaimana jika Mama Elena menghubungi mu atau Alvin menghubungi mu?" tanya Bianca kembali. Rasanya aneh jika Arthur mematikan ponselny
"Arthur, aku ingin ke toliet dulu," kata Bianca lalu ia beranjak dari tempat duduknya. "Ya." Saat Bianca berajalan meninggalkan taman, ia melihat Alvin datang. Alvin langsung membungkukan setengah badannya saat melihat istri tuannya. "Selamat sore nyonya." sapa Alvin. "Sore, ada hal penting yang ingin di sampaikan pada Arthur?" tanya Bianca sambil menatap Alvin."Hem ia nyonya." "Baiklah, dia duduk di ujung sana." kata Bianca sambil menunjuk tempat dimana Arthur duduk."Baik nyonya, kalau begitu saya permisi," ucap Alvin dan Bianca mengangguk dan kembali berjalan meninggalkan taman. "Tuan," sapa Alvin dengan sopan yang kini sudah berada di depan Arthur. "Ada hal apa Alvin?" tanya Arthur. "Nona Clarissa memaksa ingin bertemu tuan, jika tuan tidak datang dia akan bunuh diri tuan." ujar Alvin yang membuat rahang Arthur mengeras dan mengepalkan tangannya. "Aku akan kesana sekarang." Arthur beranjak dari tempat duduk dan menuju kamarnya. Ia langsung mengganti baju dan segera menga
Bianca duduk di kursi kerjanya sambil memegang pinsil dan kertas sketsa. Ia baru saja selesai mendesign beberapa model jas untuk Lewis. Setelah menyelesaikan design jas untuk Lewis, ia langsung memberikannya pada Lily untuk di proses ke tukang jahit mereka. Hari ini memang Bianca datang ke butik jauh lebih pagi. Ia sengaja menghindari Arthur, rasanya ia sangat kesal karena Arthur tadi malam tidak pulang. Bianca pun tidak membalas pesan Arthur tadi malam. Bahkan pagi tadi pun ketika ia mendapat telepon dari Arthur ia pun tidak menjawabnya.Tanpa harus mengangkat telepon dari Arthur pun Bianca yakin Arthur tahu dimana dia berada. Bianca selalu memakai cincin berlian yang di berikan oleh Arthur dan sudah dipasangkan GPS. Terlebih Bernard dan Marissa selalu mengikuti kemana pun Bianca pergi. Jadi sudah pasti Arthur tahu dimana Bianca berada. Jika Annabeth masih belum berangkat mungkin Bianca memilih untuk menemui keponakannya. Tapi hari ini Annabeth dan Caroline sudah berngkat menuju Lo
Kini Bianca sudah tiba di mansion. Ia sudah tahu jika Arthur ada di rumah. Karena sebelumnya Arthur sudah mengirimkan pesan jika Arthur berada di rumah. Tapi memang Bianca masih kesal pada Arthur jadi ia tidak membalas pesan Arthur. Bianca melangkah menuju kamar, setibanya di depan kamar ia menghela nafas dalam. Sudah pasti Arthur berada di dalam kamar. Bianca masih kesal dengan Arthur. Ceklek"Kau sudah pulang?" tanya Arthur lalu ia berjalan menghampiri Bianca yang kini sudah berada di dalam kamar. Kemudian ia menarik dagu Bianca dan mengecup bibir istrinya. Sedangkan Bianca hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Arthur menatap Bianca yang bersikap dingin padanya, ia kembali duduk di sofa. Jujur saja ia pun merasa bersalah. Tapi ia masih bingung untuk menceritakannya pada Bianca. Arthur tahu sifat Bianca sangat keras kepala.Empat puluh menit kemudian, Bianca baru saja membersihkan diri. Ia memang sengaja berlama diri di kamar mandi. Ia memilih untuk beren
London, UK Caroline dan Annabeth sudah tiba di mansion mewah milik Steven. Steven menggendong Annabeth yang kini tertidur pulas. Sedangakan Caroline berdiri di samping Steven dengan cemas dan gugup. Bagaimana tidak, ia takut orang tua Steven menilai dirinya buruk. Caroline juga mmebawa Bella pengasuh Annabeth, karena memang Annabeth sangat dekat dengan Bella. Sebenarnya Caroline dan Steven sudah sejak tadi tiba di London. Jarak dari New York menuju London tidak lah jauh. Saat mereka tiba, Steven mengajak Caroline dan Annabeth untuk mampir ke restauran terlebih dahulu. "Ayo masuk," ajak Steven, kemudian mereka berjalan masuk ke dalam mansion. Para pelayan yang melihat Steven datang mereka langsung membungkukan setengah badannya menyapa tuannya datang. "Selamat malam Tuan Steven dan Nona." sapa pelayan dengan sopan."Ya, malam. Dimana orang tua ku?" tanya Steven. "Tuan dan nyonya sudah menunggu kedatangan tuan muda, mereka ada di ruang keluarga." jawab pelayan. "Terima kasih."S
Bianca terbangun dari tidurnya, menggeliat tubuhnya dan menguap. Perlahan matanya mulai terbuka, ia terkejut dengan kamarnya yang sudah di kelilingi oleh bunga lily putih yang sangat cantik. Ia meraba ke samping tapi Arthur sudah tidak berada di sampingnya. "Arthur," panggil Bianca dengan suara serak. Kemudian ia mengambil ikat rambutnya dan mengkikat rambutnya secara asal, dengan masih menggunakan gaun tidur tipis, ia berjalan ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah itu ia keluar dan menyentuh bunga lily yang ada note di dalamnya. "Happy Birthday Bianca Afford, from your husband" note ini membuat Bianca tersenyum, tidak lama kemudian Arthur muncul dengan hanya memakai celana training panjang dan bertelanjang dada, Sungguh di pagi hari Arthur sangat tampan. Dada bidang dan otot perut yang membuat Bianca kehilangan akal, bagaimana dia memiliki suami yang sangat sexy seperti ini. Arthur berjalan mendekat ke arah istrinya, lalu menarik dagu Bainca mencium bibir d
Bianca tengah duduk di kursi kerjanya, ia kembali mengingat kejutan yang di berikan oleh Arthur. Ini sungguh benar-benar luar biasa, Arthur memanjakannya dengan segara kemewahan. Arthur juga memberikan perhatian dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Arthur meminta Lily assistant Bianca untuk membuka butik baru di Melbourne, Kanada daan Seattle. Bianca tidak menyangka Arthur akan melakukan ini. Bahkan Arthur sudah menyiapkan designer yang bekerja di butik milik Bianca yang baru saja Arthur buka. Saat Bianca tengah melamun, terdengar suara ketukan pintu yang membuat ia sedikit tekejut. Ia pun langsung memintanya untuk masuk. Ceklek"Selamat pagi Nona Bianca, ada teman nona yang bernama Nona Viola datang," ucap Lily yang kini berada di ruang kerja bianca. "Kenapa dia tidak langsung masuk saja?" "Dia meminta saya untuk menyampaikannya pada nona." "CK, dia terlalu berlebihan. Persilahkan dia masuk." "Baik nona." kemudian Lily mempersilahkan Viola masuk ke ruang kerja Bianca.
Sejak saat Brian menyatakan perasaanya pada Bianca, Bianca lebih memilih untuk menghargai dan tidak menceritakan pada siapapun termaksud Arthur. Ia tidak ingin terjadi salah paham. Terlebih Brian adalah rekan bisnis Arthur. Jadi Bianca lebih memilih untuk diam, dan tidak menceritakannya. Bianca juga sudah mendapatkan kabar dari Caroline, jika keluarga Steven menyambutnya dengan sangat baik. Keluarga Steven juga mendengar jika Caroline adalah adik ipar dari seorang Arthur Afford. Ya, tentu saja semua orang akan senang jika memiliki hubungan dengan Arthur. Bianca sangat tahu itu, tapi yang terpenting keluarga Steven bersikap baik dengan Caroline dan juga Annabeth. Kini Bianca tengah memeriksa beberapa gaun yang akan di pajang di butiknya. Gaun-gaun hasil rancangan dirinya dan juga para designer yang bekerja di butik miliknya. "Nona Bianca," sapa Lily saat melihat Bianca tengah memeriksa gaun. "Hem?" Bianca menoleh ke arah Lily. "Biarkan saya saja nona, apa nona tidak ingin makan si
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant