Kini Arthur sudah berada di kantor, dia memang berangkat lebih pagi dari Bianca. Ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan, proyek barunya benar-benar menyita waktunya. Saat Arthur tengah memeriksa proposal kerja sama, terdengar dering ponsel miliknya. Ia mengalihkan pandangannya, lalu mengambil ponsel yang terletak di atas meja. ternyata Bianca mengirimkan pesan padanya. Bianca : Arthur aku ingin bertemu dengan Viola, aku akan ke salon bersamanya, setelah itu aku akan ke butik. Kau jangan pulang terlambat lagi. Arthur : Ya, aku usahakan untuk pulang tepat waktu. Setelah membalas pesan, Arthur meletakan kembali ponselnya dan kembali membaca proposal kerja sama. Baru saja ia melanjutkan membaca proposal kerja sama, terdengar suara ketukan pintu. "Shit! menganggu saja" umpat Arthur."Masuk." titah Arthur.Ceklek.Arthur menatap pria yang kini berdiri di hadapannya, Arthur membuang nafas kasar ternyata Steven lah yang datang."Kau kenapa kesini jerk! kau mengangggu ku!" seru
"Bianca kita pulang sekarang.""Tidak mau! aku tidak mau pulang dengan mu!"Arthur yang kesal dan kehabisan kesabaran karena Bianca tetap tidak mau pulang dengannya, membuat Arthur menarik tangan Bianca dan mengangkat tubuh Bianca kemudian memanggul tubuh Bianca di pundaknya dan membawanya berjalan masuk ke dalam mobil.Sedangkan Bianca, ia terkejut lalu berteriak, "Arthur apa kau sudah kehilangan akal! turunkan aku!"Arthur tidak menghiraukan ucapan Bianca, bahkan kini mereka menjadi pusat perhatian banyak orang yang terus menatap mereka.Bianca terkejut saat merasakan tubuhnya sudah di dudukan di dalam mobil Arthur, ia membuang nafas kasar lalu mengalihkan pandanganya ke jendela. Percuma saja ia melarikan diri pun pasti Arthur akan dapat menemukannya.Di dalam perjalanan, Bianca dan Arthur saling diam. Arthur tidak mungkin menjelaskannya pada Bianca di mobil, karena ada supir jadi ia memilih untuk menjelaskan pada Bianca saat mereka sudah tiba di rumah. Setibanya di rumah, tanpa me
Pagi hari Bianca terbangun dari tidurnya, menggeliat tubuhnya dan menguap. Perlahan matanya terbuka dan mengerjap beberapa kali. Ketika Bianca bangun, dia merasakan tangan kokoh melingkar di perutnya. Bianca pun menoleh ke samping, kini ia menatap Arthur yang masih tertidur pulas dengan bertelanjang dada. Ia kembali mengingat kejadian kemarin sore, bahkan Arthur tetap melanjutkan percintaan mereka yang panas hingga tadi malam. Melihat Arthur yang masih tertidur pulas, Bianca mulai menyentuh wajah Arthur, mata yang indah, alis yang tebal, hidung yang mancung, rahang yang tegas, dan bibir yang menggoda. Arthur memang pahatan yang sempurna. Tidak heran jika banyak gadis yang tergila-gila padanya. Rasanya Bianca tidak rela ada gadis yang telah mencium suaminya, meskipun Arthur sudah mendorong gadis itu dan mengusirnya. Tapi tetap saja Bianca tidak suka itu. Ini sungguh gila, perasaan Bianca pada Arthur sudah terlampau jauh. Bahkan ia sangat marah jika ada gadis yang membicarakan suamin
Kini Bianca tengah duduk di balik meja kerjanya dengan kertas skestsa dan juga pinsil. Ia juga mengumpulkan beberapa hasil rancangan jas yang sering dia buat sebelumnya. Bianca tengah berpikir model jas apa yang paling tepat untuk Lewis. Di lihat dari karakter Lewis pria yang lembut dan memiliki tatapan mata yang teduh. Lewis memang berbeda jauh dengan Arthur, jika Arthur ia lebih menunjukan karakter yang arrogant dan juga dingin. Saat Bianca tengah asik dengan pinsil dan kertas sketsanya, terdengar suara ketukan pintu. Lalu ia pun langsung memintanya untuk masuk. Ceklek"Nona Bianca, ada pria bernama Tuan Lewis datang katanya beliau sudah membuat janji untuk bertemu dengan nona," ucap Lily sang assistant dengan sopan. "Ya, persilahkan Tuan Lewis untuk masuk." "Baik nona." Tidak lama kemudian, Lily pun mempersilahkan Lewis untuk masuk ke ruang kerja Bianca. Melihat Lewis berjalan ke arahnya, Bianca tersenyum ramah menyambut Lewis datang."Selamat siang Tuan Lewis," sapa Bianca de
Bianca membaringkan tubuhnya di ranjang. Hari ini ia sungguh lelah, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Untungnya Arthur memberikan designer baru yang cukup berbakat dan bisa membantunya. Arthur baru saja keluar dari ruang kerjanya, kini ia berjalan menuju ranjang. Lalu membaringkan tubuhnya di samping Bianca. "Kau masih banyak pekerjaan?" tanya Bianca sambil menatap Arthur. "Ya, tapi sudah hampir selesai. Besok aku akan pulang terlambat," jawab Arthur. "Baiklah, oh ya Arthur ada yang ingin aku katakan pada mu." Arthur mengernyitkan dahinya, "Ada apa?" tanya Arthur."Tapi berjanjilah untuk tidak marah pada ku." pinta Bianca.Arthur menatap wajah istrinya, lalu ia berkata. "Katakanlah, aku tidak akan marah." "Tadi siang Lewis datang ke butik ku, lalu dia memesan jas dan dia mau aku sendiri yang mendesign untuknya. Awalnya aku bingung dari mana dia tahu aku seorang fashion designer. Tapi dia mengatakan pada ku dia tahu karena aku istri mu. Benar juga karena pernikahan kita d
Arthur duduk di kursi penumpang dengan Alvin yang berada di kursi depan bersama supirnya. Saat ini keadaan hening bahkan Arthur menatap keluar. Sedangkan Alvin masih enggan memulai percakapan dengan tuannya. Pagi tadi memang Arthur meminta Alvin untuk datang ke rumahnya. Karena banyak dokumen yang harus di tanda tangani pagi tadi, jadi Alvin mengantar dokumen itu ke mansion. "Alvin, apa perusahaan dari Barcelona kemarin yang kau katakan itu dia sudah tiba?" tanya Arthur dengan suara dingin. "Martha sekretaris tuan sepuluh menit lalu mengatakan jika mereka sudah tiba tuan." jawab Alvin dari kursi depan. "Apa Lewis juga sudah tiba?" "Sudah tuan, mereka sudah tiba di ruang meeting." "Baiklah, katakan maaf ku pada mereka karena aku terlambat. Istri ku tadi demam, sebenarnya jika bukan karena meeting penting aku lebih baik menemani istri ku." ujar Arthur. "Sepertinya tuan sangat mencintai nyonya, nyonya benar-benar sangat beruntung." jawab Alvin. "Tahu apa kau masalah cinta? kau se
"Kau bilang aku tidak menunggu mu? Clarissa kau menghilang delapan tahun lebih, Kini usia ku sudah 32 tahun, aku tidak mungkin menunggu mu hingga usia ku 50 tahun bukan?" lanjut Arthur yang masih menatap tajam Clarissa."Harusnya kau yakin aku pasti kembali Arthur! aku berjuang karena mu! aku kembali ke New York karena mu Arthur!" seru Clarissa,Clarissa terus menangis, hingga ia merasakan kepalanya mulai berat dan pandangan matanya buram."Clarissa!" teriak Arthur, ia berhasil memegang tubuh Clarissa sebelum jatuh ke lantai. Kini Clarissa sudah tidak sadarkan diriArthur menggendong Clarissa dan membaringkan tubuh Clarissa di sofa. Kemudian Arthur meminta Alvin untuk memanggil dokter. Tidak lama kemudian, Alvin datang membawa dokter yang sekaligus sahabat Artur. Dokter muda yang bernama Darel ini adalah sahabat Arthur saat Arth SMA dulu. "Arthur ini istri mu?" tanya Darel sambil menatap Clarissa."Bukan, cepat periksa dia." Kemudian Darel mulai memeriksa Clarissa dengan stetoskopn
Arthur baru saja tiba di mansion, ia langsung berjalan masuk menuju kamar. Setibanya di kamar ia menatap istrinya kini sudah tertidur pulas. Ia melihat arloji kini sudah pukul sebelas malam. Bianca memang tidak terbiasa tidur larut malam, karena memang Arthur sudah memberikan kabar jika ia akan pulang larut malam. Arthur berjalan ke arah ranjang, ia mengelus wajah istrinya lalu mengecup bibir Bianca. Kemudian ia menuju kamar mandi, karena ia belum membersihkan diri. Lima belas menit kemudian, Arthur baru saja selesai membersihkan diri. Kini ia memakai celana training panjang tanpa kaos. Ia lebih memilih bertelanjang dada, lalu ia menghampiri Bianca dan membaringkan tubuhnya di samping istrinya. Arthur menatap Bianca yang tengah tertidur pulas. ia mengelus pipi Bianca lalu mengecup bibir istrinya berkali-kali. Ia merasakan hembusnan nafas teratur dan lembut milik istrinya. Perlahan mata Bianca mulai terbuka, ia sedikit terkejut melihat Arthur sudah pulang. "Arthur kau sudah pulang
Satu minggu kemudian...Bianca tengah duduk di sofa sembari menyusui Nathan. Bianca tersenyum melihat bayi mungilnya. Wajahnya sungguh mirip dengan Justin saat Justin masih bayi. Bianca mengusap pelan pipi Nathan. Kini hidupanya benar-benar sempurna. Memiliki suami yang mencintainya dan memiliki dua putra yang sangat tampan. Suara dering ponsel terdengar, Bianca mengambil ponselnya dengan tangan kanannya. Tangan Kiri Bianca tengah menopang kepala Nathan yang masih menyusu padanya. Bianca menatap ke layar ponsel, tertera nama Irina di layar ponselnya. Kening Bianca berkerut dalam ketika melihat nama Irina. Tidak biasanya Irina menghubungi dirinya. Tanpa menunggu lama, Bianca mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, Bianca meletakan ponselnya di telinganya. "Irina?" sapa Bianca saat panggilan terhubung. "Bianca? Kau masih menyimpan nomorku?" tanya Irina dari seberang line. "Tentu Irina, aku masih menyimpannya. Apa kabar Irina?" "Aku baik, bagaimana denganmu
Beberapa bulan kemudian.. Di ruang operasi, Arthur terus berada di samping Bianca. Bayi dalam kandungan Bianca, tidak dalam posisi yang tepat. Hingga akhirnya dokter menyarankan untuk Bianca kembali operasi caesar. Arthur terus mengecupi kening Bianca saat dokter melakukan proses operasi. Sudut mata Bianca mengeluarkan air mata haru, dia kembali bisa melahirkan buah cintanya dengan Arthur. Oeee...Oee.... Sura tangis bayi pecah di ruang operasi. Air mata Bianca menetes ketika mendengar bayinya menangis. Arthur mengecup kening istrinya. Mata Arthur tidak mampu lagi menahan, air matanya menetes saat mendengar suara bayi. "Terima kasih sayang," bisik Arhur. "Bayi laki-laki," ucap sang dokter. Tidak perduli apa jenis kelaminya, terpenting bagi Bianca dan Arthur anaknya lahir dengan selamat. Kehamilan yang kedua ini, Bianca memang sengaja tidak memeriksa jenis kelamin bayinya. "Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Me
Viola duduk di tepi ranjang, menatap Richo yang masih terus menutup matanya. Dokter memang mengatakan peluru tidak mengenai jantung Richo, tapi hingga detik ini Richo masih juga belum sadar. Beberapa hari ini, Viola menjalani harinya begitu berat. Viola merasa kehilangan sosok Richo yang setiap hari selalu mengganggunya. Viola menyentuh tangan Richo, mengelus pelan."Richo, kapan kau bangun? Aku merindukan mu Richo..." air mata Viola tidak mampu lagi tertahan. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu. Rasanya beberapa hari tanpa Richo dia benar-benar merasakan tidak lagi bernyawa. "Selama ini aku selalu menutupi perasaan ku. Aku menyukai cara mu yang tidak pernah menyerah mendapatkan ku. Aku sungguh menyukai setiap cara mu Richo. Kau tidak pernah lelah mengejar ku. Bahkan berkali-kali aku mengusir mu dari kehidupan ku, kau tetap meminta ku menjadi wanita mu. Andai waktu bisa di putar, sudah sejak awal aku menerima mu." "Masa lalu mu memang membuat ku ragu menerima mu. Tapi percayalah,
Beberapa hari kemudian... Altov turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah tempat dimana dia menyembunyikan Clarissa. Altov masih mengurung Clarissa sebelum menjebloskannya ke dalam penjara. Sebenarnya Arthur tidak setuju dengan apa yang di rencanakan Altov, tapi Altov memiliki alasan tersendiri mengurung Clarissa. Tidak hanya Clarissa, tapi Jesslyn yang turut membantu Clarissa juga di kurung oleh Altov. Alasannya karena permintaan dari Viola. Saat itu ketika Viola mendengar Jesslyn sudah berhasil di tangkap oleh Altov, Viola meminta waktu sebentar sebelum menjebloskan Jesslyn ke penjara. "Tuan," sapa Christian saat Altov melangkah masuk ke dalam. "Dimana Clarissa?" tanya Altov dingin. "Masih berada di kamarnya tuan," jawab Christin. Altov mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Tempat dimana Clarissa di kurung. Setiap kali Altov bertemu dengan Clarissa, dia merasa dirinya tidak berguna. Harusnya sejak awal Altov menyeret paksa Clarissa meningg
Arthur dan Drake kini pergi ke tempat persembunyian Clarissa. Alvin sudah memberikan informasi saat ini Clarissa dan Jessly dalam perlindungan Jasson Steele. Itu artinya Arthur sendiri yang harus turun tangan. Tidak hanya Arthur, tapi Drake juga turun tangan. Drake ingin langsung berhadapan dengan Jasson. Jika sampai Jasson mempersulit, maka tidak ada pilihan lain bagi Drake untuk melakukan tindakan kekerasan. Mobil Arthur telah tiba di sebuah rumah yang jauh dari Manhattan. Arthur tahu, Jasson memang sengaja menyembunyikan Clarissa di tempat ini. Arthur dan Drake turun dari mobil. Beberapa pengawal Arthur dan Drake berada di belakang. Arthur tersenyum melihat penjagaan ketat demi menyelamatkan Clarissa. Tapi Arthur tidak perduli sedikit pun. Arthur dan Drake tetap melangkah masuk ke dalam. Langkah Arthu terhenti ketika pengawal Jasson menghadang dirnya. Alrthur tersenyum sinis menatap para pengawal Jasson yang menghalanginya. Rupanya Jasson memang berniat untuk melawan dirinya. Sun
Perlahan Bianca mulai membuka matanya, dia menatap ruangan putih. Bianca menoleh dan melihat ada Arthur dan Paula yang berjaga di sisinya. Mereka sama-sama tersenyum saat Bianca sudah membuka matanya. "Bianca? Kau mendengar ku?" Arthur mengelus dengan lembut pipi Bianca. "Arthur kenapa aku di sini?" Bianca mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat kenapa dirinya berada di rumah sakit. Namun, ketika Bianca mengingat sesuatu. Ingatan di kepalanya begitu jelas tentang Tasya, Richo dan Ella yang tergeletak dengan berlumuran darah. Wajah Bianca langsung memucat, saat dia mengingat semuanya. "Arthur? Bagaimana keadaan Tasya? Richo dan Ella bagaimana?" Bianca semakin panik, kepalanya semakin sakit dan memberat."Ssst, jangan pikirkan itu Bianca. Aku yakin mereka akan selamat," Arthur membawa tangannya mengusap lembut perut istrinya. "Aku minta pada mu, jangan memikirkan hal berat, Dokter mengatakan kandungan mu lemah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anak kita." Sebelumnya dokter
Bianca menatap cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model atas kemben. Hari ini adalah ulang tahun putranya, Justin. Bianca masih tidak menyangka usia Justin sudah satu tahun. Perjuangan yang Bianca hadapi dulu saat melahirkan putranya itu, tidak pernah bisa terlupakan. Beruntung Tuhan masih melindungi dirinya dan putra kesayangannya. Arthur yang melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap istrinya sudah terbalut dengan gaun yang membuat istrinya terlihat sangat cantik dan seksi. Arthur mendekat, dia langsung memeluk Bianca dari belakang. Memberikan kecupan di tenguk leher. hingga ke pundak mulus milik istrinya itu. "Kenapa kau selalu cantik hem?" bisik Arthur di sela-sela kecupannya. Bianca tersenyum, lalu membalikan tubuhnya menatap lekat wajah suaminya. Bianca mengelus lembut rahang Arthur. "Dan kau selalu tampan."Arthur mengeratkan pelukannya. "Aku rasanya tidak ingin keluar kamar. Aku ingin terus di sini bersama mu." "Kau ini bagaimana! Putra
Viola menyandarkan punggungnya di sofa. Sejak kejadian dirinya bertengkar dengan ayahnya, Viola lebih menyendiri. Daisy ibunya kini sudah mengetahui semuanya. Viola sengaja mengatakan langsung pada Daisy. Viola tidak ingin Daisy terus tertipu pada Carlos yang memberikan sebuah cinta palsu. Selama ini Carlos selalu menunjukan peran ayah yang terlihat begitu sempurna. Tapi kenyataan yang Viola dapatkan ayahnya sendiri berusaha mengahancurkan kehidupannya. Richo melangkah masuk ke dalam rumah, dia menatap Viola tengah melamun. Richo langsung berjalan mendekat ke arah Viola, dan langsung duduk di samping kekasihnya itu. "Kau sedang memikirkan apa?" tegur Richo yang membuat Viola menghentikan lamunannya. Viola mengalihkan pandangannya dan menatap Richo yang duduk di sampingnya. "Kau sudah pulang? Maaf aku tidak menyadari kau datang." "Ada yang kau pikirkan?" Richo kembali bertanya, dia menatap wajah kekasihnya terlihat begitu muram. "Tidak ada," jawab Viola yang berbohong. Dia tidak i
Hari ini hari dimana Viola meminta Richo menemani dirinya untuk bertemu dengan ayahnya. Viola sengaja meminta Richo untuk menemani dirinya. Viola ingin tahu apa reaksi dari ayahnya setelah dia mengetahui semuanya. "Apa kau yakin ingin bertemu dengan ayah mu?" tanya Richo yang kini berada di depan mobil. Sebelum masuk, dia kembali memastikan pada Viola. Viola mengangguk. "Kita harus menemuinya. Aku ingin langsung melihat tindakan apa yang dia ambil setelah melihat kita berdua." "Allright, dengan senang hari aku bertemu dengan calon mertua ku." Richo masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Viola. Kemudian Richo mulai melanjukan mobilnya meninggalkan halaman parkir mansionnya. "Apa kau sudah tahu dimana rumah ayah ku yang baru?" Viola membuka suara ketika Richo tengah fokus melajukan mobil. "Lebih tepatnya itu adalah rumah lama ayah mu. Rumah itu tempat tinggal ayah mu dan Aria. Aku rasa Jesslyn juga berada di sana. Karena tadi aku meminta assistant ku dan melihat apartemen Jesslyn