Selama George pergi, Selena dan Ravi bermain dengan gembira. Perkembangan bahasa Ravi jauh lebih baik daripada Luna. Dia bisa mengungkapkan satu atau dua kalimat.Keduanya hidup dengan harmonis. Saat Selena melihat senyuman polos anak itu, dia mulai berharap pada masa depan.Pada saat itu, Olga meneleponnya dan Selena segera mengangkat telepon.Suara cemas Olga terdengar. "Selena, tolong aku.""Olga, kamu kenapa?" Hati Selena langsung berdebar."Ini sangat rumit, aku akan memberitahumu setelah kita bertemu.""Tapi ... "Olga segera bertanya, "Ada apa? Apa kamu lagi sibuk? Saat ini tubuhku sangat lemah, aku butuh seseorang untuk membantuku ... "Selena mendengar suara Olga yang menyedihkan. Dia mengenal keluarga Olga lebih baik daripada siapa pun.Tidak ada sanak saudaranya di sekitarnya dan teman-teman juga sangat sedikit. Tubuhnya sangat lemah setelah baru saja mengalami keguguran.Begitu Selena teringat adegan saat Olga merawatnya di masa lalu, dia langsung memberikan jawaban setelah
Air mata Olga baru saja berhenti, tetapi sekarang kembali menetes. "Selena, aku ... Aku benar-benar ingin menangis. Nggak ada bisa aku katakan lagi. Sini peluk aku."Selena menepuk punggungnya dengan lembut. "Mana mungkin aku nggak tahu? Waktu pertama kali kita bertemu, kamu nggak mengatakan apa-apa karena nggak mau membuatku khawatir, tapi hari ini kamu membantu Harvey untuk membuatku kembali demi keselamatanku, 'kan?"Kalau gitu kamu bodoh. Kamu sudah tahu tapi kenapa malah kembali?"Selena duduk menjauh sedikit dari Olga. Meski usianya lebih muda dari Olga, tetapi dia sudah mengalami banyak hal dan pemikirannya jauh lebih matang daripada Olga. Dia menghapus air mata Olga seperti kakak perempuannya."Karena aku juga ingin menyelamatkanmu. Ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkanmu."Dari mulut Harvey, Olga sudah tahu apa yang dilakukan Selena beberapa hari yang lalu. Dia tidak menyangka Selena masih mengkhawatirkannya padahal Selena sudah kesulitan untuk melindungi diri
Harvey tidak menyangka kalau dia langsung ditelepon Olga begitu Selena kembali."Selena ingin bertemu denganmu."Harvey menghela napas. "Aku tahu aku nggak bisa menyembunyikannya darinya."Selena bertemu dengan Harvey lagi pada senja yang bersalju.Setelah bangkit dari kematian palsu, Selena terus melihat bayangannya dari berbagai berita dan baru menyadari kalau dia sudah sekurus ini sekarang.Dia mengenakan mantel wol hitam dan bersandar di samping mobil. Salju putih sudah menumpuk di kepalanya dalam waktu kurang dari satu menit.Selena mendekatinya perlahan. "Kenapa nggak tunggu di dalam mobil?"Harvey tidak tahu seberapa banyak yang sudah Selena ketahui.Setelah melihat suasana hati Selena yang masih cukup stabil, Harvey menjilat bibirnya yang kering dan menjawab dengan penuh perhatian, "Aku ingin bertemu denganmu lebih cepat."Tadinya dia ingin memayungi Selena agar tidak terkena salju, tetapi dia takut Selena akan membencinya, jadi dia hanya bisa berdiri bingung di tempat."Naikla
Harvey menatap Selena dan tatapannya tiba-tiba menjadi serius. "Kasih tahu aku, apa kamu jatuh cinta padanya?"Selena bertanya balik, "Kalau suatu hari nanti, aku benar-benar jatuh cinta pada orang lain, kamu bakal gimana? Harvey, kita sudah bercerai."Harvey masih memakai cincin pernikahan di jari yang diletakkan di atas setir. Dia tidak pernah mengakui kalau pernikahan ini sudah berakhir."Seli, aku bisa membiarkanmu bebas, tapi aku nggak bisa membiarkanmu mencintai orang lain.""Gimana kalau suatu hari itu benar-benar terjadi?"Harvey berkata dengan tegas. "Aku akan membunuhnya, sungguh."Selena menatapnya. "Aku benar' kan? Kamu pasti menyakiti Gio. Apa dia sudah mati?"Harvey tidak pernah menyangka kalau alur ceritanya akan berubah menjadi seperti ini. Bagaimana dia bisa membuktikan pada Selena kalau dirinya baik-baik saja dan hidup dengan baik?Untuk membuat adegan ini lebih nyata, dia meraih tangan Selena dan menatapnya dengan kejam. "Jadi kamu bertemu denganku hari ini demi pria
Dia menanyakan hal yang tepat sehingga Harvey hanya bisa diam."Meski aku tahu kalau kamu dulu ditipu oleh adikmu, tapi kejadian di Kediaman Bennett itu nyata, dan kejadian yang menyakitiku juga nyata. Adegan waktu kamu mematahkan pergelangan tanganku untuk melindungi adikmu masih jelas dalam ingatanku.""Seli, maafkan aku.""Semua hal ini adalah hambatan antara kita. Maaf, aku nggak bisa melupakan dendam lama ini dan mencintaimu lagi."Hari ini Selena berbicara dengan tenang tanpa memancing emosi seperti sedang bercakap-cakap dan mengenang masa lalu dengan teman lama."Kita sudah nggak mungkin bersama lagi, jadi kenapa nggak melepaskan dengan baik-baik? Melanjutkan hubungan hanya akan mengulangi kesalahan dan memperbesar lukaku dan bahkan anak-anak."Harvey tidak bisa membantah setiap kalimat Selena. Dia berkata dengan murung, "Aku ingin bertemu dengan anak-anak.""Nggak usah. Aku memberi tahu mereka kalau ayah mereka sudah mati. Kalau nggak bisa memberikan kasih sayang, lebih baik ng
Melihat Selena diam, Harvey berkata lagi, "Aku sudah banyak menyakitimu di masa lalu. Kalau kamu bersikeras untuk berpisah denganku, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Tapi selain sebagai mantan suamimu, aku juga adalah ayah dari dua anak kita. Meski kamu mengajukan gugatan, aku masih bisa mendapatkan hak asuh atau hak untuk mengunjungi anak-anak kita. Apa menurutmu adil kalau kamu memutuskan untuk mencabut semua hakku hanya dengan satu kalimatmu?"Saat Harvey mengucapkan ini, ekspresi Selena berubah drastis. "Kamu mau merebut anakku?"Kalau mereka benar-benar berurusan di pengadilan, Selena pasti tidak bisa mengalahkan Harvey dalam hal keuangan. Wajah Selena mulai kehilangan ketenangannya."Seli, jangan khawatir. Aku cuma memberikan perumpamaan, bukan ingin merebut hak asuh anakmu." Harvey segera menenangkan Selena."Aku cuma ingin memberitahumu kewajiban yang harus kamu lakukan. Aku juga punya tanggung jawab untuk melindungimu dan anak-anak. Kamu bisa memulihkan diri dengan tenang
Hujan salju makin deras sehingga Harvey mengurangi kecepatan mobilnya.Mereka diikuti oleh beberapa mobil di belakang mereka sehingga menciptakan pemandangan yang indah di malam bersalju ini.Di malam musim dingin, orang jarang keluar karena perayaan tahun baru. Tergantung lampu kecil berwarna-warni di mana-mana. Dunia menjadi tenang dan lembut.Keheningan di dalam mobil membuat Harvey tidak bisa mengatakan apa-apa.Selena melihat pemandangan di luar jendela. Entah apa yang dipikirkannya.Harvey memperlambat kecepatannya karena mereka akan segera berbelok.Tepat pada saat ini, mobil lain dari jalan yang berbeda melaju dengan cepat dan langsung menabrak mobil Harvey.Kejadian yang tiba-tiba ini membuat Harvey segera memutar setir mobilnya ke arah trotoar untuk menghindari mobil itu.Reaksinya memutar setir sudah cukup cepat, tetapi mobil itu masih sempat menabrak tepi kabinnya.Mobil yang menabrak mobil Harvey dengan sangat keras adalah sebuah truk barang berukuran sedang.Ada toko kaca
Tidak lama kemudian, Alex datang menerobos suara tembakan itu dengan berani. Saat dia melihat pemandangan yang mengerikan ini, dia terkejut. "Tuan Harvey!"Harvey merasa sangat kesakitan. Keringat dingin mengalir di seluruh kepalanya, bibirnya pucat, tetapi dia masih berkata, "Selamatkan Seli duluan."Pintu penumpang depan terjepit di dinding dan tidak bisa dibuka, sementara di sebelah kiri ada truk besar.Alex hanya bisa masuk sedikit demi sedikit melalui kaca depan mobil yang pecah. "Tuan Harvey, bertahanlah sebentar lagi."Selena gemetar saat mengusap wajah Harvey dan air mata mengalir deras.Harvey tersenyum lemah kepadanya. "Seli, kamu benar. Sepertinya aku harus mengembalikan nyawaku padamu.""Aku nggak takut mati, tapi takut kalau aku mati, nggak ada lagi yang akan melindungimu dan anak-anak kita. Maaf, selama ini aku nggak bisa menjadi seorang ayah dan suami yang baik, membuat kalian menderita, dan membuatmu terluka, uhuk ... "Dia batuk dan mulutnya mulai berdarah.Meski nyawa