Makin banyak ular yang bermunculan dari segala arah. Alex melemparkan Michelle dari punggungnya. Sebelum Michelle dapat menyadari apa yang terjadi, Alex sudah terlebih dahulu menekan kepala Michelle ke tanah dengan sekuat tenaga.Michelle menjadi sangat marah. "Apa yang kamu lakukan ...""Tutup mulutmu!" Alex memerintah dengan tegas dan langsung memohon. "Anak baik, berhentilah menyombongkan diri. Dia sudah menyadari kesalahannya dan nggak akan pernah berani melakukannya lagi. Tolong suruh ular-ular ini berhenti."Alex merendahkan suaranya dan mengancam Michelle, "Kalau kamu nggak mau mati, cepat minta ampun! Kalau nggak, hari ini kita nggak akan bisa keluar dari desa ini."Ssss ...Suara ular yang datang dan pergi makin terdengar jelas di hutan itu. Michelle belum pernah melihat situasi seperti ini sebelumnya. Dia juga tidak mengenakan pakaian pelindung apa pun hari ini.Michelle juga tidak peduli lagi dengan harga dirinya. Dia buru-buru memohon maaf sambil menangis, "Maaf, maaf. Tolo
"Dia memang bilang begitu, tapi hanya kalau Michelle nggak mau minta maaf. Padahal, waktu itu Michelle sudah meminta maaf, 'kan?"Chandra menggelengkan kepalanya. "Apa menurutmu Michelle benar-benar tulus meminta maaf waktu itu?""Kayaknya nggak masalah deh. Kalau benar Vanessa yang melakukan semua ini, apa yang harus kita lakukan?"Chandra menghela napas. "Siapa pun yang memulai suatu masalah, dia sendiri yang harus menyelesaikannya. Biarkan Michelle pergi meminta maaf secara langsung pada Nenek Wilma dengan sungguh-sungguh."Setelah berkata demikian, Chandra masuk ke dalam kamar. Harvey sedang berbaring di tempat tidur karena fisiknya yang lemah. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi di luar sana.Setiap kali masuk, Chandra selalu memberitahukan dirinya terlebih dahulu, "Bos, ini aku.""Aku tahu." Harvey bisa mendengar suara langkah kaki kedua orang itu. Dia tidak selemah yang dibayangkan Chandra."Bagaimana keadaanmu hari ini, Bos?"Harvey memejamkan mata dan mengerutkan kening. "Ng
Pikiran Harvey penuh dengan kenangan akan tiap detail dari diri Selena pada hari itu. Tiba-tiba saja, muncul suatu pemikiran di benak Harvey.Bagaimana jika yang kemarin itu bukan mimpi, melainkan kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi?Jika demikian, wanita yang ada di depan Harvey sekarang adalah Selena!Memikirkan hal tersebut, Harvey merasa begitu bersemangat hingga darahnya mendidih.Selena menggunakan stetoskop untuk memeriksa detak jantung Harvey.Selena mengerutkan kening dan bergumam dalam hati, "Kenapa detak jantungnya begitu cepat?"Selena menyelimuti Harvey. Kemudian, dia duduk di kursi dan menarik keluar salah satu lengan Harvey."Bernapaslah seperti biasanya, aku akan memeriksa denyut nadimu."Selena tidak tahu jika Harvey tengah diliputi kebahagiaan saat ini.Harvey mulai memikirkan segala sesuatu yang terjadi. Kenapa dokter terkenal ini datang tepat waktu, membantunya tanpa syarat apa pun dan bahkan rela bergadang selama tiga hari tiga malam guna meracik obat untuk
Saat saling cinta, dulu keduanya akan bergandengan tangan dengan erat, tidak menghiraukan penampilan, sifatnya bisa berubah, bahkan tatapannya pun saling terhubung tanpa orang lain sadari.Namun, satu-satunya hal yang tidak bisa diubah adalah ukuran tangan.Bagaimana bisa dia lupa dengan tangan yang sering digandengnya itu?Di telapak tangannya yang besar, tangan kecil Selena terasa sangat pas.Namun telapak tangan Selena tidak sehalus dulu, ada banyak kapalan, mungkin beberapa tahun ini hidupnya sulit.Tiba-tiba, Selena melepas tangan Harvey dengan kasar, sementara Harvey tampak merasa bersalah, "Maaf kalau aku melakukan sesuatu yang nggak sopan padamu, barusan aku teringat mantan istriku," jelasnya.Sambil menatap wajahnya, Selena mendapati bahwa ekspresi Harvey tidak berubah banyak, bahkan matanya juga tidak bersinar.Mungkin dirinya terlalu banyak berpikir."Nggak apa-apa.""Sebenarnya aku ini kenapa?""Kemungkinan besar efek sampingnya muncul karena dosisnya terlalu tinggi. Mulai
Usai meraih tangannya, Selena memeriksa jari Harvey dan mendapati sayatan panjang di ujung jarinya."Ini bukan apa-apa, aku sudah sering luka-luka, ini cuma luka kecil saja," ujar Harvey yang tidak peduli seraya menarik tangannya."Bentar."Selena buru-buru mengambil kotak obat dan menghentikan pendarahan."Selesai, usahakan dua hari ini nggak kena air. Sini aku bantu ke kasur.""Nggak usah, aku bisa sendiri kok."Harvey mendorongnya, kemudian kembali ke kasur dengan menyeret tubuhnya yang lemah.Sebenarnya dia juga ingin tetap dekat dengan Selena, tetapi Selena terlalu cerdas, karena dia akan mengetahuinya hanya dengan sedikit saja kecerobohan, makanya Harvey hanya bisa berusaha keras menahan diri, berpura-pura tidak mengenalnya dan sengaja menjaga jarak.Dengan kesal, Selena mengernyit, "Mau laki-laki atau perempuan itu sama saja, di sini cuma ada dokter dan pasien. Kalau kamu bersikeras menjaga jarak denganku, aku nggak akan mendetoksifikasi racunmu," jelasnya.Sementara itu, Harvey
Selama ini, Harvey menganggapnya seperti anak kecil, dia menjaga sebisanya. Waktu itu, dia tidak sengaja menyelamatkannya, tidak disangka malah akan terlibat dengannya.Dulu saat hendak pergi bertugas, Winnie bersikeras ingin ikut. Waktu itu karena melihatnya masih muda dan berpikir dia ingin berlatih demi mempersiapkan promosinya di masa depan, dan juga karena dia melakukan transfusi darah pada saat-saat kritis, Harvey berniat untuk membantunya.Seiring bertumbuh dewasa, perasaan Winnie terhadap dirinya menjadi semakin jelas, kemudian Harvey pun memberitahunya bahwa dia sudah menikah.Sesudah berusaha untuk tenang selama beberapa tahun, Winnie mulai mencari masalah lagi semenjak perceraiannya menjadi perbincangan hangat.Mau sekeras apapun Harvey menolak, dia tetap mengikutinya.Kesabaran Harvey kali ini sudah habis, bahkan perasaannya yang menghargai Winnie karena telah menolongnya juga dihiraukannya."Bos, sakitnya sudah separah ini, kalau nggak diobati dan cuma diantar pulang, damp
Sebelum masuk ke gua, Harvey berkata pada Chandra, "Kamu sudah dengar, kan? Aku harus tinggal untuk membersihkan racunnya. Di luar sudah kacau balau, bawalah orang untuk membereskannya, masalah Michelle juga nggak terlalu serius, antar saja dia pulang."Bibir Chandra berkedut. Kalau sudah ada istrinya, Tuan Harvey ini benar-benar melupakan saudaranya, bahkan dia buru-buru menyuruh mereka pergi agar bisa berduaan dengan Selena."Baik, Bos. Kalau begitu tinggallah, biar Nolan yang menyampaikan pesannya."Tanpa adanya koneksi internet di desa ini, kontak dengan orang lain masih menggunakan cara kuno, yaitu menggunakan merpati untuk mengirim surat."Hmm, uruslah, rahasiakan keberadaanku.""Aku mengerti."Dengan alasan pekerjaan, Harvey sebenarnya tidak ingin diganggu saat berkumpul kembali dengan istrinya.Namun jika Harvey dan Selena benar-benar kembali bersama, itu akan menjadi hal yang membahagiakan untuk mereka.Chandra yang begitu memahami situasinya pun segera pergi.Sesudah menambah
Selena kaget, sementara Harvey menambahkan, "Kalau bukan karena bantuanmu kali ini, aku mungkin sudah mati. Kamu adalah penyelamatku, aku sangat berterima kasih padamu. Nanti kalau aku sudah sembuh, aku pasti akan membalas kebaikanmu."Entah mengapa, Selena teringat akan cerita tentang pangeran yang menyelamatkan sang putri dalam benaknya. Wanita akan selalu mengatakan bahwa dia hanya bisa mengabdikan hidupnya karena tidak mampu membalas kebaikannya.Padahal keduanya sudah bercerai dan bersepakat untuk tidak berhubungan lagi.Saat membayangkan Harvey menikah lagi di masa depan, hati Selena masih terasa mengganjal.Mungkin karena dia tidak rela.Semenjak masa sekolah, Harveylah orang yang dicintainya, hingga sering sekali dia membayangkan nantinya bisa menua bersama, memiliki anak serta cucu.Awal menikah dengan pujaan hatinya, tidak pernah terpikirkan bahwa suatu hari nanti mereka akan berpisah, akan ada orang lain di sisi Harvey.Namun kenyataannya memang demikian, begitu tidak terdug