Home / Romansa / Api Dendam Brianna / Bab 33 - Jamuan Malam

Share

Bab 33 - Jamuan Malam

Author: Meina H.
last update Last Updated: 2022-02-20 21:10:40

Damian mengajakku mendekati meja penerima tamu. Mereka menyapanya dengan ramah, lalu salah satu dari mereka memasuki restoran dan mengantar kami menuju meja. Aku merasakan beberapa pasang mata tertuju kepada kami, atau lebih tepatnya, kepadaku.

Aku tidak perlu menoleh untuk tahu pemiliknya. Mereka adalah orang tua dan saudara Damian. Aku tahu apa arti dari kedatangan Damian ke tempat ini dengan membawa aku bersamanya. Dia sedang menantang keluarganya secara terang-terangan.

Tamu lainnya yang menatap ke arah kami pasti segera mengenali aku. Penampilanku di layar kaca bersama Damian akan membuat mereka tahu siapa aku. Tetapi selain keluarga Damian, mereka belum tahu bahwa kami sedang menjalin hubungan terlarang. Jadi, mereka tidak akan mengerti mengapa wajah orang tua dan saudara Damian terlihat tegang melihat kehadiranku.

Kami duduk satu meja dengan saudaranya. Ada delapan kursi yang mengelilingi meja bundar itu. Christos datang bersama istri dan anak laki-lak

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Api Dendam Brianna   Bab 34 - Dia Saudaramu

    “Bisa jelaskan apa ini, Ian?” tanya papa Damian saat hanya ada kami saja di ruang makan itu. Para tamu sudah pulang dan para pelayan sedang membersihkan ruangan. Tetapi mereka menyiapkan tempat di sudut depan ruangan agar kami bisa bicara. “Bila maksud Bapak mengenai aku dan Nia, aku sudah memutuskan untuk tetap maju dan menikahi dia,” ucap Damian dengan serius. Rhea, Cempaka, dan mama Damian menarik napas terkejut. Luhut dan Christos bersikap lebih tenang. Bapaknya memejamkan mata dan menghela napas sejenak. “Kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu ucapkan?” tanya papanya. Kami duduk bersama dengan kursi diatur melingkar sehingga kami bisa melihat satu sama lain. Aku dan Damian duduk berdampingan. Cempaka duduk di sebelah kiriku, tentu dengan ada sedikit jarak di antara kami, sedangkan Luhut duduk di sebelah kanan Damian. Aku hanya duduk diam mendengarkan pembicaraan di antara mereka, tidak berniat sedikit pun untuk menginterupsi atau ikut campur.

    Last Updated : 2022-02-21
  • Api Dendam Brianna   Bab 35 - Bahagia

    ~Damian~ Aku tidak percaya dengan pendengaranku sendiri. Nia baru saja mengatakan cinta? Wanita yang selama ini mempermainkan perasaanku dengan keahliannya menarik-ulur. Dia yang pada satu waktu membalas ciumanku, dan pada waktu yang hampir bersamaan mengingatkan bahwa kami adalah saudara satu marga yang tidak bisa bersama. Nia yang itu jatuh cinta kepadaku? Tentu saja aku tidak akan melepaskan dia begitu saja setelah mendengar kata cintanya. Dia pikir dia bisa pergi setelah memberi aku sebuah ciuman selamat malam. Aku segera mengambil alih saat dia menjauhkan dirinya dariku. Aku memeluk tubuhnya dengan erat dengan satu tanganku, sedangkan tanganku yang lain berada di belakang lehernya. Dia tidak menarik diri, mendorongku menjauh, atau mengatakan tidak. Sebaliknya, dia tertawa dan membalas ciumanku. Seolah-olah tahu bahwa aku tidak akan merasa cukup dengan satu kecupan singkat saja. Ciuman kami kali ini terasa lebih intens dari biasanya. Mungkin karena kini k

    Last Updated : 2022-02-21
  • Api Dendam Brianna   Bab 36 - Jalan Lain

    “Monang dan Saulina tahu benar bagaimana mendidik anak-anak mereka. Apa yang kau lakukan ini? Mereka pasti tidak setuju dengan pilihanmu. Lalu untuk apa lagi kau tanyakan ini? Tidak ada yang namanya pernikahan dengan satu marga!” ucap Paktua dengan tegas. “Pasti ada jalan. Aku tidak percaya kami tidak boleh bersama. Aku dan Nia—” kataku berusaha untuk menjelaskan. “Tidak ada jalan bagi kalian untuk bersama,” tukasnya. “Memangnya kau mau menikah sendiri tanpa restu dari orang tuamu? Tanpa restu dari komunitasmu? Kalau kau memaksa tetap menikah dengan dia, kau tidak hanya kehilangan orang tua dan saudaramu. Hubunganmu dengan adat kita juga putus. Apa itu yang kau mau? Kau pikir kau masih bisa hidup tenang tanpa dukungan keluargamu?” Paktua menatapku dengan mata berapi-api. Dia bergantian menatap aku dan Nia dengan tajam. “Sebelum hubungan kalian terlalu jauh, putuskan dia. Aku tidak percaya kau melakukan ini kepada orang tuamu sendiri. Monang dan Saulina telah

    Last Updated : 2022-02-21
  • Api Dendam Brianna   Bab 37 - Interupsi

    ~Nia~ “Kita akan bicarakan itu lain kali. Aku pasti akan menceritakan segalanya kepadamu. Tetapi tidak sekarang atau malam ini. Aku hanya ingin mencium kamu sebelum mengantar kamu pulang dan menyiksa diri tidur sendiri malam ini,” ucapnya mendramatisir. Aku tersenyum. Tentu saja dia tidak akan menceritakan apa pun kepadaku malam ini. Dia pasti khawatir hal itu akan membuat aku pergi darinya. Hal paling gelap dari masa lalunya yang tidak dia ketahui jauh lebih kelam dari itu. Tetapi dia akan segera mengetahui segalanya. “Sayang, aku mengizinkan kamu mencium aku. Tetapi aku tidak mau hubungan kita lebih jauh dari ini sebelum kita menikah,” kataku saat dia mendekatkan diri untuk menciumku lagi. “Aku janji, aku tidak akan melewati batas. Aku menghormati hubungan kita seperti halnya aku menghormati kamu.” Dia tersenyum ketika tangannya membelai pipiku. Baiklah. Janji itu sudah cukup untuk saat ini. Pintu diketuk dan dibuka ketika kami belum sempat

    Last Updated : 2022-02-22
  • Api Dendam Brianna   Bab 38 - Plagiator

    “Wow, Bintang! Aku tidak percaya kamu punya ide secemerlang ini,” puji Sharon. Dia membolak-balik halaman fotokopi yang dibagi-bagikan Bintang tadi. “Direktur baru saja membahas ini pada rapat evaluasi pada hari Jumat lalu. Perumahan ini memang sedang menjadi perhatian. “Ide kamu ini boleh juga untuk dicoba. Dengan mengundang anak-anak, maka orang tua mereka juga pasti ikut. Bila mereka melihat sendiri semua fasilitas yang kita miliki dan tipe rumah yang kita jual, mereka bisa jadi akan tertarik untuk membelinya,” ucap Sharon senang. Teman-teman melihat ke arah Bintang dengan kagum. Mereka ikut memujinya dengan memberi senyuman bangga mereka kepadanya. Bintang yang tidak tahu malu itu malah tersenyum bahagia menerima pujian yang bukan miliknya. Dasar pencuri! Aku selalu berhati-hati saat meninggalkan komputer. Kapan aku membiarkannya dalam keadaan terbuka tanpa dikunci? Karena hanya itu satu-satunya cara dia mencuri ide ini. Seingatku, aku selalu mengunci lay

    Last Updated : 2022-02-22
  • Api Dendam Brianna   Bab 39 - Serangan Mendadak

    Aku membuka mata saat tangan pada mulutku menjauh. Aku tidak peduli dengan kesopanan dan menjaga kebersihan, aku meludah membuang aroma tidak enak dari telapak tangan itu. Dua pasang mata menatapku dengan tajam. Aku hampir tertawa melihat kedua wajah itu. “Berani sekali kamu mempermalukan aku hari ini di ruang rapat,” ucap Bintang menggeram kesal. “Seharusnya kamu tutup mulut dan tidak mengatakan apa pun mengenai presentasi itu. Apa kamu harus bersikap serendah itu melihat seniormu mendapat pujian? Dasar karyawan baru tidak tahu terima kasih.” Aku tertawa kecil mendengarnya. Dia mengayunkan tangan berniat menamparku dengan punggung tangannya, tetapi aku bergerak lebih cepat. Aku tidak melakukan misi ini tanpa membekali diri dengan beberapa teknik dasar pertahanan diri. Matanya membulat, lalu mulutnya mengaduh kesakitan saat aku memelintir tangannya itu. “Yang satu pencuri, yang satu lagi pembohong. Kalian adalah pasangan yang cocok.” Aku mendorong tangan Bint

    Last Updated : 2022-02-22
  • Api Dendam Brianna   Bab 40 - Diskusi Alot

    “Kamu akan mengetahuinya nanti,” jawabnya misterius. Aku menatapnya dengan saksama. “Jangan khawatir begitu, aku tidak akan membawamu ke tempat yang tidak menyenangkan.” Aku tahu itu. Hanya saja, perasaanku tidak enak setelah beberapa kali mengalami kejadian yang mengejutkan. Dan aku yakin tempat yang akan kami datangi ini bukan tempat yang dia sukai juga. Karena ekspresi wajahnya berubah waswas. Saat kami tiba di depan sebuah rumah, aku melihat baik-baik bangunan berlantai dua itu. Sedikit lebih besar dari rumah orang tua Damian. Pagarnya juga lebih besar dan tinggi. Seorang wanita membuka pagar sebelum Damian sempat membunyikan bel. Wanita separuh baya itu mempersilakan kami masuk, lalu menutup pagar itu kembali. Kami menunggu dia berjalan di depan kami untuk membawa kami masuk ke rumah. Ruang depan itu sangat mewah dengan berbagai perabotan yang aku yakin harganya mahal. Seorang pria segera menyambut kedatangan kami. “Hai, Damian. Senang sekali bis

    Last Updated : 2022-02-23
  • Api Dendam Brianna   Bab 41 - Nyaris Goyah

    ~Damian~ Aku lahir sebagai orang Batak, jadi aku tahu benar mengenai Dalihan Natolu. Mereka tidak perlu menjelaskan hal itu lagi kepadaku. Aku hanya ingin tahu apa kami punya kemungkinan untuk menikah tanpa ditentang oleh banyak orang. Setidaknya, aku berharap akan ada orang yang mau mengerti aku dan memberi jalan keluar yang aku harapkan. Aku tahu bahwa keputusanku ini salah di mata kebanyakan orang dalam suku kami. Tetapi benarkah aku dan Nia sama sekali tidak boleh bersatu dalam ikatan pernikahan? Masih ada satu jalan lagi. Semoga saja ada kabar baik dari pendeta di gereja kami. Walaupun aku sudah mulai merasa putus asa. Apa mungkin gereja suku di mana selama ini aku beribadah akan mengizinkan aku dan Nia diberkati di sana? Pendeta itu orang Batak juga, apa iya dia akan memberi jawaban yang berbeda dari yang lain? Tunanganku benar ketika dia menolak aku. Hal ini bukan hal yang sulit baginya karena dia telah kehilangan orang tua, dan keraba

    Last Updated : 2022-02-23

Latest chapter

  • Api Dendam Brianna   Bab 92 - Sayangku untuk Selamanya

    ~Damian~ Meskipun tidak ada banyak hal yang bisa aku lakukan di tempat ini, aku menggunakan fasilitas yang ada dengan baik. Aku membaca hampir semua buku yang ada di perpustakaan, berolahraga setiap pagi dan sore bersama teman-teman, menjauhi masalah, dan berkenalan dengan orang-orang baru. Sebagian besar dari mereka adalah orang baik yang terpaksa berbuat jahat karena keadaan. Aku menyukai diriku yang baru. Aku mengetahui lebih banyak hal baru, bukan hanya yang telah aku pelajari selama ini di dunia jurnalistik. Ilmu yang aku dapat tidak hanya dari membaca, tetapi juga dari bicara dengan orang-orang yang ada di penjara. Keluarga dan sahabatku tidak pernah datang berkunjung atas permintaanku. Walaupun ini adalah keinginanku sendiri, aku tidak mau mereka melihat aku dalam keadaan paling terpuruk. Aku lebih memilih menahan rasa rindu yang berat kepada istriku daripada melihatnya berduka setiap kali melihat aku berada di tempat yang tidak bisa dijangkaunya.

  • Api Dendam Brianna   Bab 91 - Pulang

    ~Brie~ “Sayang, ayo, cepat!” seruku dari ambang pintu apartemen. Aku menepati semua kesepakatan yang kami bicarakan pada hari terakhir kami bersama. Aku tidak datang menjenguknya atau mengirim apa pun untuknya. Aku fokus menjalani hidup dan pekerjaanku. Setelah sahabatku menikah, aku yang bertanggung jawab penuh atas hotel. Sebagai seorang wanita yang jauh dari suami, tentu saja aku mengalami banyak godaan. Apalagi aku bekerja di hotel. Meskipun aku jarang bertemu dengan orang-orang karena aku mengangkat Gerald menjadi asistenku untuk urusan rapat dan bertemu dengan klien di luar hotel. Tetapi aku sering bertemu tamu hotel yang tertari kepadaku saat makan bersama Papa dan Saoirse di restoran. Waktu berjalan begitu cepat karena kesibukanku di hotel. Ditambah lagi putri kami yang sangat aktif menyita waktu luangku yang sepenuhnya aku curahkan untuknya. Hanya pada saat aku tidur seorang diri di kamar, aku merasakan kesepian yang tidak bisa ditutupi denga

  • Api Dendam Brianna   Bab 90 - Penebusan Dosa

    ~Damian~ Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa jatuh cinta semakin dalam kepada istriku. Aku pikir rasa cintaku kepadanya sangat dalam dan tidak akan bisa lebih dalam lagi. Tetapi aku merasakan sendiri pada hari ini bahwa hal itu bisa terjadi. Dia duduk di sana, di kursi saksi dengan wajah yang berani, mata menatap tajam ke seluruh penjuru, saat menjawab satu per satu pertanyaan yang diajukan oleh jaksa penuntut, kuasa hukum yang membela kami para pelaku, bahkan hakim. Meskipun sesekali dia bersuara berat mengulang kembali kejadian menyakitkan itu, dia tidak gugup apalagi bicara dengan gagap. Mendengar semua kalimat itu, aku teringat pada peristiwa pada hari reuni tersebut. Malam di mana untuk pertama kalinya, aku tahu siapa dia yang sebenarnya. Sikap teman-temanku masih sama, merasa layak untuk menudingkan jari mereka menyalahkan dia. Hari ini aku tidak melihat tatapan arogan itu. Foto-foto bukti kekerasan yang kami lakukan sudah cukup untuk memb

  • Api Dendam Brianna   Bab 89 - Keputusan yang Berat

    Aku menatap putriku yang tertidur pulas setelah aku membacakan sebuah cerita untuknya. Dia anak yang baik, tidak pernah sekalipun aku mendengar dia mengeluh. Kami baru saja beberapa minggu bersama, bagaimana aku tega merebut kebahagiaan ini darinya? Dia telah kehilangan kasih sayang orang tuanya sejak dia lahir ke dunia. Setelah dia begitu bahagia bisa tinggal bersama kami, aku tidak sanggup memisahkan dia dari ayahnya sendiri. Aku tidak mau putriku menderita seperti aku. Papa dan Damian tidak bisa melakukan ini kepadaku, kepada putriku. Apa yang kami miliki sekarang telah kami perjuangkan dengan mahal. Aku menikah dengan laki-laki satu margaku dan menentang adat, kami menanggalkan nama keluarga kami, dan kami tinggal jauh dari komunitas yang menjadi identitas kami sejak lahir. Setelah melalui semua tantangan, aku tidak mau berpisah dari suamiku. Namun apa yang kami jalani saat ini juga tidak sehat. Dia tidak jauh dariku, dia ada di sini di dekatku. Tetapi ka

  • Api Dendam Brianna   Bab 88 - Tidak Sehati

    Kami baru menikah selama satu minggu, membicarakan banyak hal mengenai masa depan keluarga kecil kami, mendiskusikan yang terbaik untuk putri kami, dan dia meminta aku untuk melakukan hal yang akan merenggut dia dariku? Apa yang sedang dia pikirkan? “Apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan?” tanyaku yang menatapnya dengan saksama. Inikah hal yang beberapa hari ini meresahkannya? “Iya. Aku juga sudah membicarakan ini dengan psikolog. Dia mendukung keputusanku, tetapi keputusan terakhir tetap ada di tanganmu. Kamulah yang menentukan segalanya.” Dia menatapku penuh harap. Aku menarik kedua tanganku dari genggamannya. “Aku tidak mau melakukan itu. Aku tidak akan menuntut suamiku sendiri. Apalagi kasus ini sudah sangat lama dan kamu sudah mendapatkan balasannya. Kamu tidak punya hutang apa pun lagi padaku,” kataku menolak. “Itu bukan hukuman, Brie. Aku tidak bisa selamanya lari dari jerat hukum. Hal ini yang menghalangi aku untuk bahagia. Kam

  • Api Dendam Brianna   Bab 87 - Apa Adanya

    Aku tidak membiarkan kekurangannya itu merusak suasana bulan madu kami. Ada banyak hal yang bisa kami lakukan bersama yang membuat pengalaman bercinta tetap menyenangkan. Beberapa kali dia berhasil membuatku mencapai puncak kenikmatan, dan wajahnya sangat bahagia. Bukan ini yang aku pikirkan sebagai solusi, tetapi dia tidak kelihatan keberatan hanya aku yang bisa menikmati setiap kali kami bercinta. Melihat wajah bahagianya, maka aku tidak mau membuatnya merasa sedih dengan merasa bersalah. “Aku mencintaimu, Ian. Apa adanya,” ucapku saat sekali lagi dia membuatku bahagia. “Aku tahu. Dan aku mencintaimu, istriku.” Dia mengecup keningku, lalu memeluk tubuhku saat kami berbaring bersama. Sesaat setelahnya, kami tertidur pulas. Bosan hanya berdua saja di dalam kamar dan melihat pemandangan itu-itu saja, maka pada Minggu malam itu, kami memutuskan untuk makan malam di restoran. Keluarga kami sedang makan juga, jadi kami segera bergabung bersama mereka.

  • Api Dendam Brianna   Bab 86 - Menjadi Satu

    ~Brie~ Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku. Pendeta yang baik hati itu mengumumkan bahwa aku dan keluargaku diterima sebagai anggota jemaat yang baru. Aku senang sekali karena pertemuan Papa dengan pendeta itu membuahkan hasil. Usai ibadah, aku dan Damian menemui pendeta tersebut di ruang rapat. Dia memberi kami daftar dokumen yang perlu kami siapkan sebagai syarat menikah. Begitu semua syarat dipenuhi, maka kami boleh menentukan tanggal. Sembari menunggu berkas dari orang tua Damian dikirim, dia memberi pilihan tanggal untuk melakukan konseling pranikah yang segera kami iyakan. Entah bagaimana Mama bisa membujuk papa Damian menandatangani surat persetujuan dari orang tua, kami menangis bahagia saat melihat tanda tangan dan namanya tersebut. Karena kami sudah mengikuti konseling dan tetap bertekad melangsungkan pernikahan, maka begitu berkas kami dinyatakan lengkap, pendeta setuju untuk menikahkan kami pada minggu berikutnya. Kami se

  • Api Dendam Brianna   Bab 85 - Kejutan

    ~Damian~ Saoirse berenang begitu bahagia dari satu tepi ke tepi lain kolam renang. Aku tidak menduga bahwa dia bisa berenang. Keahlian apa lagi yang dimiliki anak perempuan ini? Dia masih begitu muda, tetapi dia tidak berhenti membuat aku kagum pada bakatnya. Yang tidak terduga adalah bagaimana dia bisa menyayangi aku begitu cepat. Kami bertahun-tahun tidak pernah bertemu sepertinya bukan fakta yang menakutkan baginya. Iya bagiku. Mendadak menjadi seorang ayah bukanlah hal yang menyenangkan karena aku tidak siap dengan ini. Aku harus mengubah begitu banyak kebiasaan buruk agar dia tidak menirunya, dan aku harus belajar dengan cepat untuk memahami dia sekaligus ibunya. Mengerti hati seorang wanita saja menjadi tantangan besar bagiku, apalagi dua. Aku kagum melihat Papa bisa menangani kedua wanita rumit ini dengan baik. Wajar saja, mereka adalah anak dan cucunya. Aku menarik napas panjang saat putriku berjalan mendekati aku. “Sayang, jangan berjalan sec

  • Api Dendam Brianna   Bab 84 - Terlalu Baik

    Makanan sudah hampir siap, Damian keluar dari kamarnya dengan wajah masih mengantuk. Wajar saja. Dia tidak berhenti menciumku sampai lewat tengah malam. Dia menyapaku, lalu memberi kecupan di bibirku sebelum ke kamarku untuk membangunkan putri kami. “Jangan marah lagi kepadanya. Dia masih terlalu muda saat semua itu terjadi. Dan dia tidak bisa sendirian melawan kedua orang tuanya juga orang tua teman-temannya yang ingin melindungi reputasi mereka. Kamu tahu sendiri bahwa mereka melakukan segalanya untuk menyembunyikan perbuatan jahat anak-anak mereka.” Kalimat Papa tadi kembali terngiang di telingaku. Aku tidak marah lagi kepadanya, aku bahkan tidak kecewa saat tahu dia adalah ayah kandung Saoirse. Tetapi mengetahui semua ini membuat aku semakin mengerti beban yang telah dia tanggung sendirian selama ini. Dia dan aku berada pada posisi yang sama. Aku dijebak oleh dua sahabatku, sedangkan dia oleh teman-temannya. Kejahatan mereka semakin biadab karena membiark

DMCA.com Protection Status