Bianca duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Pikirannya kini terus memikirkan kejadian tadi siang. Rasanya, ia masih sulit mempercayai ini semua. Paula yang tidak sengaja Bianca mengenalnya saat dia tengah berbelanja di supermarket ternyata ibu kandungnya. Lalu Bianca menabrak pria beberapa bulan lalu ternyata pria itu adalah kakak kandungnya. Rasanya Tuhan memang sengaja mempertemukan dirinya dengan keluarganya. Tapi bagaimana dia harus bersikap di depan Paula dan Altov? Bianca masih selalu menganggap Melinda dan Adam adalah orang tua kandungnya. Terlebih Bianca tidak menyangka dirinnya adalah sepupu dari Clarissa mantan kekasih suaminya sendiri. Dia merasa ini benar-benar rumit, Bianca sangat tahu bagaimana sifat Clarissa. Dia masih mengingat Clarissa pernah hampir menyiram air keras kewajahnya. Beruntung saat itu Bianca masih selamat, tapi Bianca sangat yakin jika Clarissa tahu dia adalah sepupunya pasti akan membuat Clarissa semakin membenci Bianca.
"Jujur aku memang masih belum menyangka jika aku adalah adik mu. Pertemuan pertama kita hingga beberapa kali kita bertemu, aku tidak mengira kau adalah kakak kandung ku. Saat aku tahu dari Mama Melinda jika aku bukan anaknya, aku sangat hancur. Mereka begitu menyayangi ku tapi mereka bukan keluarga kandung ku." ujar Bianca."Sampai akhirnya aku meminta Arthur, untuk tidak menyelidiki siapa keluarga kandung ku. Maaf, karena pada saat itu aku belum siap. Aku selalu menganggap Mama Melinda dan Papa Adam adalah orang tua kandung ku. Mereka begitu mencintai ku meski aku bukan anak kandung mereka. Bahkan mereka tidak pernah membedakan ku dengan anak kandung mereka sendiri." lanjut Bianca, Ia memang sangat bersykur karena Melinda dan Adam begitu mencintainya. Andai saat dia bayi Melinda tidak menyelamatkannya, Bianca tidak tahu bagaimana nasibnya saat ini.Altov menatap lekat wajah Bianca, ia memahami pasti sulit menerima kenyataan ini. Terlebih Bianca sudah menganggap Adam dan Melinda sebag
Viola kini tengah duduk di sofa, saambil menonton film kesukaannya. Entah sudah berapa lama dirinya tinggal di rumah Richo. Semua pekerjaan Viola serahkan pada assistantnya, tapi meski begitu Viola selalu memeriksa pekerjaannya lewat email yang dikirimkan oleh assistantnya. Viola memang belum mau bertemu dengan kedua orang tuanya, alasannya tentu saja dia tidak ingin dijodohkan. Dirinya memang belum menginginkan menikah, meski banyak yang mengatakan usianya sudah cukup. Tapi menikah bukan karena masalah usia, bagi Viola menikah harus karena kesiapan dari diri sendiri. Richo yang baru saja tiba di rumah, ia menatap Viola tengah bersantai di sofa. Ia langsung berjalan mendekat ke arah Viola dan duduk di samping wanita itu. Setidaknya meski setiap hari Richo harus mendengar sikap keras dan segala umpatannya itu tidak masalah bagi Richo. Saat Richo pulang dari kantor dan menatap Viola sudah berada di rumah membuat hatinya jauh lebih senang. "Kau sedang apa tiger?" tanya Richo. "Apa ka
Bianca berjalan keluar dari walk in closetnya. Kini ia menatap cermin, dirinya sudah terbalut dengan flower printed dress. Rambut coklat milik Bianca di biarkan tergerai indah. Polesan make up tipis menyempurnakan penampilannya. Bianca menghela napas dalam, hari ini Bianca sudah berjanji dengan Altov datang ke rumah dan bertemu keluarganya. Ada perasaan aneh yang Bianca rasakan, ia harus bertemu dengan keluarga kandungnya. Bianca berusaha bersikap tenang, tapi kenyataanya dia merasakan perasaan yang dia sendiri tidak mengerti. Pasalnya, Bianca selalu menganggap Adam dan Melinda sebagai orang tua kandungnya. Kini Bianca harus dihadapkan dengan orang tua kandung yang terpisah sejak dirinya kecil. Bahkan Bianca tidak tahu harus bersikap seperti apa. Arthur baru saja selesai mengganti pakaiannya, ia menatap istrinya yang sedang melamun. Arthur melangkah mendekat ke arah Bianca dan memeluk istrinya dari belakang. "Kenapa sayang?" tanya Arthur. "Arthur, aku merasakan ini sangat aneh Art
Paula membawa Bianca masuk ke dalam kamar. Paula sengaja ingin berbicara berdua dengan Bianca. Sudah sejak tadi Paula ingin mengajak putrinya itu berbicara berdua. Paula menunjukan pada Bianca, kamar yang ia siapkan untuk Isabel sejak dulu.Paula memang menetap tinggal di Madrid, tapi kemana pun Paula tinggal ia selalu menyiapkan kamar untuk Isabel. Kamar bernuansa gold dan silver. Semua tatanan baju bayi milik Isabel selalu berada disana. Itu memang selalu Paula lakukan, alasannya karena ia ingin selalu mengenang putrinya. Meski Paula tahu saat itu putrinya telah tiada, tapi baginya putrinya akan selalu hidup di dalam hatinya. Bianca melangkah masuk ke dalam kamar, ia menatap setiap sudut kamar itu bernuansa gold dan silver. Kamar yang tertata dengan sangat mewah dan besar. Kamar yang bahkan jauh lebih indah dari kamar miliknya di mansion pribadinya yang di tempati bersama dengan Caroline. Paula menggenggam tangan putrinya dan membawanya untuk duduk di sofa sudut ruangan. Bianca me
Kini Altov dan Arthur saling beradu pandang. Mereka berdiri berhadapan dengan tatapan permusuhan. Altov sengaja membawa Arthur ke ruang kerjanya. Altov tidak ingin berbicara dengan Arthur ketika ada Drake ayahnya. Arthur menyeringai, dia tahu apa maksud Altov membawanya kesini. Arthur menuruti keinginan Altov. Jika memang pria di hadapannya ini mau berbicara dengannya maka dia senang hati akan menurtinya. Altov melangkah menuju lemari minumannya, dia mengambil botol wine dan dua gelas sloki. Lalu menuangkangkan wine itu ke dua gelas sloki di hadapannya. "Memulai percakapan dengan wine, aku rasa tidak buruk bukan?" tukas Altov dengan tatapan lekat menatap Arthur. "Right, permulaan yang bagus." jawab Arthur dingin, ia langsung mengambil gelas sloki berisi wine. Lalu ia menyesap wine itu. "Jadi Arthur Afford, apa kau menyukai takdir dimana kau adalah adik ipar ku?" Altov menyesap wine di tangannya, lalu ia tersenyum sinis pada Arthur. "Sepertinya pertanyaan itu harusnya keluar dari
Sinar matahari pagi menembus jendela, perlahan Bianca mulai membuka matanya. Dia menguap dan menggeliat. Bianca melihat jam dinding kini sudah pukul tujuh pagi. Saat tangan Bianca meraba kesamping dan ternyata ranjangnya kosong. Bianca langsung menoleh, Arthur sudah tidak ada. Bianca beranjak dari tempat tidurnya, dia mengikat asal rambutnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Setelah mencuci wajahnya, Bianca langsung berjalan keluar kamar mandi. Dia melihat ke walk in closet milik Arthur tapi suaminya itu tidak ada. Harusnya Arthur masih belum berangkat bekerja karena ini masih jam tujuh. "Kau mencari ku?" Arthur melangkah masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya seperti mencari sesuatu. "Kau dari mana Arthur? aku bangun kau sudah tidak ada." kata Bianca, tidak biasanya Bianca bangun pagi suaminya tidak berada di sampingnya. Arthur berjalan mendekat ke arah Bianca, dia lansung memeluk pinggang istrinya. Mengecup leher istrinya. "Kenapa kau sel
Kini Bianca tengah berada di salah satu kafe di Times Square bersama dengan Justin yang duduk di pangkuannya dan juga bersama dengan Ella pengasuh Justin. Tentu ada Marissa dan Bernard yang mengawasi Bianca dari kejauhan. Merasa bosan di rumah, Bianca memilih untuk bersantai di mall. Arthur belakangan ini disibukan dengan pekerjaannya. Bianca juga tidak ingin mengganggu suaminya itu. "Nyonya wajah Tuan Muda Justin sangat mirip dengan Tuan Arthur." kata Ella pengasuh Justin yang terus memperhatikan Justin. Bianca tersenyum, ia mengelus pipi gemuk Justin, "Kau benar, aku yang mengandung hingga badan ku gemuk tapi ketika lahir Justin mirip dengan ayahnya.""Tapi Tuan Muda Justin sungguh tampan nyonya. Saya yakin ketika Tuan Muda Justin dewasa banyak gadis yang mengejarnya." ujar Ella, dia terus menatap Justin dengan tatapan lembut. Justin tertawa ketika melihat Ella menatapnya. Justin memang mengenal dengan baik siapa pengasuhnya. Bianca mengecupi pipi gemuk Justin. "Ya, aku yakin itu
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant