Selena dilanda kecemasan. Perasaan ketika kehilangan anaknya akibat pendarahan hebat di masa lalu pun kembali menyeruak. Wajahnya pucat pasi, bahkan suaranya pun bergetar hebat."K-Kenapa, Dok?"Tak sadar, jemarinya mencengkeram erat bagian bawah bajunya. Dia sudah bersiap menghadapi situasi terburuk.Namun, dokter itu malah tersenyum. "Selamat, Nona Selena. Anda hamil anak kembar. Saya lihat dua detak jantung."Mendengar kalimat itu, mata Selena berkaca-kaca. Dia menggigit bibir, berhati-hati saat bertanya, "Terus, gimana perkembangan si kembar?""Ya, dari yang terlihat, sih, perkembangannya sangat baik. Nona Selena nggak perlu khawatir."Selena menyentuh perutnya dan langsung menangis bahagia.Dia tidak hanya punya satu anak, tetapi dua!Lian membuka pintu dan masuk. Melihat ekspresi Selena, dia pikir ada sesuatu yang salah."Ada apa? Ada masalah dengan perkembangan bayinya? Nggak usah takut, sains sekarang sangat maju. Pasti semuanya akan baik-baik saja."Selena begitu gembira sampa
Hansen merasa agak tidak tega dan ingin menyarankan, "Tuan Harvey, ini dua nyawa kecil. Nggak gampang bagi seorang ibu untuk mengandung satu nyawa. Menurutku ini ..."Tidak peduli betapa bodohnya Darren, dia sadar ada yang tidak beres saat ini dan buru-buru bertanya, "Kak, kalian ini obrolin apa, sih?"Harvey sudah hilang kesabaran. Dia pun pergi meninggalkan tempat itu. "Siapkan operasinya," titah Harvey.Darren langsung menggenggam tangan Hansen. "Kak, jujur sama aku. Operasi apa yang akan kamu lakukan?"Hansen menghela napas dan mengikuti Harvey. "Menurutmu, operasi apa yang berlangsung selama lebih dari sebulan?"Hanya Darren yang berdiri di tempat, kepalanya dipenuhi tanda tanya.Mengapa, ya? Bukankah Harvey sangat mencintai Selena? Mengapa dia menggugurkan bayinya? Lagi pula, itu kembar.Selena jelas tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Tadi malam, wanita itu mengirim pesan padanya dengan begitu hati-hati, meminta bantuannya dalam hal ini.Bagaimanapun juga, mereka adalah teman
Saat itu, pikiran Selena benar-benar kosong. Rasanya bagai sedang bermimpi. Pasti ada yang salah.Selena mengenal sebagian besar dari teman baik Harvey yang jumlahnya tidak seberapa. Bahkan, jika dirinya tidak pernah bertemu dengan mereka, paling tidak dia mengetahui nama mereka. Namun, dia tidak pernah mendengar tentang seseorang bernama Yosef Gardner.Selena menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tidak bersugesti pada dirinya sendiri lebih dulu.Bisa jadi, Harvey sengaja memilih orang yang tidak dikenal agar tidak ada yang curiga.Jangan terlalu menakut-nakuti dirimu sendiri. Sekalipun kamu tinggal di rumah Yosef, belum tentu bisa membuktikan sesuatu.'Namun, Selena tidak bisa menemukan alasan lainnya lagi untuk kata-kata Olga selanjutnya."Kubilang rumah itu milik bosku. Kamu inget nggak waktu kita ketemu hari itu? Saat aku mengejarmu sambil bawa asam folat, dia bilang sesuatu sebelum aku pergi. Katanya, dia kenal kamu dan kamu jadi pacarnya orang lain. Waktu itu, aku buru-buru ma
Selena tidak punya pilihan lain usai panggilan seketika terputus.Dia mengenal seorang Harvey Irwin sebaik Harvey mengenal dirinya. Belakangan ini, pria itu terus-menerus membuatnya lengah.Lebih tepatnya, bukan dia yang berusaha mencari cara untuk menipu Harvey, tetapi justru Harvey yang tengah merancang skenario untuk mengelabuinya.Kemungkinan besar, Yosef sudah memberi tahu Harvey saat ini. Jadi, dia harus kabur.Tepat saat itu, Lian masuk mencarinya. "Selena, kenapa lama banget, sih? Sudah ditunggu dokternya, lho.""Aku nggak mau lagi, Kak Lian. Ayo kita pergi, kita harus segera pergi.""Kenapa? Bukannya masih ada pemeriksaan lain?"Selena menarik tangannya dan membawanya keluar. "Aku nggak bisa menjelaskan dengan singkat. Intinya, kita nggak bisa tinggal di sini. Tempat ini berbahaya."Lian merasa bingung, membuatnya langsung bertanya, "Kita 'kan bawa pengawal, Sel. Di mana bahayanya? Aku telepon Tuan Harvey sekarang buat menangani hal ini.""Bodoh! Justru dia bahaya terbesarnya,
Sosok jangkung itu sudah berjalan mendekatinya, kemudian mengulurkan tangan pada Selena. "Ayo, ikut aku."Suaranya yang lembut terdengar bagai sedang membujuk anak kecil, tetapi mampu membuat orang ketakutan.Lian, yang ikut merasa adanya kejanggalan, bahkan langsung berdiri di hadapan Selena. "Tuan Harvey, Nona Selena sudah selesai diperiksa. Saya akan mengantarnya pulang," tegasnya.Harvey mengalihkan pandangan dari Selena ke Lian. "Minggir."Harvey sangat berbahaya sekarang. Karena itu, Selena enggan menyeret Lian dalam masalah."Kak Lian, tunggu aku di luar saja. Ada hal yang mau kubicarakan padanya," jelas Selena, berusaha menenangkan Lian.Lian menatap Selena, lalu beralih pada Harvey. Sepertinya ada hal penting yang harus mereka bicarakan, jadi dia pun melambaikan tangan dan pergi.Setelah tak ada orang lain lagi di sekitar, Selena segera berkata, "Harvey, ayo kita bahas masalah anak."Harvey menatapnya dengan tenang, lalu berujar dengan nada dingin, "Jangan bilang kalau anak da
Selena menatap Harvey dengan wajah putus asa sebelum kembali merapal pinta, "Harvey, aku nggak punya apa-apa lagi selain mereka. Kalau kamu nggak memercayai kata-kataku hari ini, kamu bisa tunggu sampai mereka lahir. Nggak, aku bisa lakukan prosedur amniosentesis dan tes DNA denganmu dalam empat sampai lima bulan lagi.""Seli, kamu berubah. Kamu nggak pernah membohongiku sebelumnya. Kalau masih harus menunggu, tubuh mereka pasti sudah terbentuk. Terlepas dari tega atau nggaknya, menggugurkan mereka hanya akan berdampak buruk pada tubuhmu. Aku sudah berkonsultasi. Katanya, kalau operasi saat ini akan berisiko paling minim bagi tubuh sang ibu."Harvey menenangkan dengan lembut, "Seli, kata siapa kamu nggak punya apa-apa? Keadaan Ayah makin membaik, bahkan dia akan pulih dalam satu atau dua tahun lagi. Dia bisa kembali mengelola bisnis keluarga Bennett. Kalau Agatha membuatmu merasa nggak nyaman, kutegaskan padamu kalau aku hanya bertanggung jawab padanya. Orang yang kucintai sedari awal
Selena dibawa ke meja operasi, sementara Harvey berdiri di sampingnya. Hatinya ikut sakit ketika menyaksikan kesedihan dan keputusasaan Selena."Seli, jangan menangis. Sudah kubilang kamu masih bisa punya anak lagi. Kamu masih bisa melahirkan banyak anak di masa depan. Aku dan anak-anak akan selalu menemanimu.""Harvey, aku sudah nggak punya masa depan lagi. Kedua anak ini adalah harapan terbesarku."Secercah harapan terakhir hadir di hatinya. "Harvey, tolong tunggu sebentar lagi. Kamu akan tahu kalau aku nggak bohong, setidaknya tunggu sampai tiga bulan," pinta Selena."Seli, aku nggak akan berubah pikiran. Menurut saja, operasinya akan cepat selesai."Harvey takut goyah bila terus berada di sini, sehingga dia memilih pergi.Melihat hal itu, Selena buru-buru memohon, "Harvey, jangan pergi. Percayalah padaku! Kenapa kamu nggak percaya sama omonganku?""Harvey, ini anakmu. Kamu pembunuh!""Harvey, kamu akan menyesal, kamu pasti akan menyesalinya!"Kemudian, terdengar suara pintu dibanti
Selena yang tadinya merasa gelisah dan takut, sontak murka usai mendengar perkataan Qiara. "Jadi, begini etikamu? Profesimu hanya kamu jadikan senjata untuk menyerang orang lain? Tahu apa kamu tentangku? Kamu tahu cerita yang sebenarnya? Apa hakmu untuk menghinaku?"Qiara melipat tangannya di dada. "Menghina? Kamu sebut fakta itu sebagai penghinaan? Yah, kalau begitu aku nggak bisa apa-apa. Siapa yang nggak tahu kalau Tuan Harvey akan segera menikah? Tapi, dia justru membawamu ke sini untuk melakukan aborsi. Lalu, siapa kamu kalau bukan simpanannya?"Qiara menilik Selena penuh penilaian sembari berkata, "Para wanita muda zaman sekarang memang nggak tahu aturan. Bukannya fokus bekerja atau belajar, malah sibuk merayu suami orang. Wanita sepertimu pantas untuk aborsi. Kamu nggak pantas untuk punya anak. Kelakuanmu sama seperti binatang. Akan lebih baik kalau kamu mandul dan hidup sebatang kara selamanya!""Plak!" Tiba-tiba, suara tamparan menggema di ruangan. Selena berhasil melepaskan d