Satu hari sebelum perhelatan pernikahan antara Erlangga dan Elena dilaksanakan, Herlambang memilih untuk bertemu koleganya yang bertempat tinggal di Surabaya. Dan itu membuat Ayah, Ibu Herlambang keberatan atas keputusan putranya saat mereka tengah menikmati sarapan pagi.“Her..! Ayah nggak setuju kamu mengiyakan pertemuan dengan kolega kamu itu. Paling tidak kamu undur waktunya,” pinta Hermansyah pada saat mereka berada di meja makan. Hermansyah, ayahanda Herlambang telah dua hari ini datang ke Indonesia. Mereka menetap di rumah miliknya sendiri dan rumah itu, selama ini hanya diurus oleh sepasang suami istri yang di perkerjakan menjadi pembantu dan tukang kebunnya.“Ayah.., jadwal pertemuannya itu udah cukup lama. Dan dia ini orang penting.., salah satu investor yang akan masuk ke dalam perusahaan kita. Kalau kita seenaknya membatalkan, kita terlihat nggak profesional dan seolah nggak menganggapnya penting,” Herlambang berkilah atas keputusannya terbang ke Surabaya sore nanti.
Usai acara ijab kabul selesai dilakukan, semua kerabat dan handai taulan memberikan selamat, mereka makan bersama dan berfoto dengan pasangan pengantin. Ayahanda Herlambang yang mengetahui kalau Elena hanya mempunyai seorang Ibu, menyapa Herlina dan keluarganya. Begitu pula dengan Sitoresmi. “Ibu kenalkan saya Opanya Erlangga. Maaf sebelumnya tanpa memberitahu keluarga Ibu. Putra saya, Herlambang ada keperluan penting dan mendadak sekali, jadi dia nggak bisa mendampingi Erlangga,” tutur Hermansyah menyapa Herlina pada acara bebas keluarga. “Iya Pak, nggak apa-apa.., tadi saya juga sudah dengar dari Erlangga. Maaf Pak.., karena saya sekarang ini bertemu dengan sepuh di keluarga Pak Herlambang, saya mau titip Elena di rumah Bapak.” “Maksud saya, mohon Elena dibimbing, bila ada salah ucap atau salah laku dari putri saya. Mohon ditegur saja. Maklum Elena masih sangat muda, jadi belum paham benar tata krama dalam berumah tangga,” ungkap Herlina teringat kalau putrinya akan tinggal bersam
Pasangan pengantin baru itu terbangun saat Dimas diminta untuk mengetuk pintu kamar Erlangga. Saat itu jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dan mereka berdua pastinya terlambat bangun pagi, karena menikmati malam pertama jadi pengantin. Walaupun hubungan intim seperti itu telah mereka lakukan sejak akhir kelas 1SMA. Tok.. Tok.. Tok.. “Tuan muda Er.., Tuan..,” panggil Dimas dari balik pintu kamar Erlangga. Elena terkejut saat mendengar ketukan pada pintu kamar Erlangga. Dilihat lelaki yang kini jadi suaminya masih mendengkur nyenyak usai menggempurnya hingga dini hari. Elena bingung untuk menjawab panggilan Dimas dibelakang pintu kamarnya, maka ia pun membangunkan Erlangga. “Er.., bangun..., Er..! Itu pak Dimas ketuk-ketuk pintu. Er...!” panggilnya ditelinga Erlangga. “Aduh..! Lena.., gue bisa budek ini. Ada apa sih..?” tanyanya masih dengan mata terpejam. Tok.. Tok.. Tok.. “Tuan muda.., Tuan.., bangun. Nyonya besar minta Tuan bangun,” panggil Dimas kembali diluar pintu kam
Akhirnya di pagi ini, Erlangga dan Elena pun berangkat ke Bali dengan menggunakan pesawat pada jam sepuluh pagi. Rencana sepuluh hari di pangkas menjadi seminggu, karena Elena belum merapikan seluruh perlengkapan sekolahnya yang masih tertinggal di rumahnya. “Er.., ingat kamu disana hati-hati. Kalau jalan kemana pun pulangnya lebih awal. Sebenarnya Mami kurang setuju kamu pilih hotel di Kuta. Mami malah maunya kamu stay di Hotel kawasan Nusa dua. Soalnya kamu tahu sendiri, kalau di Kuta ini bulenya banyak banget. Yang mabuk juga banyak. Dan yang bule miskinnya juga banyak,” tutur Tiara sembarangan. “Mami itu ngawur aja. Yang namanya warga asing ke Indonesia pasti bawa duit laah Mam.., mana ada sih.., orang kagak ada duit jalan-jalan. Mereka naik pesawat aja perlu uang Mii..,” sanggah Erlangga di sela sarapan pagi sebelum berangkat ke Bandara. “Memang.. yang bawa duit juga banyak.., tapi yang nggak bawa duit ke Bali juga banyak. Kamu pikir semua berduit..? Banyak looh.., mereka itu
Penerbangan dari Jakarta ke Pulau Dewata yang hanya di tempuh dengan waktu selama satu jam empat puluh menit berasa sangat lama bagi Elena. Maka saat pesawat mendarat entah bagaimana perasaan bahagia menyeruak dalam dirinya. Wajahnya pun berbinar bahagia.“Aah.., akhirnya kita sampai juga,” ucap Elena dengan binar di wajahnya.Erlangga yang melihat keceriaan Elena telah kembali pun tersenyum lebar dan mengecup kening istrinya dengan rasa bahagia. Lalu Erlangga berbisik, “Yaa.., akhirnya apa yang kita impikan terwujud. Gue bahagiaaa.., bisa jalani semua ini sama elo.”Elena yang mendengar bisikan Erlangga tersenyum dengan ekspresi kaku dan memandang Erlangga dengan mata melirik ke arah lain.“Ayoo.., bangun dari kursi. Untung kita duluan keluar,” ucap Erlangga meraih tangan Elena saat dilihat pintu keluar dari pesawat itu terbuka. Dan mereka yang menduduki kelas bisnis berada depan langsung keluar dari pintu pesawat dengan salam ramah dari pramugara dan pramugari yang berdiri dan t
Herlambang yang hanya dua hari tidak bertemu Elena, membanjiri wajah kekasih hatinya dengan ciuman yang berulang kali dilakukan. Basah sudah leher Elena oleh sesapan Herlambang. Hingga Elena yang sudah tidak tahan atas rangsangan yang diberikan oleh Herlambang membuka pakaiannya.Elena pun menggerayangi rudal milik Herlambang dengan menelan ludahnya berulang kali dan terlihat kedua benda kenyal miliknya naik turun saat napasnya kian menderu atas aksi Herlambang memilin puting coklat pucat miliknya yang mengerucut dan benda kenyal itu kian mengeras.Elena kini melepas bawahan dan celana dalamnya sendiri, bibir Herlambang kini tengah menyesap kuat bagian kenyalnya nan kian menegang serta satu jemari tangan lelaki tampan itu masih memilin bagian puting coklat pucat satunya. Usai melepas bawahan dan celana dalamnya, dengan cekatan tangan Elena membuka kancing kemeja Herlambang dan membuka resleting celana lelaki gagah nan tampan itu.Sesaat kemudian jemari Elena telah bermain pula pa
“Ya Ibu.., setahu saya nggak ada sih Buu. Barusan saya tanya teman lain yang barusan pergantian shif dengan saya nggak ada Buu,” ucap seorang wanita di bagian resepsionis.Dengan perasaan lega Elena pun berkata, “Ooh begitu.., yaa Mbak, kalau begitu Terima...”“Tapi Buu.., di sini ada memo dari pak Erlangga,” imbuh wanita bagian resepsionis memotong ucapan terima kasih Elena.“Memo..! Memo.., apa yaa..?” tanya Elena yang awalnya merasa lega kini agak kuatir atas memo yang di tinggalkan Erlangga.“Disini tertulis.., tolong perhatikan istri saya di kamar 202. Ingatkan makan malamnya, kalau saya terlambat pulang,” tutur bagian resepsionis tersebut.Deg...!” Tiba-tiba saja ada rasa takut menyelimuti hati dan perasaan Elena atas memo yang dibacakan oleh bagian resepsionis. Karena hal itu membuat Elena bertanya dengan rasa kuatir.“Terlambat pulang..? Maksudnya gimana yaa Mbak..? Ini barusan yang terima telepon dan tulis memo itu siapa?” tanya Elena bertubi-tubi.Dan Herlambang yan
Usai melepaskan Syahwat, Elena berjalan menuju lift bersama Herlambang. Sesampai di depan lift Herlambang masih dengan mesra merangkul bagian pinggang Elena.Ting...!Elena dan Herlambang pun masuk ke dalam lift, di dalam lift itu mereka berpelukan. Herlambang pun mengecup mesra bibir Elena dan hal itu bersamaan dengan terbukanya pintu lift pada lantai dua.Ting...! “Sayang.., nanti hubungi aku bagaimana keadaan Er,” pinta Herlambang pada Elena sesaat gadis cantik itu melangkahkan kakinya keluar lift. Dan Herlambang mengamati Elena berjalan hingga pintu lift tertutup dan membawanya ke lantai lain.Elena bergegas membuka kamar 202 dan menarik napas lega karena ia kembali lebih dahulu dibandingkan Erlangga.“Huufff.. akhirnya, gue duluan balik ke kamar. Untung aja kagak ketahuan,” ucap Elena pada diri sendiri seraya berkaca dan melihat ada dua tanda merah di lehernya.“Waduh gimana ini caranya..?” tanyanya sembari berkata dan memerhatikan leher jenjangnya berisi tanda merah.De
Mobil yang membawa Elena, Tiara dan Herlambang pun sampai di rumah Herlambang. Dan Tiara yang berjanji akan mempertemukan Elena dan Sakti meminta Elena untuk masuk ke kamar Sakti yang telah di dekorasi dengan warna biru. Dan Elena pun masuk ke dalam rumah itu dan mendapati Sakti bersama seorang pengasuh bayi.Melihat kedatangan Elena di kamar itu, Sakti yang telah mengenali Elena pun menangis dan minta di gendongnya seraya menangis. Lalu, Elena pun menggendong balita imut itu dengan perasaan bahagia dan terharu, karena Sakti sangat merindukan kehadiran Elena.Lalu, Elena pun bercengkerama dengan Sakti di saat Tiara tengah mempersiapkan makan siang untuk mereka.Herlambang yang tahu Elena berada di kamar Sakti, akhirnya berjalan ke kamar itu. Sesampai di kamar itu, Herlambang pun duduk pada sofa, sedangkan Elena tengah duduk di lantai yang telah di lapisi permadani. Memandang kehadiran Herlambang, Elena menoleh ke arahnya dan bermain kembali dengan Sakti.Di saat itu, Herlambang pun m
Erlangga, Alexander dan Bella yang tiba dari bandara tepat pukul sembilan pagi langsung menuju Rumah Sakit untuk ikut bersama TPU. Erlangga ikut bersama Bella yang dijemput oleh sopir pribadi dari keluarga Bella, sedangkan Alexander di jemput oleh Ermitha dengan tujuan yang sama menuju Rumah Sakit tempat kelima jenazah dari keluarga Jamila usai diautopsi dan usai di sholati oleh keluarga besar dari suami Jamila, keluarga Elena serta beberapa tetangga dari pemukiman kumuh, merasa kehilangan atas kelima tetangga mereka yang dikenal suka menolong.Mobil yang membawa Alexander, Ermitha, Bella dan Erlangga sampai di Rumah Sakit. Lalu, mereka pun keluar dari mobil yang membawa mereka. Terlihat, Erlangga menggandeng mesra tangan Bella berjalan menuju ruang pemulasan jenazah dan bertemu Jamila yang masih dalam kondisi terpukul dengan kedua mata sembab.“Mila.., gue ikut berduka atas musibah ini. Gue yakin Allah punya rencana besar buat elo. Yakin aja setiap musibah dan duka ada hal yang aka
Kebakaran yang terjadi di gang sempit di lingkungan kumuh tempat tinggal Jamila dan Elena kini tinggal debu. Puing-puing arang berwarna hitam menjadi pemandangan memilukan di area sepanjang gang sempit kumuh tersebut. Pabrik kulit terbesar di Jakarta itu terbakar. Dilingkungan kumuh itu tercatat, ada 5 orang tewas mengenaskan terpanggang di dalam rumahnya. Kelima orang yang tewas dalam kebakaran tersebut adalah keluarga Jamila. Yang terdiri dari Ayah, Ibu serta ketiga adiknya. Elena dan Herlina yang ke lokasi usai membawa Jamila ke Rumah Sakit, melihat rumah peninggalan Papanya Elena pun tinggal debu. Banyak penghuni dilingkungan kumuh itu menangisi kehilangan harta bendanya. Terlebih Jamila yang kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya.“Maaa.., akhirnya rumah kesayangan Papa jadi debu.., apa masih boleh kita bangun lagi rumah disini?” isak Elena yang melihat tembok pada rumah peninggalan Sentana tinggal setengah. Yang tampak dalam pemandangan yang ada hanya hamparan puing-p
Elena yang tidak menyangka atas syarat yang dilakukan pada dirinya membuatnya menangis tersedu-sedu. Jamila yang mendengar syarat dari Erlangga, langsung menghubungi lelaki tampan itu lagi, namun tidak sekali pun panggilan Jamila dijawab olehnya. “Lena.., gue sih yakin.., Erlangga cuma gertak elo aja. Seingat gue sih.., Er di Perth nggak deket sama siapa pun. Masa sih elo kagak percaya sama laki elo sendiri. Udah elo tenang aja. Pikirin Er junior.., kasian itu bayi dalam kandungan elo, pasti bawaan si bayi kali.., bokapnya jadi seperti itu,” ungkap Jamila. “Tapi kan nggak usah pakai minta izin gue untuk kawin lagi. Er sengaja mau nyakitin hati gue. Emang sih gue salah. Tapi, semua itu gara-gara nyokap nya juga. Mila, ambil lagi aja Sakti, gue kagak mau kalau sampai Er kawin lagi. Buat apa coba? Mending kagak kenal dari awal sama Er dan keluarganya!” sengit Elena mondar mandir di dalam kamarnya. “Lena, kenapa sih sekarang ini gue liat elo beda sama waktu sekolah dulu. Kenapa sih, elo
Elena yang diminta oleh Herlina untuk menemui Tiara yang berada di ruang keluarga, dengan terpaksa ditemuinya usai selesai menidurkan Sakti. Di dampingi Jamila, Elena pun berjalan menemui Tiara yang kini terlihat seperti musuh mengibarkan bendera putihnya. “Ngapaen sih dia ke rumah lagi. Nyebelin banget,” bisik Elena saat berada di sisi Jamila. “Pastinya bukan berita baik,” ujar Jamila pelan. Setelah mereka duduk dalam satu meja, Tiara mulai menceritakan penyakit dan kesempatan hidupnya di dunia ini. Setelah itu, tanpa di sadari Tiara telah berada di hadapan Elena dan memeluk gadis cantik jelita itu. “Lena.., demi Allah dan atas nama putra pertamaku. Kalau aku tidak akan menyakiti Sakti. Aku akan perlakukan Sakti layaknya Mas Herlambang memperlakukan Erlangga,” isak tangis Tiara memecah ruang keluarga yang hening. Sejenak Elena terdiam, menatap raut wajah Jamila, lalu Elena pun bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan, Tante?” “Berikan Sakti pada Mas Herlambang. Karena hanya Sakti k
Saat ini, Herlina, Elena dan Jamila berada di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan masalah Sakti yang diminta oleh keluarga Herlambang. Dan Herlina terlihat membujuk Elena untuk mau memberikan Sakti pada Herlambang.“Lena.., apa nggak sebaiknya kamu kasih aja Sakti ke keluarga Herlambang? Mama kasihan sama Pak Hermansyah dan Ibu Sitoresmi. Lagi pula mengurusi dua bayi sekaligus itu sangat sulit Lena. Apalagi kalau mereka berdua sakit. Juga besok atau lusa Sakti juga tahu siapa ibunya. Anak itu akan mencari ibunya,” nasihat Herlina pada putrinya.“Lena, coba kamu pikirkan lagi..., Mama liat Pak Herlambang serius mau ambil kamu jadi istri dan itu semua demi Sakti dan bayi yang ada dalam kandunganmu. Apa nggak sebaiknya kamu mau terima Pak Herlambang, Mama ikhlas Lena,” ungkap Herlina atas gambaran pikirannya, mengingat Erlangga tampak telah marah dan tak peduli pada Elena.“Maa.., Lena kasihan sama Erlangga. Sekarang ini dia udah nggak mau bicara pada tante Tiara dan putus hubu
Elena yang diminta oleh Herlina untuk menyiapkan teh untuk keempat tamunya pun berjalan ke dapur. Elena yang kini tengah hamil jalan tiga bulan, tidak seperti saat hamil Sakti yang sangat mual dan agak rewel masalah makanannya. Namun, untuk kehamilan saat ini, Elena nyaris tak pernah merasa mual dan lebih energik. “Silakan diminum,” Elena meletakan keempat gelas berisi teh dan dua gelas berisi air mineral. “Silakan Ibu, bapak semua,” Herlina menawarkan minuman. Wajah Tiara masih tegang saat memandang Elena, begitu juga dengan Sitoresmi dan Hermansyah. Namun tidak demikian dengan Herlambang. Ia justru memandangi Elena yang sama sekali tidak ingin melihat ke arahnya. Lalu, mereka berempat pun menikmati teh yang telah disuguhi Elena. “Maaf.., kalau boleh saya tahu.., apa ada hal yang sangat penting sehingga, Pak Hermansyah, Bu Sitoresmi dan Ibu Tiara ke rumah ini, pastinya ada hal yang penting,” tutur Herlina memandang pada keempat tamunya. Sejenak, baik Hermansyah, Sitoresmi bahkan
Herlambang dan keluarganya bertolak dari Perth ke Indonesia, usai Herlambang mengatakan niatnya untuk menjadikan Elena istrinya. Keberanian yang dilakukan oleh Herlambang bukannya tanpa ketakutan. Ia mengalami kestresan pula atas apa yang akan dikatakan kepada Herlina. Karena itu, sesampai di Bandara saat menunggu bagasi, Herlambang berulang kali menghubungi Elena, namun selalu di reject oleh Elena. Sampai akhirnya Herlambang mengirimkan pesan pada Elena.[Pesan keluar Herlambang : Sayang.., angkat teleponnya, aku mau bicara penting]Usai mengirimkan pesan pada Elena, Herlambang kembali menunggu bagasi atas kopernya dan koper keluarganya. Sepuluh menit berlalu, namun Elena tidak juga mengirimkan balasan atas pesan Herlambang.Setelah itu, kembali Herlambang menghubunginya. Walau nada telepon yang dihubungi nyambung, namun Elena sama sekali tidak menjawab panggilan Herlambang.Kemudian, Herlambang kembali mengirimkan pesan pada Elena, dengan memberitahukan kedatangan kedua orang tu
Sitoresmi dan Hermansyah akhirnya memutuskan untuk ke Indonesia bersama Tiara dan Herlambang. Selain ingin melihat darah daging dari anaknya Herlambang, Sitoresmi pun ingin menanyakan langsung pada Elena perihal keinginan Herlambang yang sudah dapat persetujuan dari Tiara. Walau sebenarnya Sitoresmi tidak tega melakukan hal itu pada Erlangga, namun saat mendengar kalau darah daging Herlambang saat ini dikuasai oleh Elena, membuat hatinya tergerak untuk memberikan perhatian pada Sakti, apalagi Sakti adalah keturunan tunggal dari keluarganya usai kedua anak lainnya tidak ingin memiliki anak.“Her.., Tia.., coba kalian bicarakan hal ini pada Erlangga. Ayah dan Ibu tetap tidak tega menyakiti hatinya. Walaupun Ayah, Ibu yakin Er akan lebih mudah dan cepat mencari pasangan baru. Tapi, bicaralah pada Erlangga,” pinta Hermansyah dan diiyakan oleh Sitoresmi.“Yah.., kemarin itu Tia dan saya ke rumah mamanya Elena. Dan Elena ngomong sama Tia.., kalau Erlangga ingin Elena memilih antara Er ata