Meski raut wajah Harvey tidak kelihatan, Selena bisa merasakan ketidaknyamanan yang dialami Harvey sekarang, "Lalu kamu ... ," ucapnya."Aku akan cari cara sendiri."Percakapan pun usai, karena tinggal lebih lama sama saja memberinya kesempatan.Sementara itu, Selena segera masuk ke kamar dan mengunci pintu, lalu memindahkan semua meja dan kursi di dalam kamar untuk menahan pintu, takut Harvey tidak mampu mengendalikan diri.Selesai melakukannya, Selena terengah-engah saking lelahnya.Kemudian, dia perlahan duduk di karpet, mengelus bagian yang tadi dicium Harvey dengan jari-jarinya.Sejujurnya, saat itu dia tidak merasakan sesuatu yang sangat spesial karena terlalu kaget.Rasanya begitu menakjubkan dicium oleh pria lain untuk pertama kali dalam hidupnya.Anehnya, saat tangan Harvey menyentuh tubuhnya, dia tidak terlalu menolak, seakan tubuhnya sudah lama terbiasa dengan sentuhannya.Gambaran dirinya dulu bersama Harvey terus terlintas dalam benaknya. Selena buru-buru menepuk wajahnya
Harvey Irwin dari kecerdasan yang terus-menerus runtuh di tepi kehancuran, matanya sudah merah darah, dia menahan ketidaknyamanan tubuhnya dengan berkata: 'Tidak perlu.'"Bos, kamu terus bertahan dalam keadaan ini di tengah obat-obatan yang terus bekerja. Kalau tidak diredakan secepatnya, masalahnya mungkin akan menjadi lebih besar. Saranku, tetap cari seorang wanita, ini solusi yang tidak ada efek sampingnya dan paling efektif."Dengan mata merah, Harvey menatapnya lekat-lekat, bibirnya tergigit hingga berdarah, suaranya yang rendah dan serak terdengar, "Aku sudah bilang, nggak perlu! Berikan saja obatnya," ucapnya.Dokter menghela napas, dia bertemu dengan seseorang yang keras kepala lagi."Baiklah, kalau sampai ada efek samping, aku nggak akan peduli ... selain itu, di kondisimu saat ini, pasti nggak cukup kalau cuma satu suntikan, harus dua."Harvey mengertakkan gigi, "Suntik saja," katanya.Jarum suntik perlahan menembus kulitnya, Harvey memejamkan matanya, hanya ada satu pikiran
Malam ini, Selena hampir tidak bisa tidur saking terus gelisahnya.Dia khawatir Gio akan menerobos masuk, khawatir juga dengan keadaan Gio.Saat seluruh kapal sedang berpesta, hanya Selena yang menjaga tempat yang tidak tercemar ini.Sembari duduk di lantai memeluk lututnya, dia memandangi bulan yang dingin di luar jendela dengan putus asa. Kini, bulan menjadi satu-satunya yang menemaninya.Hati Selena bergejolak mengingat setiap momen kehidupan yang menakjubkan dan konyol yang dilaluinya.Sebenarnya apa salahnya hingga harus berpisah dengan anaknya dan hidup bersembunyi dalam kegelapan setiap hari?Bahkan dia memikirkan apa yang bisa dilakukannya apabila pintu ini terbuka?Jawabannya ... tentu dia tidak bisa melakukan apa-apa.Perbedaan kekuatan antara keduanya bagai bumi dan langit. Kalau Harvey hendak memaksa masuk, dia hanya bisa pasrah.Demi anaknya, dia tidak mungkin mencoba untuk bunuh diri, hanya bisa mengukir malam yang memalukan ini dalam jiwanya selamanya.Dia tidak akan bis
Sepanjang pagi Gio tidak kembali. Luna sering menanyakannya, namun Selena selalu mencari alasan untuk mengecohnya.Setelah Gio pergi semalaman pun, Sandy selalu menutup-nutupi saat Selena bertanya.Selena menjadi agak khawatir. Sekuat apa pun efek obatnya, tidak mungkin memerlukan waktu satu atau dua hari untuk kembali pulih, bukan?!Keesokan paginya, Selena langsung menghadang Sandy saat hendak pergi."Sandy, sebenarnya Gio kenapa?"Sikapnya jelas menunjukkan bahwa Selena tidak akan membiarkannya pergi tanpa penjelasan yang jelas.Sandy menghela napas dan menjawab, "Kak Gio sakit.""Sakit?" kata Selena yang tidak pernah mengira Harvey akan sakit, padahal biasanya kesehatannya cukup bagus."Aku nggak menyembunyikannya darimu lagi deh. Efek obat malam itu terlalu kuat, dia takut hal itu akan berdampak pada kalian, jadi dia pindah kamar dan berendam di air es sepanjang malam. Kamu tahu kan perbedaan suhu yang besar antara pagi dan sore hari? Mandi dengan air dingin saja sudah cukup dingi
Sambil menunjuk ke gambar orang kecil itu, Luna menjelaskan, "Ibu, Paman, Kakak, aku, satu keluarga."Selena mengatupkan bibir, lalu hendak berbicara, tetapi tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada anaknya.Ini adalah masalah bagi anak-anak, yang muncul dari keluarga orang tua tunggal, masalah yang tidak bisa diatasi oleh Ibu mana pun di dunia, termasuk Selena."Sayang, Paman adalah Paman, Ibu dan kalian barulah satu keluarga. Paman itu seperti Ayah angkat kalian hanya demi melindungi kita saja. Paman cuma bisa menemani kalian untuk sementara waktu, suatu hari nanti, kalau kita sudah sampai tujuan, Paman akan pergi," jelas Selena usai ragu beberapa saat.Mendengar penjelasan Ibunya, anak yang selalu patuh langsung berteriak, "Nggak boleh! Nggak boleh pergi! Aku suka Paman.""Iya, Ibu tahu kamu menyukainya, tapi sayang, nantinya kamu akan bertemu lebih banyak orang. Nggak setiap orang bisa menemani kita selamanya. Paman juga punya pekerjaan dan hal-hal yang harus diurus sendiri, ngg
Sandy tidak berbohong, Harvey memang sakit, dia seharian demam hingga terbaring lemah di kasur.Seperti seorang istri, Alex mengupas apel di sisi ranjang sambil terus mengomel."Bos, lihatlah keadaanmu sekarang, apa gunanya ini semua? Selama setengah tahun terakhir ini kamu terus mengejar Nyonya dan menyamar, tapi pada akhirnya bahkan kamu nggak bisa menggandengnya sekalipun."Chandra memelototinya, "Nggak usah banyak omong, kamu pikir Bos mau menjadi begini?" ujarnya.Sembari memberikan segelas air hangat pada Harvey, dia berkata, "Bos, minumlah air yang banyak supaya cepat sembuh."Dengan raut wajah yang pucat dan bibir yang kering, Harvey terlihat begitu lemah.Usai meminum segelas air, dia bersandar di pinggir kasur sambil mengusap dahinya, kepalanya masih terasa pusing, dan kata pertama yang diucapkannya adalah Selena."Bagaimana keadaan Seli di sana?""Sandy penuh perhatian seperti seorang wanita. Kamu tenang saja, dia pandai menangani masalah. Dia tahu betul selera Nyonya, dia p
Waktu berlalu, sudah tiga hari namun Gio tak kunjung kembali. Jangan anak-anak, Selena saja tidak bisa duduk diam.Dia kembali menghentikan Sandy, "Kondisinya sekarang bagaimana? Masa sudah berhari-hari belum membaik juga?" tanyanya."Nona, kamu tenang saja, sekarang dia sudah jauh lebih baik. Hanya saja Kak Gio takut membawa virus dan menulari kalian."Selena tidak tahu apakah dia memang sengaja menghindarinya atau benar-benar sakit parah.Karena kebaikan Gio selama ini, dia merasa harus menemuinya agar merasa tenang."Aku mau menemuinya, dia di mana?" ucap Selena."Nggak usah, Kak Gio pasti nggak akan memperbolehkanmu menemuinya.""Aku hanya akan menemuinya sebentar, memastikan kondisinya, lalu pergi. Dia di kamar mana?""Itu ... ," kata Sandy ragu-ragu."Kalau kamu nggak memberitahuku, jangan harap hari ini kamu bisa keluar dari sini.""Nona, aku hanya membantu Kak Gio mengantarkan makanan untukmu, jangan persulit aku," jawab Sandy menggaruk kepalanya."Aku hanya ingin menemuinya, i
Harvey tahu betul sifat Selena. Usai kejadian itu, Selena tidak akan membiarkannya berada di sisinya lagi.Sejak awal, dia sudah tahu bahwa hari ini akan tiba. Beberapa hari ini dia sengaja menghindar hanya demi menunda kedatangan hari itu sedikit lebih lama.Sebelum duduk di kursi di sebelahnya, Selena menuangkan segelas air untuknya."Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya aku menuangkan air untukmu setelah kamu menjaga kami selama ini."Sambil menunduk, Harvey terbatuk beberapa kali dengan kepalan tangan yang menutupi mulutnya, "Terima kasih," ucapnya."Mau minum obat?" tanya Selena penuh perhatian."Nggak perlu, ini cuma masih batuk sedikit, lebih mendingan daripada sebelumnya.""Aku berterima kasih sekali padamu atas selama ini. Kamu orang yang baik, pekerja keras dan kompeten. Sia-sia sekali kalau bakatmu dipakai untuk menjaga anak-anak. Kamu itu masih muda, seharusnya kamu pergi keluar untuk menjelajahi dunia."Selena mengatakannya dengan bijaksana, sementara Harvey memegang cangk