Pagi hari, Bianca sudah bersiap menuju Time Square. Salah satu pusat permbelanjaan besar di New York. Demi menemani sahabatnya untuk mendatangi pameran berlian, sungguh memang Viola terkenal sangat gila. Ya, walaupun itu bisa sedikit menghilangkan stress didiri Bianca. Dekat dengan sahabat dan keluarganya, setidaknya membuatnya sedikit lupa. Beruntungnya hari ini, dia pergi tanpa ditemani oleh Bernard dan Marissa. Setidaknya dia merindukan masa dimana hidupnya bisa tidak terlalu diawasi. Namun tetap saja, untuk menyetir dia tidak dizinkan oleh Arthur. Dave supirnya harus mengantarnya ke mall. Bianca berjalan keluar mansion, langkahnya terhenti saat mendengar suara yang memanggilnya. "Kakak," panggil Caroline saat melihat Bianca hendak keluar."Caroline?" "Kakak mau kemana?" tanya Caroline."Kakak ingin ke mall, sudah ada janji dengan Viola.""Bukannya kakak masih belum sehat?" "No, kakak sudah sehat." Caroline menghela nafas dalam, "Baiklah, jam berapa kakak akan pulang?" tanya
"Oh astaga, kau pikir aku bercanda? jika tidak percaya kau tanya sendiri saja pada dokter." balas Viola yang kesal.Bianca menyentuh perutnya dengan tangannya, "Kenapa kau harus hadir sekarang." gumam Bianca."Bianca, apa kau ingin aku menghubungi Arthur?" tanya Viola kembali."No, biar aku saja yang memberitahunya. Aku mohon jangan ceritakan apapun pada nya, dan ada hal yang ingin aku katakan pada mu Viola." ucap Bianca yang kini menatap sahabatnya dengan serius."Ada hal apa yang ingin kau katakan pada ku Bianca?" tanya Viola yang kini duduk di tepi ranjang."Kau benar belum menghubungi Arthur kan?" tanya Bianca memastikan kembali. "Belum, aku terlalu panik. Aku menunggu sampai dokter memeriksa mu telebih dahulu. Kau tahu suami mu memiliki emosi yang sangat tinggi, jadi aku menunggu hingga kau di periksa baru aku ingin menghubunginya. Tapi sekarang malah kau menahan ku untuk menghubunginya." jelas Viola. "Bagus, sekarang aku ingin berbicara serius. Tapi kau harus berjanji apapun y
"Kau sudah jauh lebih baik bukan? dokter pun sudah datang dan memeriksa mu." ujar Arthur,"Tapi aku masih merasakan sakit Arthur," balas Clarissa."Baiklah, aku akan memanggil dokter jika kau masih merasakan sakit." ucap Arthur dan ia mengambil ponselnya dengan cepat Clarissa menahan tangan Arthur,"Kesembuhan ku adalah diri mu, aku tidak membutuhkan dokter mana pun. Jika kau selalu ada disisi ku maka aku akan baik-baik saja. Tapi jika kau berada jauh disisi ku, maka aku tidak akan pernah sehat Arthur." kata Clarissa dengan nada penuh penekanan.Arthur membuang nafas kasar, "Kenapa kau seperti ini Clarissa? aku ingin kau kembali menata hidup mu. Kau berhak mendapatkan kebahagian." ucap Arthur serak. "Arthur, apa sudah tidak ada lagi aku di hati mu? kita menjalin hubungan sudah lama Arthur. Aku pergi meninggalkan mu karena aku sakit, bukan aku berselingkuh." jelas Clarissa, dengan mata yang sendu dan wajah yang putus asa. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya.Arthur bangun dari
Arthur kembali ke ruang kerjanya, ia kini melihat Clarissa masih berada di ruang kerjanya. Rasa berkecamuk, dan emosi tidak bisa lagi ia tutupi. Khawatir dengan istrinya, karena sejak tadi Bianca sudah menonaktifkan ponselnya. "Pergi dari sini Clarissa, aku tidak ingin melihat mu." kata Arthur, dingin. Sorot mata yang tajam. "Aku akan tetap disini Arthur." ucap Clarissa, tegas. "Apa lagi yang kau inginkan Clarissa?! kau lihat istri ku salah paham! pergi dari sini sebelum aku bertindak kasar pada mu," ancam Arthur, ia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Dipikirannya hanya mencari Bianca dan menjelaskan pada Bianca. "Tapi kau belum menjawab bagaimana perasaan mu pada ku Arthur? aku yakin kau menikmati ciuman kita tadi!" seru Clarissa, ia tidak mau meninggalkan Arthur. Ia tetap yakin jika Arthur masih mencintainya. "Clarissa! apa kau tadi tidak melihat? istri ku pergi dan dia salah mengartikan ciuman kita! lalu kau pikir aku masih memikirkan bagaimana perasaan ku? baik jik
Arthur melihat ke arlojinya, kini sudah pukul sepuluh malam. Alvin masih dalam pencarian dan menghubungi semua anak buahnya untuk mencari istrinya. Tapi sejak tadi tetap saja tidak bisa menemukannya. Arthur duduk di kursi kerjanya, ia meremas rambutnya. Keadaan ruang kerja Arthur sungguh berantakan. Ia merutuki kebodohannya, bahkan ia melihat dengan jelas wajah kecewa Bianca. Meskipun Bianca tidak menangis, tapi ia melihat dari sorot matanya jika Bianca sangat terluka. Arthur sangat tahu, Bianca tidak pernah menunjukan di depan orang jika dirinya lemah, Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Dengan cepat Arthur lanngsung meminta untuk masuk. Ia tahu jika itu pasti Alvin yang datang.Ceklek"Tuan," sapa Alvin sambil menundukan kepalanya. "Katakan, dimana istri ku? apa kalian sudah menemukannya?" tanya Arthur, kini ia sudah tidak bisa lagi menunggu. "Maaf tuan, nyonya tidak memakai cincin dan arloji yang di pasangkan GPS. Ponselnya pun mati kami tidak bisa melacak. Selu
Keesokan hari, Arthur sudah bersiap. Ia juga meminta Alvin untuk datang ke mansionnya. Sejak tadi malam, ia tidak bisa tidur tenang. Bagaimana pun ia masih belum menemukan Bianca. Hari ini Arthur harus menemukan Bianca, bagaimana pun caranya Ia akan tetap menemukan Bianca. Wajah Bianca terus berada di pikiran Arthur. Dalam hidup ini pertama kalinya Arthur sangat kacau. Saat Clarissa pergi, dia pun kacau hanya saja kini ia merasakan dirinya sungguh hancur ketika Bianca pergi.Arthur berjalan keluar mansion, Nick supirnya yang melihat tuannya sudah keluar mansion ia langsung membukakan pintu mobil. Alvin pun ikut bersama Arthur, Alvin duduk di kursi depan. "Nick, kita ke butik istri ku pagi ini." perintah Arthur pada supirnya. "Baik tuan""Alvin, apa kau sudah memeriksa jadwal penerbangan? apa nama istri ku masuk dalam penerbangan kemarin?" tanya Arthur pada Alvin yang duduk di kursi depan. "Saya sudah memeriksanya tuan, tapi nama nyonya tidak ada di penerbangan." jawab Alvin. Arth
Mobil Arthur sudah tiba di mansion milik Viola, Arthur turun dari mobil dan diikuti oleh Alvin. Arthur berjalan memasuki mansion. Ia berdiri tepat di depan pintu, lalu ia memencet bel. Tidak lama kemudian pintu terbuka dari dalam. "Arthur?" Viola mengerutkan dahinya saat melihat suami dari sahabatnya datang ke rumahnya. "Apa aku menganggu mu?" kata Arthur dengan suara dingin. "Tidak masuk lah." pinta Viola, kemudian Arthur berjalan masuk ke dalam rumah Viola. "Kau ingin minum apa?" tawar Viola. "Tidak perlu, aku ingin bertanya sesuatu pada mu." ucap Arthur. "Bertanya? kau ingin bertanya apa?" "Kemarin kau bersama istri ku bukan? apa kau tahu kemana istri ku pergi?" tanya Arthur langsung, yang sontak membuat Viola terkejut. "Tunggu, maksud mu bagaimana Arthur?" tanya Viola, ia sungguh bingung dengan pertanyaan Arthur. "Katakan dimana istri ku? kau adalah sahabat baiknya. Tidak mungkin Bianca tidak memberitahu mu dimana di pergi." kata Arthur dengan tegas dan sorot mata tajam.
Auckland International Airport, New Zealand.Bianca sudah tiba di bandara internasional Auckland New Zealand. Negara ini memang jauh dari New York, Bianca lebih memilih kesebuah negara yang juah dari New York. Setidaknya berada jauh dari sana, bisa membuat keadaan Bianca jauh lebih tenang. Bianca sudah lama sekali tidak datang ke New Zealand. Dia memang lebih banyak menghabiskan liburannya di Europe. Di New Zealand, Bianca memang tidak memilki satu orang teman pun tinggal disini. Tapi itu memang jauh lebih baik, saat ini dia tidak ingin orang tahu identitasnya sebagai istri dari seorang Arthur Afford. Bianca juga tidak tahu, apakah Arthur memiliki perusaahaan cabang di New Zealand atau tidak. Bianca berharap Arthur tidak dapat menemukannya. Ia sungguh ingin menenangkan diri dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Perbedaan waktu antara New Zealand dan New York adalah 16 jam. Dimana New Zealand lebih cepat dari New York. Ini lah tujuan Bianca, pergi jauh dari New York. Bianca yakin
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant