Penerbangan dari Jakarta ke Pulau Dewata yang hanya di tempuh dengan waktu selama satu jam empat puluh menit berasa sangat lama bagi Elena. Maka saat pesawat mendarat entah bagaimana perasaan bahagia menyeruak dalam dirinya. Wajahnya pun berbinar bahagia.“Aah.., akhirnya kita sampai juga,” ucap Elena dengan binar di wajahnya.Erlangga yang melihat keceriaan Elena telah kembali pun tersenyum lebar dan mengecup kening istrinya dengan rasa bahagia. Lalu Erlangga berbisik, “Yaa.., akhirnya apa yang kita impikan terwujud. Gue bahagiaaa.., bisa jalani semua ini sama elo.”Elena yang mendengar bisikan Erlangga tersenyum dengan ekspresi kaku dan memandang Erlangga dengan mata melirik ke arah lain.“Ayoo.., bangun dari kursi. Untung kita duluan keluar,” ucap Erlangga meraih tangan Elena saat dilihat pintu keluar dari pesawat itu terbuka. Dan mereka yang menduduki kelas bisnis berada depan langsung keluar dari pintu pesawat dengan salam ramah dari pramugara dan pramugari yang berdiri dan t
Herlambang yang hanya dua hari tidak bertemu Elena, membanjiri wajah kekasih hatinya dengan ciuman yang berulang kali dilakukan. Basah sudah leher Elena oleh sesapan Herlambang. Hingga Elena yang sudah tidak tahan atas rangsangan yang diberikan oleh Herlambang membuka pakaiannya.Elena pun menggerayangi rudal milik Herlambang dengan menelan ludahnya berulang kali dan terlihat kedua benda kenyal miliknya naik turun saat napasnya kian menderu atas aksi Herlambang memilin puting coklat pucat miliknya yang mengerucut dan benda kenyal itu kian mengeras.Elena kini melepas bawahan dan celana dalamnya sendiri, bibir Herlambang kini tengah menyesap kuat bagian kenyalnya nan kian menegang serta satu jemari tangan lelaki tampan itu masih memilin bagian puting coklat pucat satunya. Usai melepas bawahan dan celana dalamnya, dengan cekatan tangan Elena membuka kancing kemeja Herlambang dan membuka resleting celana lelaki gagah nan tampan itu.Sesaat kemudian jemari Elena telah bermain pula pa
“Ya Ibu.., setahu saya nggak ada sih Buu. Barusan saya tanya teman lain yang barusan pergantian shif dengan saya nggak ada Buu,” ucap seorang wanita di bagian resepsionis.Dengan perasaan lega Elena pun berkata, “Ooh begitu.., yaa Mbak, kalau begitu Terima...”“Tapi Buu.., di sini ada memo dari pak Erlangga,” imbuh wanita bagian resepsionis memotong ucapan terima kasih Elena.“Memo..! Memo.., apa yaa..?” tanya Elena yang awalnya merasa lega kini agak kuatir atas memo yang di tinggalkan Erlangga.“Disini tertulis.., tolong perhatikan istri saya di kamar 202. Ingatkan makan malamnya, kalau saya terlambat pulang,” tutur bagian resepsionis tersebut.Deg...!” Tiba-tiba saja ada rasa takut menyelimuti hati dan perasaan Elena atas memo yang dibacakan oleh bagian resepsionis. Karena hal itu membuat Elena bertanya dengan rasa kuatir.“Terlambat pulang..? Maksudnya gimana yaa Mbak..? Ini barusan yang terima telepon dan tulis memo itu siapa?” tanya Elena bertubi-tubi.Dan Herlambang yan
Usai melepaskan Syahwat, Elena berjalan menuju lift bersama Herlambang. Sesampai di depan lift Herlambang masih dengan mesra merangkul bagian pinggang Elena.Ting...!Elena dan Herlambang pun masuk ke dalam lift, di dalam lift itu mereka berpelukan. Herlambang pun mengecup mesra bibir Elena dan hal itu bersamaan dengan terbukanya pintu lift pada lantai dua.Ting...! “Sayang.., nanti hubungi aku bagaimana keadaan Er,” pinta Herlambang pada Elena sesaat gadis cantik itu melangkahkan kakinya keluar lift. Dan Herlambang mengamati Elena berjalan hingga pintu lift tertutup dan membawanya ke lantai lain.Elena bergegas membuka kamar 202 dan menarik napas lega karena ia kembali lebih dahulu dibandingkan Erlangga.“Huufff.. akhirnya, gue duluan balik ke kamar. Untung aja kagak ketahuan,” ucap Elena pada diri sendiri seraya berkaca dan melihat ada dua tanda merah di lehernya.“Waduh gimana ini caranya..?” tanyanya sembari berkata dan memerhatikan leher jenjangnya berisi tanda merah.De
Elena akhirnya mandi bersama Erlangga dan mereka saling membersihkan bagian tubuh belakang mereka dengan spons berisi sabun. Terlihat mereka bercanda riang. Sesaat Elena terlupa akan sosok Herlambang saat mereka bercanda di kamar mandi.Hingga sampai akhirnya Erlangga menyabuni bagian perut Elena dan dengan perlahan mengelus perutnya serta mengguyurnya dengan perlahan.“Sayang.., Ayah tadi udah buat Bundamu senang.., hehehehehe..,” tutur Erlangga mencium perut Elena.Elena hanya tersenyum samar melihat tingkah laku Erlangga yang sama sekali tidak berubah dari sejak ia mengenalnya. Ada rasa kasihan teramat sangat hingga ada keinginan dalam lubuk hati Elena untuk menjadikan Om Herlambang kenangan terindah dan terburuk dalam hidup serta hubungan mereka.‘Er.., elo udah baik banget sama gue. Sayang sama gue. Emang sih elo posesif sama gue.., tapi harusnya kan gue kagak boleh curang model gini di belakang elo. Maaf’in gue ya Er.., gue akan berusaha kagak kecanduan lagi sama papi elo,’
Elena dan Erlangga kembali dari makan malam sekitar jam sebelas malam. Sebelum masuk ke kamarnya, Erlangga menggandeng erat jemari Elena ke bagian resepsionis.“Er.., mau apa elo ke resepsionis lagi?” tanya Elena dibaluri rasa takut. Karena Feeling nya yang nggak bagus atas rasa penasaran Erlangga pada kedatangan Herlambang ke hotel tempat mereka menginap.“Gue mau tanya bokap gue udah balik apa belom,” ujar Erlangga dengan pandangan fokus ke bagian resepsionis.Elena sudah tidak mampu melarang apa yang sudah menjadi keinginan karena Erlangga bukanlah orang yang bisa di stop atas keingintahuannya. Dan kini otak Elena sedang mencari cari agar Erlangga tidak memburu Herlambang namun fokus pada bulan madu mereka.“Malam Pak.., maaf.., saya mau tanya. Untuk tamu bernama Herlambang apa ada di kamarnya? Saya putranya dan kebetulan tadi kami bertemu di Lobby dan Papi saya bilang saya diminta tanya bagian resepsionis untuk nomor kamarnya,” ucap Erlangga pada seorang lelaki yang berjaga ma
Sekitar jam sembilan pagi, Erlangga terbangun saat dering ponselnya terus sambung menyambung memanggilnya. Dengan bermalas-malasan diraih ponsel yang berada di nakas. Dalam posisi masih memicingkan matanya, Erlangga menjawab panggilan telepon itu tanpa tahu siapa yang menghubunginya.“Hmmm.., yaa..,” sapa Erlangga, suaranya masih mengambang dan belum tersadar benar dari kantuknya.“Er.., Papi di depan kamarmu,” ucap Herlambang diujung telepon saat berada di depan kamar Erlangga.“Kenapa.., ya..,” sahut kembali masih juga Erlangga belum sepenuhnya sadar atas suara Herlambang.Tok.. Tok.. Tok..Terdengar keras ketukan di luar pintu kamarnya yang membuat netra Erlangga terbuka dan terdengar kembali suara Herlambang pada sambungan telepon.“Er..! Papi dari tadi ketuk pintu kamarmu dan kamu belum bangun juga ini?” tanya Herlambang dalam sambungan telepon.“Ya ampun.. Papi..! Ya tunggu.!” Masih dengan memegang ponsel yang belum dimatikan, ia pun mengguncang-guncangkan bahu Elena da
“Om.., heemmm.. gimana nih..?” bisik Elena manja, seraya menggigit bibirnya menanyakan apa tindakan mereka. Herlambang menggelengkan kepalanya dan memilin bagian puting Elena lalu menyesapnya. Elena yang sudah tahu keputusan Herlambang untuk kembali melakukan hubungan intim tanpa memedulikan Erlangga membuat Elena merasa tertantang untuk meraih kenikmatan lebih saat Herlambang kembali memberikan sensasi pada bagian kenyalnya. “Sayang bangunkan rudalku..,” pinta Herlambang dalam posisi bersandar di tempat tidur. Elena pun meraih tisu basah dan menyeka rudal berikut buah kenikmatan yang berada di bawah rudal Herlambang. Setelah itu Elena mulai melumat bagian buah kenikmatan yang ada di bawah rudal lelaki tampan itu. Sesaat kemudian Herlambang mendesah. “Huuuf..., ternyata.., itu buat bangun sayang.., Aakh...” Mendengar desahan Herlambang membuat Elena semakin menjilati bagian selangkangan lelaki itu hingga berulang kali Herlambang menelan ludah dan menahan napas serta mengelus kepal
Mobil yang membawa Elena, Tiara dan Herlambang pun sampai di rumah Herlambang. Dan Tiara yang berjanji akan mempertemukan Elena dan Sakti meminta Elena untuk masuk ke kamar Sakti yang telah di dekorasi dengan warna biru. Dan Elena pun masuk ke dalam rumah itu dan mendapati Sakti bersama seorang pengasuh bayi.Melihat kedatangan Elena di kamar itu, Sakti yang telah mengenali Elena pun menangis dan minta di gendongnya seraya menangis. Lalu, Elena pun menggendong balita imut itu dengan perasaan bahagia dan terharu, karena Sakti sangat merindukan kehadiran Elena.Lalu, Elena pun bercengkerama dengan Sakti di saat Tiara tengah mempersiapkan makan siang untuk mereka.Herlambang yang tahu Elena berada di kamar Sakti, akhirnya berjalan ke kamar itu. Sesampai di kamar itu, Herlambang pun duduk pada sofa, sedangkan Elena tengah duduk di lantai yang telah di lapisi permadani. Memandang kehadiran Herlambang, Elena menoleh ke arahnya dan bermain kembali dengan Sakti.Di saat itu, Herlambang pun m
Erlangga, Alexander dan Bella yang tiba dari bandara tepat pukul sembilan pagi langsung menuju Rumah Sakit untuk ikut bersama TPU. Erlangga ikut bersama Bella yang dijemput oleh sopir pribadi dari keluarga Bella, sedangkan Alexander di jemput oleh Ermitha dengan tujuan yang sama menuju Rumah Sakit tempat kelima jenazah dari keluarga Jamila usai diautopsi dan usai di sholati oleh keluarga besar dari suami Jamila, keluarga Elena serta beberapa tetangga dari pemukiman kumuh, merasa kehilangan atas kelima tetangga mereka yang dikenal suka menolong.Mobil yang membawa Alexander, Ermitha, Bella dan Erlangga sampai di Rumah Sakit. Lalu, mereka pun keluar dari mobil yang membawa mereka. Terlihat, Erlangga menggandeng mesra tangan Bella berjalan menuju ruang pemulasan jenazah dan bertemu Jamila yang masih dalam kondisi terpukul dengan kedua mata sembab.“Mila.., gue ikut berduka atas musibah ini. Gue yakin Allah punya rencana besar buat elo. Yakin aja setiap musibah dan duka ada hal yang aka
Kebakaran yang terjadi di gang sempit di lingkungan kumuh tempat tinggal Jamila dan Elena kini tinggal debu. Puing-puing arang berwarna hitam menjadi pemandangan memilukan di area sepanjang gang sempit kumuh tersebut. Pabrik kulit terbesar di Jakarta itu terbakar. Dilingkungan kumuh itu tercatat, ada 5 orang tewas mengenaskan terpanggang di dalam rumahnya. Kelima orang yang tewas dalam kebakaran tersebut adalah keluarga Jamila. Yang terdiri dari Ayah, Ibu serta ketiga adiknya. Elena dan Herlina yang ke lokasi usai membawa Jamila ke Rumah Sakit, melihat rumah peninggalan Papanya Elena pun tinggal debu. Banyak penghuni dilingkungan kumuh itu menangisi kehilangan harta bendanya. Terlebih Jamila yang kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya.“Maaa.., akhirnya rumah kesayangan Papa jadi debu.., apa masih boleh kita bangun lagi rumah disini?” isak Elena yang melihat tembok pada rumah peninggalan Sentana tinggal setengah. Yang tampak dalam pemandangan yang ada hanya hamparan puing-p
Elena yang tidak menyangka atas syarat yang dilakukan pada dirinya membuatnya menangis tersedu-sedu. Jamila yang mendengar syarat dari Erlangga, langsung menghubungi lelaki tampan itu lagi, namun tidak sekali pun panggilan Jamila dijawab olehnya. “Lena.., gue sih yakin.., Erlangga cuma gertak elo aja. Seingat gue sih.., Er di Perth nggak deket sama siapa pun. Masa sih elo kagak percaya sama laki elo sendiri. Udah elo tenang aja. Pikirin Er junior.., kasian itu bayi dalam kandungan elo, pasti bawaan si bayi kali.., bokapnya jadi seperti itu,” ungkap Jamila. “Tapi kan nggak usah pakai minta izin gue untuk kawin lagi. Er sengaja mau nyakitin hati gue. Emang sih gue salah. Tapi, semua itu gara-gara nyokap nya juga. Mila, ambil lagi aja Sakti, gue kagak mau kalau sampai Er kawin lagi. Buat apa coba? Mending kagak kenal dari awal sama Er dan keluarganya!” sengit Elena mondar mandir di dalam kamarnya. “Lena, kenapa sih sekarang ini gue liat elo beda sama waktu sekolah dulu. Kenapa sih, elo
Elena yang diminta oleh Herlina untuk menemui Tiara yang berada di ruang keluarga, dengan terpaksa ditemuinya usai selesai menidurkan Sakti. Di dampingi Jamila, Elena pun berjalan menemui Tiara yang kini terlihat seperti musuh mengibarkan bendera putihnya. “Ngapaen sih dia ke rumah lagi. Nyebelin banget,” bisik Elena saat berada di sisi Jamila. “Pastinya bukan berita baik,” ujar Jamila pelan. Setelah mereka duduk dalam satu meja, Tiara mulai menceritakan penyakit dan kesempatan hidupnya di dunia ini. Setelah itu, tanpa di sadari Tiara telah berada di hadapan Elena dan memeluk gadis cantik jelita itu. “Lena.., demi Allah dan atas nama putra pertamaku. Kalau aku tidak akan menyakiti Sakti. Aku akan perlakukan Sakti layaknya Mas Herlambang memperlakukan Erlangga,” isak tangis Tiara memecah ruang keluarga yang hening. Sejenak Elena terdiam, menatap raut wajah Jamila, lalu Elena pun bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan, Tante?” “Berikan Sakti pada Mas Herlambang. Karena hanya Sakti k
Saat ini, Herlina, Elena dan Jamila berada di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan masalah Sakti yang diminta oleh keluarga Herlambang. Dan Herlina terlihat membujuk Elena untuk mau memberikan Sakti pada Herlambang.“Lena.., apa nggak sebaiknya kamu kasih aja Sakti ke keluarga Herlambang? Mama kasihan sama Pak Hermansyah dan Ibu Sitoresmi. Lagi pula mengurusi dua bayi sekaligus itu sangat sulit Lena. Apalagi kalau mereka berdua sakit. Juga besok atau lusa Sakti juga tahu siapa ibunya. Anak itu akan mencari ibunya,” nasihat Herlina pada putrinya.“Lena, coba kamu pikirkan lagi..., Mama liat Pak Herlambang serius mau ambil kamu jadi istri dan itu semua demi Sakti dan bayi yang ada dalam kandunganmu. Apa nggak sebaiknya kamu mau terima Pak Herlambang, Mama ikhlas Lena,” ungkap Herlina atas gambaran pikirannya, mengingat Erlangga tampak telah marah dan tak peduli pada Elena.“Maa.., Lena kasihan sama Erlangga. Sekarang ini dia udah nggak mau bicara pada tante Tiara dan putus hubu
Elena yang diminta oleh Herlina untuk menyiapkan teh untuk keempat tamunya pun berjalan ke dapur. Elena yang kini tengah hamil jalan tiga bulan, tidak seperti saat hamil Sakti yang sangat mual dan agak rewel masalah makanannya. Namun, untuk kehamilan saat ini, Elena nyaris tak pernah merasa mual dan lebih energik. “Silakan diminum,” Elena meletakan keempat gelas berisi teh dan dua gelas berisi air mineral. “Silakan Ibu, bapak semua,” Herlina menawarkan minuman. Wajah Tiara masih tegang saat memandang Elena, begitu juga dengan Sitoresmi dan Hermansyah. Namun tidak demikian dengan Herlambang. Ia justru memandangi Elena yang sama sekali tidak ingin melihat ke arahnya. Lalu, mereka berempat pun menikmati teh yang telah disuguhi Elena. “Maaf.., kalau boleh saya tahu.., apa ada hal yang sangat penting sehingga, Pak Hermansyah, Bu Sitoresmi dan Ibu Tiara ke rumah ini, pastinya ada hal yang penting,” tutur Herlina memandang pada keempat tamunya. Sejenak, baik Hermansyah, Sitoresmi bahkan
Herlambang dan keluarganya bertolak dari Perth ke Indonesia, usai Herlambang mengatakan niatnya untuk menjadikan Elena istrinya. Keberanian yang dilakukan oleh Herlambang bukannya tanpa ketakutan. Ia mengalami kestresan pula atas apa yang akan dikatakan kepada Herlina. Karena itu, sesampai di Bandara saat menunggu bagasi, Herlambang berulang kali menghubungi Elena, namun selalu di reject oleh Elena. Sampai akhirnya Herlambang mengirimkan pesan pada Elena.[Pesan keluar Herlambang : Sayang.., angkat teleponnya, aku mau bicara penting]Usai mengirimkan pesan pada Elena, Herlambang kembali menunggu bagasi atas kopernya dan koper keluarganya. Sepuluh menit berlalu, namun Elena tidak juga mengirimkan balasan atas pesan Herlambang.Setelah itu, kembali Herlambang menghubunginya. Walau nada telepon yang dihubungi nyambung, namun Elena sama sekali tidak menjawab panggilan Herlambang.Kemudian, Herlambang kembali mengirimkan pesan pada Elena, dengan memberitahukan kedatangan kedua orang tu
Sitoresmi dan Hermansyah akhirnya memutuskan untuk ke Indonesia bersama Tiara dan Herlambang. Selain ingin melihat darah daging dari anaknya Herlambang, Sitoresmi pun ingin menanyakan langsung pada Elena perihal keinginan Herlambang yang sudah dapat persetujuan dari Tiara. Walau sebenarnya Sitoresmi tidak tega melakukan hal itu pada Erlangga, namun saat mendengar kalau darah daging Herlambang saat ini dikuasai oleh Elena, membuat hatinya tergerak untuk memberikan perhatian pada Sakti, apalagi Sakti adalah keturunan tunggal dari keluarganya usai kedua anak lainnya tidak ingin memiliki anak.“Her.., Tia.., coba kalian bicarakan hal ini pada Erlangga. Ayah dan Ibu tetap tidak tega menyakiti hatinya. Walaupun Ayah, Ibu yakin Er akan lebih mudah dan cepat mencari pasangan baru. Tapi, bicaralah pada Erlangga,” pinta Hermansyah dan diiyakan oleh Sitoresmi.“Yah.., kemarin itu Tia dan saya ke rumah mamanya Elena. Dan Elena ngomong sama Tia.., kalau Erlangga ingin Elena memilih antara Er ata