Ternyata juara lari jarak jauh tidak ada apa-apanya di hadapan para laki-laki.Tidak sampai lima puluh meter, Selena sudah berhasil ditangkap dan ditekan ke tanah. Wajahnya menempel pada pasir yang sangat panas."Jangan sampai membuatnya terluka," Calvin lanjut berkata, "Dia tamuku."Pipi kanan Selena dipenuhi pasir, dia meludahkan pasir dari mulutnya. "Cuih, apa ada yang memperlakukan tamu seperti kalian ini?"Calvin mengeluarkan saputangan dan membersihkan pipi Selena dengan tangannya sendiri. "Maaf ya, Selena."Selena akhirnya dibawa naik ke dalam helikopter.Menatap mata yang penuh kebencian, Calvin tersenyum getir dengan sedikit rasa tak berdaya."Selena, kamu adalah satu-satunya anak Maisha. Aku sangat ingin merawatmu dengan baik, tapi bukan ini mauku. Aku harap kamu bisa mengerti.""Aku gak mengerti, juga gak mau mengerti."Selena melihat pemandangan di luar jendela. Pulau kecil yang indah semakin menjauh, semuanya bagaikan mimpi buruk yang menjadi kenyataan.'Jelas-jelas bilang
Kemudian, wanita itu menyerahkan tabung sampel yang dia pegang kepada Calvin sambil berkata, "Tuan Calvin, silakan suruh orang untuk memeriksa apakah ada kecocokan pada sampel ini atau nggak."Calvin pun menghela napas dengan lega, sorot matanya terlihat jauh lebih berbinar. "Terima kasih atas bantuanmu."Setelah itu, Calvin menyerahkan tabung sampel itu kepada seorang pengawal sambil berkata, "Segera periksa dan beritahukan hasilnya kepadaku.""Siap, Tuan.""Jaga Selena baik-baik, jangan sampai dia kenapa-kenapa.""Siap, Tuan."Setelah memerintahkan pengawalnya, Calvin pun menatap dokter di sampingnya. "Dokter Harley, kalau sumsum tulangnya terbukti cocok, berarti operasinya ... ""Tenang saja, Tuan Calvin, serahkan padaku. Kondisi Nyonya Maisha nggak bisa diulur-ulur lagi, jadi aku akan memeriksa kondisi pra-operasi gadis ini dulu. Aku akan berusaha menyelesaikan pemeriksaannya secepat mungkin sehingga operasi bisa segera dilaksanakan.""Baiklah, terima kasih, Dokter Harley.""Maaf,
Wanita itu juga menutup mulut dan hidung Selena dengan handuk basah agar Selena tidak bisa berteriak minta tolong.Selena menarik-narik kedua tangan dan kakinya yang diikat secara mati-matian, menyebabkan rantai besi yang membelenggunya sampai berbunyi dengan kencang.Tidak! Selena belum mau mati! Masih ada banyak hal yang ingin dia lakukan!Akan tetapi, percuma saja Selena meronta. Pergelangan kaki dan tangannya sampai terluka, tetapi dia tetap tidak bisa membebaskan diri dari belenggunya."Selena, kuharap kamu nggak akan bertemu lagi dengannya di kehidupan selanjutnya."Selena menggeleng-gelengkan kepalanya secara membabi buta. "Hmmmph! Ummmph!" Hanya suara itu saja yang terucap dari mulutnya."Ini nggak akan sakit dan akan cepat selesai."Air mata pun mengalir turun dari sudut mata Selena, tetapi wanita itu tidak mengacuhkannya.Jarum suntik itu perlahan-lahan makin mendekat dan sebentar lagi akan menusuk kulit Selena.Tepat pada saat itu, terdengar dering ponsel. Wanita itu awalnya
Di pinggiran kota.Beberapa tahun yang lalu, semua penduduk lokal di sini memutuskan untuk pindah karena daerah ini akan diubah menjadi kawasan perlindungan alam. Seiring berjalannya waktu, daerah ini pun menjadi tidak berpenghuni.Hujan deras mengguyur beberapa-beberapa bangunan tua yang sudah terbengkalai, serta gagak yang berdiri di atas tiang listrik.Tiba-tiba, terdengar bunyi gemuruh yang menggelegar. Saking kencangnya, sampai-sampai rasanya mendengar bunyi meriam.Setelah itu, terdengar bunyi-bunyi kayu yang saling bertubrukan yang merusak keheningan.Markas yang terletak di bawah tanah itu sudah berantakan. Berbagai macam peralatan elektronik yang berada di dalam markas terus mengeluarkan suara peringatan. "Peringatan! Peringatan! Bahaya!"Sebuah layar besar memperlihatkan situasi yang terjadi di luar dengan jelas. Ternyata markas mereka tahu-tahu sudah dikepung.Beberapa pesawat tak berawak pun terlihat dengan jelas mengebom kamera-kamera pengintai yang berada di sekitar marka
Di sisi lain, Dokter Harley berlari menuju lokasi kejadian. Walaupun dia sudah menerima perintah untuk mundur, dia memutuskan untuk tidak pergi. Dia malah bergegas menuju pusat ledakan.Akan tetapi, Dakota mencengkeram tangannya sambil berkata, "Kamu harus pergi! Di sini sangat berbahaya!""Nggak! Aku cemas, katanya Harvey sendiri yang datang ke sini! Leo begitu membencinya, jadi Leo pasti akan mencari kesempatan untuk menyerang Harvey!"Telapak tangan dokter wanita itu basah oleh keringat, tubuhnya juga ternyata gemetar.Begitu dia berlari menghampiri, dia melihat seorang pria yang terkena tembakan dan tersungkur jatuh."Oh, tidak!"Dokter wanita itu sontak menjerit, tetapi Dakota langsung menarik tangannya dan menyeretnya pergi."Jangan ke sana! Kita harus pergi dari sini!"Akan tetapi, dokter wanita itu mengabaikan Dakota dan bergegas belari menghampiri Harvey yang terjatuh.Dokter wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan bunyi ledakan yang menggelegar. Fokusnya hanya tertuju pada
Alex menutup telepon dan melaporkan dengan jujur, "Pak Harvey, Poison Bug itu ternyata mengetahui keberadaan Nyonya di pulau. Tuan Calvin masih mengira kita yang memberi informasi. Nyonya sekarang ada di tangannya. Haruskah kita pergi menjemput Nyonya?""Tidak perlu. Hasil tes sumsum tulang membutuhkan waktu. Aku akan pergi memastikan satu hal terlebih dulu."Alex tidak tahu apa yang ingin Harvey pastikan. Bahkan Selena yang dia prioritaskan pun dia abaikan untuk sementara.Harvey sekarang dalam kondisi yang sangat tidak baik. Tetesan keringat halus terlihat samar di dahinya, dan tangannya yang memegang kemudi sedikit gemetar.Siapa sebenarnya wanita itu? Bisa-bisanya membuat Harvey bereaksi sedahsyat itu.Mungkinkah dia mantan kekasih Harvey yang pernah punya masalah dengannya?Singkatnya, Harvey malam ini sangat tidak normal. Mobilnya melaju kencang, Alex sampai harus mencengkram erat pegangan tangan agar tidak terlempar keluar.Mobil itu melaju cepat kembali ke pusat kota. Dalam sek
Alex merasa kakinya lemas, dan suaranya pun terbata-bata."Begini Pak Harvey, meskipun kita berpegang teguh pada materialisme, orang mati dikuburkan untuk ketenangan. Ini tengah malam, Nona sedang tidur nyenyak. Mengganggunya seperti ini tidak baik, 'kan? Bagaimana kalau dia bangun dengan marah dan keluar dari peti mati?"Harvey tidak mau repot-repot berdebat dengan Alex karena Alex tidak bisa menyamai kecerdasan Chandra."Panggil orang, segera gali kubur dan buka peti mati ini sekarang juga!" suara Harvey sangat tegas."Baik."Alex telah melakukan banyak hal baik dan buruk dalam hidupnya, tetapi dia tidak pernah melakukan sesuatu yang sekejam ini.Sambil menggali kuburan, dia bergumam dalam hati. Nona, jangan salahkan aku. Aku hanya bawahan. Ada hutang ada piutang, kalau mau cari, cari saja kakakmu. Kakakmu yang berani.Harvey tidak tinggal diam. Dia bergerak lebih cepat dari siapapun. Alex menyuruhnya berteduh dari hujan, tapi dia tidak mendengarkan sama sekali.Saking takutnya merus
Harvey baru saja menyesap secangkir minumannya, kemudian meletakkannya di tepi meja dengan tidak stabil. Alhasil, cangkir itu terjatuh dan pecah.Gelas jatuh ke karpet, tetapi tidak pecah, airnya diserap oleh karpet.Chandra melihat karpet yang basah dan merasa heran. Bagaimana Harvey bisa melakukan kesalahan yang begitu sederhana?Hampir pada saat yang sama, Harvey sudah berdiri dengan wajah penuh kecemasan yang tidak bisa disembunyikan.Apa yang Alex bawa sampai membuat Harvey begitu bersemangat?Alex datang menerjang hujan, amplop cokelat yang dia peluk basah oleh beberapa tetes air hujan. Tangannya yang dingin segera menyerahkan amplop cokelat itu pada Harvey.Dia berlari masuk, air menetes dari kepalanya, dan napasnya terengah-engah."Pak Harvey, dari pengambilan sampel sampai tes dan keluarnya laporan hasil, aku ikuti seluruh prosesnya tanpa berkedip. Tenang saja, tidak ada orang lain yang terlibat dalam proses ini. Hasil kali ini benar-benar akurat dan tidak ada yang memalsukann