Home / Romansa / Antara Misi Dan Hati / Bab 21 Perlindungan yang Terluka

Share

Bab 21 Perlindungan yang Terluka

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2025-04-09 23:36:34

Di ruang perawatan rumah sakit militer, Reina duduk di ranjang sambil memegang buku catatan medis yang sebenarnya tak ia pahami isinya. Rambutnya masih disembunyikan di balik topi rajut, wajahnya tampak lesu. Di sisi lain ruangan, Ditto bersandar santai di kursi dengan kaki disilangkan, mengenakan seragam ajudan, tampak terlalu tenang untuk seseorang yang sedang menjalankan tugas.

"Ini udah hari keberapa ya?" gumam Reina.

"Dua," jawab Ditto cepat, tanpa menoleh. "Tapi kalau kamu tanya 'udah berapa kali kamu ngeluh hari ini', itu udah lima kali."

"Lucu banget." Reina pun mendengus.

Ditto akhirnya menoleh, tersenyum jahil. "Kamu nggak biasa diurusin orang ya? Biasanya kamu nyamar dan kabur sebelum sempat luka, gitu?"

"Satya... dia ke ibu kota untuk urusan apa?"

"Saranku, lebih baik kamu jalanin tugasmu sebagai istri bayaran tanpa harus tahu apa yang dia lakukan. Ini lebih baik untuk dirimu."

Reina terdiam. Baru akan menjawab, ketika pintu kamar terbuka sedikit—cukup untuk seorang kepal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 22 Pernikahan Membawa Bencana

    Suara langkah sepatu hak tinggi memecah keheningan lorong. Para pelayan menunduk dengan gugup saat Putri Nayla, putri dari Menteri Militer tertinggi, melangkah cepat dengan wajah menegang. Kabar pernikahan diam-diam Mayor Satya telah sampai ke telinganya. Dan Nayla—yang pernah menjadi tunangannya—tak akan membiarkan harga dirinya diinjak begitu saja. Ia mendorong pintu paviliun tanpa mengetuk, hingga dua penjaga di luar bereaksi kaget. Satya berdiri di dalam, baru saja melepaskan sarung tangan kulit dan menaruhnya di atas meja. Tatapannya langsung bertemu dengan mata Nayla yang berkobar emosi. “Kau sudah menikah?” Suaranya tegas namun bergetar. “Tanpa izin, tanpa pengumuman, tanpa... penjelasan apa pun?” Satya tidak bergeming. “Pertunanganku denganmu telah dibatalkan sejak dewan kerajaan memilih calon pengantin dari Negeri Malaca. Bukankah kau sendiri yang mundur dari perjanjian itu?” Nayla tertawa getir. “Aku mundur karena aku tahu ini demi rakyat! Tapi bukan berarti aku bisa

    Last Updated : 2025-04-10
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 23 Liburan

    Sudah seminggu sejak Satya pergi tanpa kabar, dan Reina merasa ada sesuatu yang aneh. Meskipun pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak, namun di mata hukum dan agama, mereka sah sebagai suami istri. Tapi yang lebih mengejutkan adalah perasaan yang tumbuh di dalam dirinya, sesuatu yang lebih dari sekadar kewajiban. Kadang-kadang, Reina akan tersenyum sendiri, merasa aneh dengan dirinya yang semakin terikat pada Satya, meskipun mereka hanya sepasang suami istri di atas kertas.Saat itu, di atas ranjang, Malik tampak sedang tidur terbalik dengan kepala di bawah, benar-benar tampak seperti tidak tahu arah. Reina hanya memandangi tubuh Malik yang tergantung terbalik, agak gelisah. Dia tahu, selama seminggu ini, mereka sudah cukup dekat dalam hal percakapan, meskipun terkadang Malik bisa membuat suasana jadi canggung.Tiba-tiba, tanpa diduga, kepala Malik melongok dari atas ranjang, seperti kelinci keluar dari lubang. Reina yang sedang melamun langsung terkejut dan ha

    Last Updated : 2025-04-11
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 24 Rindu

    Kereta telah tiba di stasiun Kota Ghana, dan suasana stasiun yang ramai dengan pedagang dan penumpang yang berlalu-lalang sedikit banyak menghilangkan kecanggungan Reina. Namun, dia tetap merasa ada sesuatu yang berbeda, terutama dengan keberadaan Ditto yang selalu mengawasi setiap gerakan mereka.Setelah turun dari kereta, mereka berjalan menuju area parkir, dan Malik, yang berada di samping Reina, segera memberi hormat kepada Letnan Ditto, yang lebih dulu berdiri tegak di depan mereka. Sikap Malik yang sungkan menunjukkan bahwa ia tahu betul posisi Ditto."Kalian mau ke mana, biar saya antar. Saya sendiri liburan sendiri di sini terasa jenuh!" "Terima kasih, Letnan," ujar Malik, mencoba bersikap ramah. "Tapi kami bisa naik taksi ke tempat tujuan."Ditto, dengan sikap yang tenang namun penuh kewaspadaan, tidak langsung menjawab. Ia menatap Malik sejenak, lalu dengan nada yang cukup santai namun penuh perhatian. Malik tampak sedikit ter

    Last Updated : 2025-04-12
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 25 Kota Ghana Malam Hari

    Suara langkah para pengawal menggema di sepanjang lorong marmer istana, membawa hawa kegelisahan yang menyeruak ke seisi ruangan. Di dalam ruang kerja sang raja, Raja Mahesa duduk dengan mata tajam menatap selembar foto yang baru saja dilemparkan ke atas meja. Foto itu buram, hanya menampilkan sisi wajah seorang perempuan muda yang tersenyum samar, mengenakan gaun pengantin sederhana. Di sisi lain meja, Pangeran Arvid berdiri kaku. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi, namun jemarinya yang saling menggenggam di balik punggungnya memperlihatkan kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan. Raja Mahesa tiba-tiba bangkit dari duduknya. Suara kayu kursi yang bergesek dengan lantai bergema tajam, disusul oleh suara benda berat yang dilemparkannya ke dinding. Sebuah hiasan logam pecah menghantam lantai, serpihannya memantulkan cahaya lampu gantung yang gemetar. "Apa yang Satya pikirkan?!" suara Raja Mahesa meledak. "Berani-beraninya dia menikah secara sembunyi-sembunyi?! Menyembunyikan istri

    Last Updated : 2025-04-13
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 26 Lorong Hotel

    Satya membuka pintu dengan satu tarikan pelan. Lampu temaram menyinari sudut ruangan, dan Reina duduk di ujung ranjang—mata waspada, tubuh pun kaku. Satya menarik napas. Bau antiseptik bercampur aroma lembut rambut Reina menyambutnya.Ia duduk tanpa suara di sebelahnya. Jarak itu cukup dekat untuk merasakan panas tubuh Reina, tapi cukup jauh untuk menyembunyikan detak jantungnya sendiri.“Lama banget, baru nongol,” suara Reina menyentak, tajam. Tapi Satya tahu—di balik sinisme itu, ada harap yang tak terucap.“Jangan terlalu dramatis,” jawabnya datar. “Aku tidak pernah menjanjikan apa-apa.”Reina mengangkat alis. “Oh, maaf komandan, aku lupa aku ini cuma figuran di sandiwara agungmu.”Satya menoleh perlahan, mengamati sorot matanya. “Tepat. Dan sebagai figuran, kau seharusnya tahu diri.”Wajah Reina memerah. Ia menggigit bibirnya, lalu menggerutu, “Baru juga kukira kau bakal datang bawa oleh-oleh... ternyata datang-datang langsung ngegas. Gak salah kamar, Mayor?”Satya berdiri. Melepa

    Last Updated : 2025-04-14
  • Antara Misi Dan Hati    Bab 27 Penempatan

    Satya berdiri tegak di depan peta besar yang terpampang di dinding markas. Suasana di ruang briefing terasa dingin, hampir sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki para perwira yang berkeliling dengan wajah serius. Satu tangan Satya menyentuh dagunya, sementara matanya mengikuti pergerakan pasukan yang terencana. Tapi pikirannya tidak sepenuhnya di sini. Di balik setiap keputusan yang ia buat—setiap arahan yang ia beri—ada Reina. Pesan samar yang disampaikan pagi tadi… "Mendaki gunung, gak ada sinyal"—kata-kata itu berputar-putar dalam kepalanya, tak bisa ia pahami sepenuhnya. Perasaan tidak tenang menggigitnya, sesuatu yang jarang ia rasakan dalam situasi perang atau medan tugas. Namun, ini bukan waktunya untuk melibatkan perasaan pribadi. Dia seorang prajurit, pemimpin, bukan suami yang tengah terluka karena ketidakpastian. Satya menarik napas panjang dan menatap peta di depannya lagi. "Komandan Satya," suara Mayor Irwan mengalihkan fokusnya. "Rencana serangan di sektor timur su

    Last Updated : 2025-04-15
  • Antara Misi Dan Hati    Kejutan Tak Terduga

    Reina melangkah ringan di lorong rumah sakit, senyumnya tak bisa ditahan. Hari ini adalah hari yang sudah lama ia nantikan. Setelah berbulan-bulan bertugas di luar pulau akhirnya ia mendapat cuti, setelah tiga hari bertemu keluarga kini dia bisa bertemu dengan Vino, kekasihnya.Ia membayangkan ekspresi terkejut Vino saat melihatnya tiba-tiba muncul di ruangannya. Mungkin pria itu akan memeluknya erat atau sekadar tersenyum lebar seperti biasa. Namun, senyumnya perlahan pudar saat mendapati ruangan dokter itu kosong. Tak ada tanda-tanda keberadaan Vino. Rasa cemas mulai merayap di benaknya.“Permisi, Dokter Vino ada?” tanya Reina pada seorang perawat yang kebetulan lewat.Perawat itu tampak ragu sejenak, lalu menjawab dengan nada hati-hati, “Dokter Vino sudah tidak bertugas di sini lagi, Mbak.”Reina mengernyit. “Maksudnya?”Perawat itu menghela napas. “Dokter Vino sudah pergi ke Amerika minggu lalu. Dia melanjutkan pendidikannya di sana.”Dunia Reina seketika terasa hampa. Suara-suar

    Last Updated : 2025-03-05
  • Antara Misi Dan Hati    Pertemuan tak Terduga

    Asap mesiu masih menguar di udara saat suara derap kaki terdengar dari segala penjuru. Kapten Satya Yudha Pratama berdiri di tengah reruntuhan desa kecil, dikepung puluhan pemberontak bersenjata lengkap.Di sekelilingnya, para prajuritnya telah gugur atau tertangkap. Hanya dia seorang yang tersisa.Seorang pemberontak bertubuh besar melangkah mendekat, menyeringai puas. “Kapten besar dari Malaca jatuh ke perangkap kami seperti tikus bodoh.”Tawa mencemooh bergema.“Katanya kau legenda di medan perang. Nyatanya? Kau hanya manusia biasa.”Satya tetap diam, ekspresinya tak berubah. Matanya menyapu medan—reruntuhan, mayat bergelimpangan, senjata yang berserakan.Seorang pemberontak lain menodongkan senapan ke arahnya. “Menyerahlah. Pangeran Ardian pasti akan membayarmu mahal jika kami menyerahkanmu hidup-hidup.”Alih-alih takut, Satya tersenyum tipis. “Kalian pikir aku masuk perangkap?”Para pemberontak mengernyit. Saat itu juga—Satya bergerak.Dengan kecepatan luar biasa, ia merunduk, me

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 27 Penempatan

    Satya berdiri tegak di depan peta besar yang terpampang di dinding markas. Suasana di ruang briefing terasa dingin, hampir sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki para perwira yang berkeliling dengan wajah serius. Satu tangan Satya menyentuh dagunya, sementara matanya mengikuti pergerakan pasukan yang terencana. Tapi pikirannya tidak sepenuhnya di sini. Di balik setiap keputusan yang ia buat—setiap arahan yang ia beri—ada Reina. Pesan samar yang disampaikan pagi tadi… "Mendaki gunung, gak ada sinyal"—kata-kata itu berputar-putar dalam kepalanya, tak bisa ia pahami sepenuhnya. Perasaan tidak tenang menggigitnya, sesuatu yang jarang ia rasakan dalam situasi perang atau medan tugas. Namun, ini bukan waktunya untuk melibatkan perasaan pribadi. Dia seorang prajurit, pemimpin, bukan suami yang tengah terluka karena ketidakpastian. Satya menarik napas panjang dan menatap peta di depannya lagi. "Komandan Satya," suara Mayor Irwan mengalihkan fokusnya. "Rencana serangan di sektor timur su

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 26 Lorong Hotel

    Satya membuka pintu dengan satu tarikan pelan. Lampu temaram menyinari sudut ruangan, dan Reina duduk di ujung ranjang—mata waspada, tubuh pun kaku. Satya menarik napas. Bau antiseptik bercampur aroma lembut rambut Reina menyambutnya.Ia duduk tanpa suara di sebelahnya. Jarak itu cukup dekat untuk merasakan panas tubuh Reina, tapi cukup jauh untuk menyembunyikan detak jantungnya sendiri.“Lama banget, baru nongol,” suara Reina menyentak, tajam. Tapi Satya tahu—di balik sinisme itu, ada harap yang tak terucap.“Jangan terlalu dramatis,” jawabnya datar. “Aku tidak pernah menjanjikan apa-apa.”Reina mengangkat alis. “Oh, maaf komandan, aku lupa aku ini cuma figuran di sandiwara agungmu.”Satya menoleh perlahan, mengamati sorot matanya. “Tepat. Dan sebagai figuran, kau seharusnya tahu diri.”Wajah Reina memerah. Ia menggigit bibirnya, lalu menggerutu, “Baru juga kukira kau bakal datang bawa oleh-oleh... ternyata datang-datang langsung ngegas. Gak salah kamar, Mayor?”Satya berdiri. Melepa

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 25 Kota Ghana Malam Hari

    Suara langkah para pengawal menggema di sepanjang lorong marmer istana, membawa hawa kegelisahan yang menyeruak ke seisi ruangan. Di dalam ruang kerja sang raja, Raja Mahesa duduk dengan mata tajam menatap selembar foto yang baru saja dilemparkan ke atas meja. Foto itu buram, hanya menampilkan sisi wajah seorang perempuan muda yang tersenyum samar, mengenakan gaun pengantin sederhana. Di sisi lain meja, Pangeran Arvid berdiri kaku. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi, namun jemarinya yang saling menggenggam di balik punggungnya memperlihatkan kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan. Raja Mahesa tiba-tiba bangkit dari duduknya. Suara kayu kursi yang bergesek dengan lantai bergema tajam, disusul oleh suara benda berat yang dilemparkannya ke dinding. Sebuah hiasan logam pecah menghantam lantai, serpihannya memantulkan cahaya lampu gantung yang gemetar. "Apa yang Satya pikirkan?!" suara Raja Mahesa meledak. "Berani-beraninya dia menikah secara sembunyi-sembunyi?! Menyembunyikan istri

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 24 Rindu

    Kereta telah tiba di stasiun Kota Ghana, dan suasana stasiun yang ramai dengan pedagang dan penumpang yang berlalu-lalang sedikit banyak menghilangkan kecanggungan Reina. Namun, dia tetap merasa ada sesuatu yang berbeda, terutama dengan keberadaan Ditto yang selalu mengawasi setiap gerakan mereka.Setelah turun dari kereta, mereka berjalan menuju area parkir, dan Malik, yang berada di samping Reina, segera memberi hormat kepada Letnan Ditto, yang lebih dulu berdiri tegak di depan mereka. Sikap Malik yang sungkan menunjukkan bahwa ia tahu betul posisi Ditto."Kalian mau ke mana, biar saya antar. Saya sendiri liburan sendiri di sini terasa jenuh!" "Terima kasih, Letnan," ujar Malik, mencoba bersikap ramah. "Tapi kami bisa naik taksi ke tempat tujuan."Ditto, dengan sikap yang tenang namun penuh kewaspadaan, tidak langsung menjawab. Ia menatap Malik sejenak, lalu dengan nada yang cukup santai namun penuh perhatian. Malik tampak sedikit ter

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 23 Liburan

    Sudah seminggu sejak Satya pergi tanpa kabar, dan Reina merasa ada sesuatu yang aneh. Meskipun pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak, namun di mata hukum dan agama, mereka sah sebagai suami istri. Tapi yang lebih mengejutkan adalah perasaan yang tumbuh di dalam dirinya, sesuatu yang lebih dari sekadar kewajiban. Kadang-kadang, Reina akan tersenyum sendiri, merasa aneh dengan dirinya yang semakin terikat pada Satya, meskipun mereka hanya sepasang suami istri di atas kertas.Saat itu, di atas ranjang, Malik tampak sedang tidur terbalik dengan kepala di bawah, benar-benar tampak seperti tidak tahu arah. Reina hanya memandangi tubuh Malik yang tergantung terbalik, agak gelisah. Dia tahu, selama seminggu ini, mereka sudah cukup dekat dalam hal percakapan, meskipun terkadang Malik bisa membuat suasana jadi canggung.Tiba-tiba, tanpa diduga, kepala Malik melongok dari atas ranjang, seperti kelinci keluar dari lubang. Reina yang sedang melamun langsung terkejut dan ha

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 22 Pernikahan Membawa Bencana

    Suara langkah sepatu hak tinggi memecah keheningan lorong. Para pelayan menunduk dengan gugup saat Putri Nayla, putri dari Menteri Militer tertinggi, melangkah cepat dengan wajah menegang. Kabar pernikahan diam-diam Mayor Satya telah sampai ke telinganya. Dan Nayla—yang pernah menjadi tunangannya—tak akan membiarkan harga dirinya diinjak begitu saja. Ia mendorong pintu paviliun tanpa mengetuk, hingga dua penjaga di luar bereaksi kaget. Satya berdiri di dalam, baru saja melepaskan sarung tangan kulit dan menaruhnya di atas meja. Tatapannya langsung bertemu dengan mata Nayla yang berkobar emosi. “Kau sudah menikah?” Suaranya tegas namun bergetar. “Tanpa izin, tanpa pengumuman, tanpa... penjelasan apa pun?” Satya tidak bergeming. “Pertunanganku denganmu telah dibatalkan sejak dewan kerajaan memilih calon pengantin dari Negeri Malaca. Bukankah kau sendiri yang mundur dari perjanjian itu?” Nayla tertawa getir. “Aku mundur karena aku tahu ini demi rakyat! Tapi bukan berarti aku bisa

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 21 Perlindungan yang Terluka

    Di ruang perawatan rumah sakit militer, Reina duduk di ranjang sambil memegang buku catatan medis yang sebenarnya tak ia pahami isinya. Rambutnya masih disembunyikan di balik topi rajut, wajahnya tampak lesu. Di sisi lain ruangan, Ditto bersandar santai di kursi dengan kaki disilangkan, mengenakan seragam ajudan, tampak terlalu tenang untuk seseorang yang sedang menjalankan tugas."Ini udah hari keberapa ya?" gumam Reina."Dua," jawab Ditto cepat, tanpa menoleh. "Tapi kalau kamu tanya 'udah berapa kali kamu ngeluh hari ini', itu udah lima kali.""Lucu banget." Reina pun mendengus. Ditto akhirnya menoleh, tersenyum jahil. "Kamu nggak biasa diurusin orang ya? Biasanya kamu nyamar dan kabur sebelum sempat luka, gitu?""Satya... dia ke ibu kota untuk urusan apa?""Saranku, lebih baik kamu jalanin tugasmu sebagai istri bayaran tanpa harus tahu apa yang dia lakukan. Ini lebih baik untuk dirimu."Reina terdiam. Baru akan menjawab, ketika pintu kamar terbuka sedikit—cukup untuk seorang kepal

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 20 Tak Ada Yang Perlu

    Di aula utama istana kerajaan Ghana, deretan kursi dipenuhi oleh para pejabat tinggi negara. Dinding-dinding marmer putih dipenuhi lambang kerajaan, dan di ujung ruangan, Raja Mahesa duduk dengan tenang di singgasananya, namun aura ketegangan jelas terasa.“Pangeran Ardian sudah bergerak terlalu jauh,” ujar Menteri Dalam Negeri dengan nada serius. “Aliansi mereka dengan negeri Malaca tak bisa dianggap remeh.”“Dia bukan lagi seorang pangeran,” sahut Menteri Pertahanan, Jenderal Wiratma. “Dia pengkhianat. Kita tidak bisa terus menahan diri.”Suara-suara mulai meninggi. Sebagian besar pejabat sepakat bahwa langkah tegas harus segera diambil.Kepala Badan Keamanan Nasional, Marsekal Raka, maju ke tengah ruangan dan memberi hormat. “Paduka, dengan segala hormat, kami meminta izin agar Mayor Satya segera diturunkan ke garis depan. Hanya dia yang cukup cakap dan disegani di medan seperti ini.”“Apakah Mayor Satya sudah kembali dari misi penyelamatan?” tanya Raja Mahesa, nadanya tetap tenang

  • Antara Misi Dan Hati    Bab 19 Hati-hati Jangan Ketahuan

    Helikopter kembali berguncang halus sebelum akhirnya stabil. Di dalam kabin, suasana mulai sedikit tenang. Beberapa perawat memeriksa kondisi para peserta, sementara Satya duduk diam di sisi Reina, matanya tetap waspada. Tio duduk tidak jauh dari mereka, berbalut selimut dan infus di tangan. Ia melirik ke arah Reina... untuk kesekian kalinya. Reina mencoba menghindari tatapan itu, memalingkan wajah ke jendela kecil helikopter, pura-pura tertarik pada lanskap hutan yang kini terlihat seperti guratan hijau kelam di bawah awan. Namun Tio tetap memperhatikan. Akhirnya, ketika perawat meninggalkan sisi mereka sebentar, Tio bersuara—pelan, hanya untuk Reina. "Rei." Reina menoleh sedikit. “Apa?” Tio menyipitkan mata. “Aku cuma mau tanya... kamu tuh sebenernya... cowok kan?” Reina terdiam. Napasnya sempat tertahan. “Kenapa nanyanya gitu?” suaranya nyaris normal, tapi ada ketegangan halus. Tio mengangkat bahu, masih dengan senyum santainya. “Gak tahu. Feeling aja. Pas kamu jatuh tadi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status