Pagi hari, Steven meminta Caroline untuk bertemu di caffe terdekat dengan Afford Company. Dan beruntungnya Caroline tidak menolaknya, ia menerima ajakan Steven untuk bertemu hari ini. Setibanya Steven di caffe, ia melihat Caroline sudah duduk di dekat jendela sudut kiri, ia langsung berjalan menghampiri Caroline. "Sudah menunggu lama?" tanya Steven yang kini berada di hadapan Caroline. Caroline langsung menoleh, "Oh tidak, duduklah" ucap Caroline dan Steven mengangguk, lalu ia duduk tepat di hadapan Caroline. "Apa kau sudah pesan makanan?" tanya Steven sambil menatap Caroline. "Aku memesan beef cheese omelette untuk mu juga, lalu minumnya aku memilih kopi untuk mu, jika kau tidak menyukainya kau bisa memesan lagi." balas Caroline. "No, i like it. Aku tidak pemilih makanan." jawab Steven. "Baiklah." Obrolan mereka terhenti, ketika pelayan mengantarkan makanan yang sudah di pesan oleh Caroline. "Bagaiamana kabar Annabeth?" tanya Steven sambil menikmati sarapannya. "Annabeth ba
"Jam berapa ini?" gumam Bianca sambil melirik Arlojinya.Malam ini Bianca memang sudah izin dengan Arthur, jika ia akan pulang terlambat. Untunglah Arthur mengizinkannya. "Jam 9? hem, mungkin tiga tiga puluh menit lagi, aku akan pulang." gumam Bianca kembali, lalu ia melanjutkan pekerjaaanya, tapi tidak lama kemudian terdengar dering ponsel milik Bianca, ia langsung segera mengambil ponsel miliknya, ia takut jika itu dari Arthur. Namun saat ia melihat layar ponsel miliknya, ternyata Caroline yang menghubunginya."Ya lin?" sapa Bianca saat panggilannya terhubung."Kakak, maaf aku menganggu kakak malam-malam begini." "Tidak, kau tidak menganggu ku, ada apa lin?" tanya Bianca."Tadi pagi aku bertemu Steven ka, dia sudah menceritakan jika dia sudah bertemu kakak. Dia juga menceritakan, kakak memberinya kesempatan." ucap Caroline. "Ya, kakak hanya ingin melihat kesungguhan pria itu. Lihat saja, apa dia itu pantas atau tidak menjadi ayah Annabeth. Dan dia juga mengatakan dia sudah melama
Bianca mulai membuka kedua matanya, ia menatap ruangan gelap yang berantakan. Perlahan Biaca menggerakan tangannya, saat kesadaran ia pulih ia sadar tangannya kini terikat. "Dimana ini?" gumam Bianca sambil melihat setiap sudut ruangan. "Astaga, apa yang terjadi? sial siapa yang mengikat tangan ku seperti ini." ucap Bianca sambil berusaha melepaskan talinya. "Sudah bangun nona?" sapa seorang pria bertubuh tinggi dan tegap."Siapa kau!" bentak Bianca."Ternyata Nyonya Afford sangat cantik, panas tuan ku sangat menganggumi mu." ucap pria itu yang tidak henti menatap Bianca. "Katakan pada ku, siapa yang memerintah kalian!" sentak Bianca yang kini menatap tajam pria yang berdiri di hadapannya. "Tuan ku akan datang, kau tunggulah. Dia juga tidak sabar untuk bertemu dengan mu." balas pria itu.Bianca mengela nafas dalam, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia tidak boleh takut ataupun lemah. Bianca menoleh saat melihat sosok pria mulai memasuki ruangan. Mata Bianca membulat sempurna
"Bianca, biar aku mengantar mu ke rumah sakit." "Tapi-" "Tidak apa, aku tidak tenang meninggalkan mu sendiri." potong Brian, lalu Brian yang masih menggendong Bianca, ia membawa masuk Bianca ke dalam mobil.Namun saat Brian hendak membawa masuk Bianca, tangan Brian di tahan oleh Bernard. "Maaf tuan, tapi Tuan Arthur akan marah jika nyonya di bawa oleh orang lain." ucap Bernard."Aku bukan orang lain, aku teman Bianca." balas Brian. "Nyonya, lebih baik nyonya ikut kami. Saya takut tuan akan marah nyonya." ucap Bernard pada Bianca. "Bernard, kalian bisa mengikuti ku dari belakang. Teman ku sudah menolong ku, kau bisa mengikuti mobil teman ku dari belakang." balas Bianca."Tapi nyonya-" "Arthur tidak akan marah." potong Bianca."Baik nyonya."Kini Brian sudah tiba di rumah sakit, pengawal Arthur tentu saja sejak tadi mengikuti Brian. Mereka tidak mungkin melepaskan istri tuannya. Brian juga memindahkan Bianca ke ruang VVIP, saat di dalam mobil Bianca sudah tidak sadarkan diri, dan
"Aku baik-baik saja sekarang, apa kau akan kembali lagi ke Melbourne?" "No, aku akan menyerahkan semuanya pada direktur pemasaran disana, jika aku melakukan perjalanan bisnis lagi, sudah pasti aku akan membawa mu, meskipun kau sibuk dengan butik mu, aku akan tetap menyeret mu untuk ikut dengan ku." ucap Arthur. Mendengar ucapan Arthur, membuat Bianca terkekeh kecil. "Baiklah." balas Bianca sambil tersenyum. "Kenapa kau tadi membiarkan Brian yang mengantar mu?" tanya Arthur sambil menatap Bianca."Aku tidak enak menolaknya Arthur, dia sudah membantu ku. Setidaknya, sebelum Bernard dan pengawal mu datang, dia membantu ku Arthur." jawab Bianca. "Aku tidak suka kau tadi pergi dengannya." balas Arthur, Bianca menghela nafas dalam. Ia sudah tahu, pasti akan seperti ini, hanya saja ia sungguh tidak enak pada Brian. "Apa Brian tadi juga menggendong mu?" tanya Arthur sinis."Arthur aku hanya tidak enak saja dengannya, dan ya dia memang menggendong ku, kaki ku terluka dan tidak bisa berja
Keesokan hari, saat Bianca bangun ia merasakan tubuhnya remuk, mungkin akibat lari dari anak buah Alex, di pagi hari ia merasakan tubuhnya sangat sakit, terutama di bagian kakinya. "Ssst," ringis Bianca."Kau sudah bangun hem?" tanya Arthur sambil mengecup bibir istrinya. "Iya sudah." "Kaki mu masih merasakan sakit?" "Iya, aku merasakan sakit. tapi tidak apa, nanti juga akan sembuh." "Kau sarapan dulu, setelah itu minum obat mu. Aku akan memanggil dokter, jika kaki mu masih merasakan sakit, aku akan menghajar dokter bodoh yang tidak memberikan obat penahan rasa sakit." seru Arthur. "Aku tidak apa Arthur, aku tadi malam berlari tanpa sepatu dan menginjak sesuatu yang melukai telapak kaki ku, sudah pasti aku meraskan sakit, tapi sungguh tidak apa." jawab Bianca sambil menyentuh tangan Arthur. "Bisakah kau ceritakan pada ku bagaimana kau bisa lolos dari Alex?" tanya Arthur yang kini duduk di tepi ranjang, lalu Bianca menyenderkan kepalanya di dada bidang suaminya. "Aku lolos kare
Kini Arthur dan Bianca baru saja tiba di mansion mereka, selesai mengurus administrasi memang Arthur langsung membawa Bianca ke mansion. Arthur menatap Bianca yang masih tertidur pulas, ia tidak tega membangunkan istrinya. Arthur langsung menggendong Bianca gaya bridal, dan ia berjalan memasuki mansion mereka. Setibanya di kamar, Arthur membaringkan tubuh Bianca di ranjang, ia duduk di tepi ranjang lalu ia merapihkan rambut Bianca yang menutupi wajah cantik istrinya. Arhur mengelus pipi Bianca dengan lembut, lalu ia berbisik dalam hatinya "Aku sudah terbiasa dengan kehadiran mu Bianca." Tidak lama kemudian, saat Arthur masih terus mengelus pipi Bianca, mata Bianca mulai terbuka, Bianca sedikit terkejut karena kini ia sudah berada di dalam kamarnya. "Sudah bangung hem?" ucap Arthur saat melihat Bianca sudah membuka matanya. "Arthur kita sudah sampai di mansion, kenapa kau tidak membangunkan ku." balas Bianca dengan suara serak. "Kau tertidur pulas, aku tidak mungkin membangunkan m
Arthur kini tengah memeriksa laporan perusahaan cabang miliknya di Melbourne. Harusnya memang dia belum bisa pulang ke New York, tapi dia lebih memilih meminta salah satu direktur permasaran yang ia tempatkan di perusahaan cabang miliknya untuk mengatur semuanya. Saat ini tidak mungkin Arthur mengajak Bianca ke Melbourne, kondisi Bianca belum sepenuhnya pulih, terlebih dalam beberapa hari ini ia memiliki meeting dengan Lewis dan juga salah satu perusahaan besar dari Barcelona. Saat Arthur tengah memeriksa laporan yang di berikan oleh karyawannya, terdengar suara ketukan pintu, ia yakin itu sudah pasti Alvin, ia pun langsung memintanya untuk masuk. Dan benar saja, tidak lama kemudian Alvin masuk ke ruang kerja tuannya. "Selamat pagi tuan." sapa Alvin dengan sopan."Ya, ada apa?" tanya Arthur langsung. "Perusahan asal Barcelona, mengajak perusahaan kita membuka perusahaan entertainment di sana, untuk para model mereka meminta model asal dari Venezuela, karena negara itu terkenal den
Satu minggu kemudian...Bianca tengah duduk di sofa sembari menyusui Nathan. Bianca tersenyum melihat bayi mungilnya. Wajahnya sungguh mirip dengan Justin saat Justin masih bayi. Bianca mengusap pelan pipi Nathan. Kini hidupanya benar-benar sempurna. Memiliki suami yang mencintainya dan memiliki dua putra yang sangat tampan. Suara dering ponsel terdengar, Bianca mengambil ponselnya dengan tangan kanannya. Tangan Kiri Bianca tengah menopang kepala Nathan yang masih menyusu padanya. Bianca menatap ke layar ponsel, tertera nama Irina di layar ponselnya. Kening Bianca berkerut dalam ketika melihat nama Irina. Tidak biasanya Irina menghubungi dirinya. Tanpa menunggu lama, Bianca mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, Bianca meletakan ponselnya di telinganya. "Irina?" sapa Bianca saat panggilan terhubung. "Bianca? Kau masih menyimpan nomorku?" tanya Irina dari seberang line. "Tentu Irina, aku masih menyimpannya. Apa kabar Irina?" "Aku baik, bagaimana denganmu
Beberapa bulan kemudian.. Di ruang operasi, Arthur terus berada di samping Bianca. Bayi dalam kandungan Bianca, tidak dalam posisi yang tepat. Hingga akhirnya dokter menyarankan untuk Bianca kembali operasi caesar. Arthur terus mengecupi kening Bianca saat dokter melakukan proses operasi. Sudut mata Bianca mengeluarkan air mata haru, dia kembali bisa melahirkan buah cintanya dengan Arthur. Oeee...Oee.... Sura tangis bayi pecah di ruang operasi. Air mata Bianca menetes ketika mendengar bayinya menangis. Arthur mengecup kening istrinya. Mata Arthur tidak mampu lagi menahan, air matanya menetes saat mendengar suara bayi. "Terima kasih sayang," bisik Arhur. "Bayi laki-laki," ucap sang dokter. Tidak perduli apa jenis kelaminya, terpenting bagi Bianca dan Arthur anaknya lahir dengan selamat. Kehamilan yang kedua ini, Bianca memang sengaja tidak memeriksa jenis kelamin bayinya. "Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Me
Viola duduk di tepi ranjang, menatap Richo yang masih terus menutup matanya. Dokter memang mengatakan peluru tidak mengenai jantung Richo, tapi hingga detik ini Richo masih juga belum sadar. Beberapa hari ini, Viola menjalani harinya begitu berat. Viola merasa kehilangan sosok Richo yang setiap hari selalu mengganggunya. Viola menyentuh tangan Richo, mengelus pelan."Richo, kapan kau bangun? Aku merindukan mu Richo..." air mata Viola tidak mampu lagi tertahan. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu. Rasanya beberapa hari tanpa Richo dia benar-benar merasakan tidak lagi bernyawa. "Selama ini aku selalu menutupi perasaan ku. Aku menyukai cara mu yang tidak pernah menyerah mendapatkan ku. Aku sungguh menyukai setiap cara mu Richo. Kau tidak pernah lelah mengejar ku. Bahkan berkali-kali aku mengusir mu dari kehidupan ku, kau tetap meminta ku menjadi wanita mu. Andai waktu bisa di putar, sudah sejak awal aku menerima mu." "Masa lalu mu memang membuat ku ragu menerima mu. Tapi percayalah,
Beberapa hari kemudian... Altov turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah tempat dimana dia menyembunyikan Clarissa. Altov masih mengurung Clarissa sebelum menjebloskannya ke dalam penjara. Sebenarnya Arthur tidak setuju dengan apa yang di rencanakan Altov, tapi Altov memiliki alasan tersendiri mengurung Clarissa. Tidak hanya Clarissa, tapi Jesslyn yang turut membantu Clarissa juga di kurung oleh Altov. Alasannya karena permintaan dari Viola. Saat itu ketika Viola mendengar Jesslyn sudah berhasil di tangkap oleh Altov, Viola meminta waktu sebentar sebelum menjebloskan Jesslyn ke penjara. "Tuan," sapa Christian saat Altov melangkah masuk ke dalam. "Dimana Clarissa?" tanya Altov dingin. "Masih berada di kamarnya tuan," jawab Christin. Altov mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Tempat dimana Clarissa di kurung. Setiap kali Altov bertemu dengan Clarissa, dia merasa dirinya tidak berguna. Harusnya sejak awal Altov menyeret paksa Clarissa meningg
Arthur dan Drake kini pergi ke tempat persembunyian Clarissa. Alvin sudah memberikan informasi saat ini Clarissa dan Jessly dalam perlindungan Jasson Steele. Itu artinya Arthur sendiri yang harus turun tangan. Tidak hanya Arthur, tapi Drake juga turun tangan. Drake ingin langsung berhadapan dengan Jasson. Jika sampai Jasson mempersulit, maka tidak ada pilihan lain bagi Drake untuk melakukan tindakan kekerasan. Mobil Arthur telah tiba di sebuah rumah yang jauh dari Manhattan. Arthur tahu, Jasson memang sengaja menyembunyikan Clarissa di tempat ini. Arthur dan Drake turun dari mobil. Beberapa pengawal Arthur dan Drake berada di belakang. Arthur tersenyum melihat penjagaan ketat demi menyelamatkan Clarissa. Tapi Arthur tidak perduli sedikit pun. Arthur dan Drake tetap melangkah masuk ke dalam. Langkah Arthu terhenti ketika pengawal Jasson menghadang dirnya. Alrthur tersenyum sinis menatap para pengawal Jasson yang menghalanginya. Rupanya Jasson memang berniat untuk melawan dirinya. Sun
Perlahan Bianca mulai membuka matanya, dia menatap ruangan putih. Bianca menoleh dan melihat ada Arthur dan Paula yang berjaga di sisinya. Mereka sama-sama tersenyum saat Bianca sudah membuka matanya. "Bianca? Kau mendengar ku?" Arthur mengelus dengan lembut pipi Bianca. "Arthur kenapa aku di sini?" Bianca mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat kenapa dirinya berada di rumah sakit. Namun, ketika Bianca mengingat sesuatu. Ingatan di kepalanya begitu jelas tentang Tasya, Richo dan Ella yang tergeletak dengan berlumuran darah. Wajah Bianca langsung memucat, saat dia mengingat semuanya. "Arthur? Bagaimana keadaan Tasya? Richo dan Ella bagaimana?" Bianca semakin panik, kepalanya semakin sakit dan memberat."Ssst, jangan pikirkan itu Bianca. Aku yakin mereka akan selamat," Arthur membawa tangannya mengusap lembut perut istrinya. "Aku minta pada mu, jangan memikirkan hal berat, Dokter mengatakan kandungan mu lemah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anak kita." Sebelumnya dokter
Bianca menatap cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model atas kemben. Hari ini adalah ulang tahun putranya, Justin. Bianca masih tidak menyangka usia Justin sudah satu tahun. Perjuangan yang Bianca hadapi dulu saat melahirkan putranya itu, tidak pernah bisa terlupakan. Beruntung Tuhan masih melindungi dirinya dan putra kesayangannya. Arthur yang melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap istrinya sudah terbalut dengan gaun yang membuat istrinya terlihat sangat cantik dan seksi. Arthur mendekat, dia langsung memeluk Bianca dari belakang. Memberikan kecupan di tenguk leher. hingga ke pundak mulus milik istrinya itu. "Kenapa kau selalu cantik hem?" bisik Arthur di sela-sela kecupannya. Bianca tersenyum, lalu membalikan tubuhnya menatap lekat wajah suaminya. Bianca mengelus lembut rahang Arthur. "Dan kau selalu tampan."Arthur mengeratkan pelukannya. "Aku rasanya tidak ingin keluar kamar. Aku ingin terus di sini bersama mu." "Kau ini bagaimana! Putra
Viola menyandarkan punggungnya di sofa. Sejak kejadian dirinya bertengkar dengan ayahnya, Viola lebih menyendiri. Daisy ibunya kini sudah mengetahui semuanya. Viola sengaja mengatakan langsung pada Daisy. Viola tidak ingin Daisy terus tertipu pada Carlos yang memberikan sebuah cinta palsu. Selama ini Carlos selalu menunjukan peran ayah yang terlihat begitu sempurna. Tapi kenyataan yang Viola dapatkan ayahnya sendiri berusaha mengahancurkan kehidupannya. Richo melangkah masuk ke dalam rumah, dia menatap Viola tengah melamun. Richo langsung berjalan mendekat ke arah Viola, dan langsung duduk di samping kekasihnya itu. "Kau sedang memikirkan apa?" tegur Richo yang membuat Viola menghentikan lamunannya. Viola mengalihkan pandangannya dan menatap Richo yang duduk di sampingnya. "Kau sudah pulang? Maaf aku tidak menyadari kau datang." "Ada yang kau pikirkan?" Richo kembali bertanya, dia menatap wajah kekasihnya terlihat begitu muram. "Tidak ada," jawab Viola yang berbohong. Dia tidak i
Hari ini hari dimana Viola meminta Richo menemani dirinya untuk bertemu dengan ayahnya. Viola sengaja meminta Richo untuk menemani dirinya. Viola ingin tahu apa reaksi dari ayahnya setelah dia mengetahui semuanya. "Apa kau yakin ingin bertemu dengan ayah mu?" tanya Richo yang kini berada di depan mobil. Sebelum masuk, dia kembali memastikan pada Viola. Viola mengangguk. "Kita harus menemuinya. Aku ingin langsung melihat tindakan apa yang dia ambil setelah melihat kita berdua." "Allright, dengan senang hari aku bertemu dengan calon mertua ku." Richo masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Viola. Kemudian Richo mulai melanjukan mobilnya meninggalkan halaman parkir mansionnya. "Apa kau sudah tahu dimana rumah ayah ku yang baru?" Viola membuka suara ketika Richo tengah fokus melajukan mobil. "Lebih tepatnya itu adalah rumah lama ayah mu. Rumah itu tempat tinggal ayah mu dan Aria. Aku rasa Jesslyn juga berada di sana. Karena tadi aku meminta assistant ku dan melihat apartemen Jesslyn