Hasil biopsi Selena pun keluar malam itu juga. Ternyata, kanker usus yang dia derita sudah mencapai stadium akhir. Yang lebih mengerikannya lagi, sel kanker sudah menyebar ke otak Selena. Di sana ada tumor ganas stadium awal.Setelah berkumpul untuk berdiskusi, para dokter spesialis kanker pun memberikan jawaban yang sama seperti Lewis. Mereka tidak menyarankan pengobatan apa pun."Kalian bahkan belum mencoba apa-apa, kenapa sudah menyerah!" protes Harvey dengan dingin.Si kepala rumah sakit mengusap keringat yang membasahi dahinya dengan gugup sambil berkata, "Tuan Harvey, kanker ini bukan penyakit biasa. Seandainya terdeteksi dini, biasanya kami akan mengoperasi pasien untuk melakukan pengangkatan. Masalahnya, istri Tuan sudah berada di stadium akhir. Tuan juga sudah melihat sendiri seberapa besar ukuran tumornya, itu sudah nggak memenuhi syarat untuk diangkat melalui operasi. Kami juga menemukan adanya tumor di otak istri Tuan. Otak memiliki banyak saraf, jadi nggak bisa main dioper
Punggung Lewis sontak terasa dingin. Saat ini, Harvey sudah seperti seekor binatang liar yang semua rantainya nyaris putus.Selena adalah rantai terakhir yang bisa mengikat Harvey. Jika sesuatu terjadi pada Selena, entah Harvey akan berubah menjadi seperti apa."Apa kamu nggak merasa kamu ini terlalu memaksakan kehendak? Setidaknya, kamu harusnya nanya dulu ke Selena apakah dia mau menjalani pengobatan atau nggak!""Aku nggak peduli prosesnya bagaimana, yang penting dia nggak akan mati. Aku cuma ingin dia tetap hidup! Kamu ngerti nggak?" sahut Harvey dengan tegas.Lewis pun akhirnya berjalan pergi dengan kesal. Selena menatap punggungnya, hatinya ikut merasa sangat sedih.Ternyata Harvey tetap egois seperti biasa, dia tidak tahu bagaimana caranya mencintai orang lain.Hansen akhirnya datang setelah menerjang hujan badai. Begitu melihat Harvey, ekspresinya sontak terlihat bersalah. Hansen menampar pipinya sendiri dengan keras sambil berkata, "Ini semua salahku, Tuan Harvey! Aku lalai ak
"Tuan Harvey, kemoterapi itu seperti menggunakan racun untuk melawan racun. Nggak cuma sel kanker yang akan diserang, tapi juga semua sel sehat lainnya. Kondisi Nyonya saat ini sudah terlalu parah, ada kemungkinan besar sel kanker dan kemoterapi yang dijalani membuat Nyonya ...""Nggak, Seli nggak akan mati," sela Harvey dengan suara yang terdengar serak, kepalanya tertunduk.Hansen tidak tahu harus bagaimana menguatkan Harvey. Saat ini, mereka hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban terjadi.Setelah dirawat selama semalam, untuk sementara nyawa Selena tidak dalam bahaya. Meskipun begitu, kondisinya masih sangat lemah. Dokter sangat menyarankan untuk tidak segera memulai kemoterapi karena kemungkinan besar Selena tidak akan sanggup bertahan melewatinya.Harvey menatap Selena yang tidak sadarkan diri dan akhirnya mengalah. Persoalan kemoterapi akan ditunda untuk sementara waktu.Tepat pada saat itu, Alex bergegas menghampiri dan melapor, "Gawat, Tuan Harvey, aku baru saja mendapat kabar
Mangkuk bubur yang Harvey pegang langsung nyaris terjatuh, dia segera menjelaskan, "Seli, masalahnya nggak seperti yang kamu pikirkan! Aku dan Agatha nggak ... ""Mau ngarang cerita apa lagi kamu?" sela Selena sambil menatap Harvey dengan dingin. "Coba jawab, waktu aku dan Agatha sama-sama tercebur ke dalam laut, siapa yang kamu tolong?"Kejadian ini adalah yang satu-satunya membekas dalam ingatan Selena. Bahkan jika sekarang mengingatnya lagi, hatinya masih terasa begitu sakit.Karena Selena sudah bertanya seperti ini, Harvey pun tahu dia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi."Seli, waktu itu ada alasan kuat kenapa aku bersikap begitu."Selena pun menyahut dengan dingin, "Oke, anggap saja kamu punya alasan kuat. Tapi, kenyataannya kamu lebih memilih menolong orang lain daripada istrimu sendiri. Jadi, maaf, aku nggak bisa bersimpati dengan apa pun alasanmu. Cuma rasanya ironis saja. Kamu benar, memang lebih baik aku lupakan saja soal itu karena aku cuma akan merasa kesakitan ka
Harvey pun kembali ke kamar tidur utama, lalu langsung menyalakan keran shower. Setelah itu, dia memasuki bilik mandi bahkan sebelum airnya terasa hangat.Tubuh Harvey langsung terguyur air dingin, tetapi itu tidak ada apa-apanya dengan rasa dingin yang ada di dalam hatinya.Dia jadi ingat saat mengikat Selena di dalam kamar mandi dan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya pada malam dua tahun yang lalu. Ternyata airnya sedingin ini. Waktu itu Selena pasti merasa begitu putus asa.Harvey teringat kembali rupa Selena sekarang dan dia merasa sangat menyesal. Semua kekejamannya terhadap Selena kini berbalik menjadi pisau yang menghujam dirinya!Penyesalan Harvey sebesar rasa cintanya kepada Selena.Chandra pun bergegas menghampiri dan berjalan ke luar pintu kamar mandi. Bagian dalam kamar mandi tampak gelap gulita. Berkat cahaya dari luar, Chandra bisa melihat Harvey yang sedang duduk bersandar pada tembok.Leher Harvey tampak agak dimiringkan ke samping dengan wajah yang langsung tergu
Sebenarnya, kondisi William juga tidak bisa dikatakan membaik. Setelah Selena dilarikan ke rumah sakit semalam dalam kondisi gawat darurat, Kakek benar-benar marah sampai langsung jatuh sakit.Harvey dan Jesika awalnya ingin langsung membawa Kakek pergi, tetapi William melarang mereka dengan keras. Para pengawal juga tidak mengizinkan mereka untuk pergi.Begitu William pingsan, dokter pun segera menyelamatkannya. Setelah itu, dia langsung dihukum berlutut hingga saat ini.Dia masih bersikap pongah dan sombong kemarin malam, tetapi setelah dihukum berlutut sepanjang malam, William merasa lebih baik dia mati saja.Lututnya sudah kebas, luka di kepalanya juga hanya diobati ala kadarnya. William merasa sekujur tubuhnya jadi mata rasa.Dia merasa lelah, lapar dan mengantuk, tetapi tidak berani mengubah posisi berlututnya. Ada satu momen dia merasa terlalu mengantuk sehingga tubuhnya oleng dan tertusuk kaca. Rasanya sangat menyakitkan.William yang kondisi fisiknya mulai lemah pun menyadari
Naufan langsung berdiri menengahi Harvey dan William sambil berkata dengan tegas, "Cukup! Kenapa kalian harus saling menyakiti? Sudahlah, dia akan melepaskan semua hak warisannya! Aku akan membawanya pergi, jadi dia nggak akan muncul lagi di hadapanmu!"Sudah seperti ini saja Naufan tetapi berbicara dengan nada tinggi, pria itu sama sekali tidak merasa salah.Jika semua ini terjadi saat Harvey masih kecil, dia pasti akan merasa sangat sedih. Akan tetapi, sekarang dia malah menatap Naufan dengan mata yang menyalang marah. Harvey tersenyum dengan kesan menyindir, lalu menyahut dengan nada sinis, "Kenapa juga dia harus melepaskan apa yang sedari awal adalah milikku? Naufan, kalau aku jadi kamu, aku akan langsung pergi dan nggak ikut campur.""Kamu panggil aku apa barusan?"Dulu Harvey selalu memanggilnya Tuan Naufan, tetapi sekarang langsung nama? Akan tetapi, Harvey tidak mau meladeni Naufan.Dia pun menatap William dengan dingin sambil berkata, "Oh, kamu nggak mau jawab? Tenang, aku pun
Alex meludahi tubuh William yang kembali tidak sadarkan diri dengan ekspresi jijik. "Ya ampun, dia nggak pantas banget jadi anggota keluarganya Tuan Harvey. Belum diapa-apain saja wajahnya sudah pucat begitu. Dasar lemah."Sebagai cucu laki-laki sulung di Keluarga Irwin, Harvey memang sedari kecil sudah dididik dengan keras oleh kakeknya. Harvey memiliki masa kecil yang pahit, berbeda sekali dengan William yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis.Harvey melirik William dengan dingin, lalu berkata, "Suruh dokter obati luka-lukanya. Dia nggak boleh sampai mati sebelum kita mendapatkan informasi yang berguna darinya.""Baik, Tuan Harvey."Setelah itu, Harvey berbalik badan tanpa ragu dan berjalan menuju dapur. Para pelayan pun segera membersihkan kondisi rumah yang kacau balau."Tuan Muda Kecil mau makan apa? Bilang saja pada kami! Tuan Muda Kecil nggak perlu masak sendiri," kata Bibi Eri yang bergegas menghampiri Harvey.Harvey tidak mengacuhkan ucapan Bibi Eri. Jemarinya yang ramping p