Hampir semua mimpinya berkaitan dengan anak-anak. Ada satu masa dia bermimpi setiap hari, menggambarkan keberadaannya di sebuah taman bunga yang indah. Seorang anak berjalan ke arahnya dengan membawa sebuah mahkota bunga yang cantik, kemudian memakaikan mahkota bunga itu ke kepalanya sambil tersenyum.Selena mengernyitkan keningnya. "Makasih, sayang.""Ibu, cantik." Harvest sangat senang, sampai-sampai senyumnya mengembang lebar.Selena merasa, anak ini kelak akan jadi pria yang hangat karena sejak kecil sudah begitu perhatian.Dia menangkup wajah Harvest dan mengecupnya lembut. Sekali lagi dia mengeluh dalam hati dan berpikir betapa indahnya jika Harvest adalah putranya.Selena menepuk lutut anak itu, membersihkan beberapa rumput dan tanah yang menempel di sana.Dari sudut matanya, dia melihat Harvey berdiri jauh di lereng bukit. Mungkin dia takut datang dan mengganggu suasana hatinya, jadi dia hanya memilih untuk melihat dari jauh.Harvey duduk di sisinya, menyaksikan air yang mengal
Selena yang gemetar, menatap Harvey kebingungan."Apa maksudmu?"Harvey menghela napas sebelum bicara, "Kejadian tadi malam bukan kecelakaan. Ada orang yang menyerang Harvest dan mendorong dia dari tangga yang tinggi banget."Wajah Selena berubah pucat. "Siapa yang melakukan ini?""Saat ini, petunjuknya masih terlalu sedikit, jadi belum bisa dipastikan. Dilihat dari perawakannya, mereka bukan orang biasa. Kemungkinan besar mereka adalah pembunuh bayaran. Makanya, aku harus bawa mereka ke tempat yang aman."Selena bertanya dengan ragu-ragu, "Apa ini ada hubungannya dengan Poison Bug?""Aku rasa bukan. Poison Bug adalah organisasi yang ahli di bidang medis. Kalau mereka membunuh, mereka biasanya menggunakan obat-obatan. Contohnya macam Bibi Maisha. Tapi, yang terjadi pada Harvest berbeda. Jelas mereka ingin membunuhnya. Anak sekecil itu didorong dari tangga spiral. Untungnya Harvest bisa berpegangan pada tepi tangga dan berhenti tepat waktu. Kalau nggak, akibatnya akan sangat mengerikan.
Sebelum fajar menyingsing, Selena dan Arya sudah dibawa pergi. Bahkan, Selena sendiri tidak tahu ke mana mereka akan dibawa.Ketika Selena sampai di sana, dia baru menyadari, tempat itu adalah sebuah rumah bergaya kuno. Dia berpikir sejenak dan menyadari, sepertinya tidak ada rumah seperti ini atas nama Harvey Irwin.Tampaknya untuk berjaga-jaga, Harvey telah menemukan tempat aman di mana tidak ada yang bisa menebak bahwa dia akan berada di sini.Arya sangat menyukai tempat ini, rasanya mirip dengan kediaman keluarga Bennett yang lama.Setelah turun dari mobil, Arya berdiri seraya berjalan beberapa langkah tanpa bantuan kruk.Melihat itu, Selena pun maju dan menopangnya. "Ayah, hati-hati."Wajah ramah Arya bersinar dengan sentuhan bahagia. "Selena, aku bisa jalan sendiri,""Ya, Ayah. Nggak usah buru-buru. Pelan-pelan aja. Jangan sampai jatuh."Melihat tubuh Arya yang makin membaik hari ke hari, Selena merasa sangat puas. Ketika kondisi ayahnya sudah stabil, dia juga bisa menanyakan keb
Harvey menerima telepon dari Lian. Meskipun dia tidak menemui Selena Bennett selama ini, dia tahu semua tentang apa yang Selena lakukan.Lian tidak tahu apa yang Harvey pikirkan. Dia hanya berpikir, pria itu adalah mantan suami terbaik yang diam-diam memperhatikan Selena dan melindunginya."Tuan Harvey, Nona Selena mau periksa kehamilan."Di atas meja Harvey, sepasang cincin kawin tergeletak di sana. Jarinya mengusap berlian besar di cincin itu, sementara raut wajahnya tidak menunjukkan kebahagiaan ataupun pilu."Oke, biar aku yang urus," pungkasnya.Lian menghela napas lega. "Sudah kubilang, Tuan Harvey sangat peduli pada Nona Selena. Aku benar-benar nggak paham kenapa Nona Selena menyembunyikan kehamilannya darimu."Harvey tersenyum sinis, lalu menutup sambungan telepon. Dia mengembalikan cincin itu ke kotak.Dia bangkit dan berjalan ke jendela besar. Langit tampak kelabu, bak pertanda akan turun hujan.Saat ini, sudah waktunya pulang kerja. Jalanan ramai dengan orang-orang yang lalu
Tidak hanya Selena, Harvey pun selalu menolak ketika ada percakapan tentang penggunaan ponsel. Setelah beberapa kali, Arya juga mulai mengerti.Bagaimanapun juga, Arya bukan anak kecil berusia tiga tahun lagi. Jadi, Selena buru-buru menjelaskan, "Ayah, memang ada beberapa hal yang terjadi selama Ayah koma. Awalnya, aku mau menunggu Ayah pulih dulu sebelum menceritakan hal ini satu per satu."Begitu mendengar perkataan itu, tangan Arya mulai gemetar lagi. "Aku tahu pasti ada yang nggak beres. Pas aku bangun, tanganmu terluka dan hubunganmu dengan Harvey juga buruk. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Arya dengan hati-hati.Melihat ayahnya begitu gelisah, Selena buru-buru membantunya duduk. "Ayah, lihat. Ini alasan kenapa aku nggak kasih tahu Ayah. Sebenarnya, ini bukan masalah besar. Hanya saja, dia dan aku bertengkar karena sesuatu. Bukannya Ayah lihat dia seharian ini memohon maaf padaku? Kalau memang ada masalah yang serius, kami nggak akan terus bersikap begini."Arya, yang sempat e
Selena dilanda kecemasan. Perasaan ketika kehilangan anaknya akibat pendarahan hebat di masa lalu pun kembali menyeruak. Wajahnya pucat pasi, bahkan suaranya pun bergetar hebat."K-Kenapa, Dok?"Tak sadar, jemarinya mencengkeram erat bagian bawah bajunya. Dia sudah bersiap menghadapi situasi terburuk.Namun, dokter itu malah tersenyum. "Selamat, Nona Selena. Anda hamil anak kembar. Saya lihat dua detak jantung."Mendengar kalimat itu, mata Selena berkaca-kaca. Dia menggigit bibir, berhati-hati saat bertanya, "Terus, gimana perkembangan si kembar?""Ya, dari yang terlihat, sih, perkembangannya sangat baik. Nona Selena nggak perlu khawatir."Selena menyentuh perutnya dan langsung menangis bahagia.Dia tidak hanya punya satu anak, tetapi dua!Lian membuka pintu dan masuk. Melihat ekspresi Selena, dia pikir ada sesuatu yang salah."Ada apa? Ada masalah dengan perkembangan bayinya? Nggak usah takut, sains sekarang sangat maju. Pasti semuanya akan baik-baik saja."Selena begitu gembira sampa
Hansen merasa agak tidak tega dan ingin menyarankan, "Tuan Harvey, ini dua nyawa kecil. Nggak gampang bagi seorang ibu untuk mengandung satu nyawa. Menurutku ini ..."Tidak peduli betapa bodohnya Darren, dia sadar ada yang tidak beres saat ini dan buru-buru bertanya, "Kak, kalian ini obrolin apa, sih?"Harvey sudah hilang kesabaran. Dia pun pergi meninggalkan tempat itu. "Siapkan operasinya," titah Harvey.Darren langsung menggenggam tangan Hansen. "Kak, jujur sama aku. Operasi apa yang akan kamu lakukan?"Hansen menghela napas dan mengikuti Harvey. "Menurutmu, operasi apa yang berlangsung selama lebih dari sebulan?"Hanya Darren yang berdiri di tempat, kepalanya dipenuhi tanda tanya.Mengapa, ya? Bukankah Harvey sangat mencintai Selena? Mengapa dia menggugurkan bayinya? Lagi pula, itu kembar.Selena jelas tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Tadi malam, wanita itu mengirim pesan padanya dengan begitu hati-hati, meminta bantuannya dalam hal ini.Bagaimanapun juga, mereka adalah teman
Saat itu, pikiran Selena benar-benar kosong. Rasanya bagai sedang bermimpi. Pasti ada yang salah.Selena mengenal sebagian besar dari teman baik Harvey yang jumlahnya tidak seberapa. Bahkan, jika dirinya tidak pernah bertemu dengan mereka, paling tidak dia mengetahui nama mereka. Namun, dia tidak pernah mendengar tentang seseorang bernama Yosef Gardner.Selena menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tidak bersugesti pada dirinya sendiri lebih dulu.Bisa jadi, Harvey sengaja memilih orang yang tidak dikenal agar tidak ada yang curiga.Jangan terlalu menakut-nakuti dirimu sendiri. Sekalipun kamu tinggal di rumah Yosef, belum tentu bisa membuktikan sesuatu.'Namun, Selena tidak bisa menemukan alasan lainnya lagi untuk kata-kata Olga selanjutnya."Kubilang rumah itu milik bosku. Kamu inget nggak waktu kita ketemu hari itu? Saat aku mengejarmu sambil bawa asam folat, dia bilang sesuatu sebelum aku pergi. Katanya, dia kenal kamu dan kamu jadi pacarnya orang lain. Waktu itu, aku buru-buru ma