Sebuah panggilan yang sudah lama tidak terdengar ini membuat Selena terdiam hingga lupa bereaksi.Entah berapa banyak alkohol yang diminum Harvey hingga menjadi sangat mabuk, seolah tidak terjadi apa-apa di antara keduanya, Harvey kebiasaan memeluk Selena.Saat dipeluk, Selena merasakan pelukan hangat dan familier yang berdampak besar baginya.Dia berusaha tetap sadar dan mencoba mendorongnya, tetapi Harvey malah mengambil tangannya dan menciumnya.Bibirnya yang hangat menyentuh punggung tangannya dengan lembut, dan dia bergumam, "Sayang, kamu dari mana saja? Aku sudah lama mencarimu."Karena tidak bisa menahannya, air mata Selena pun mengalir sangat deras.Sambil menahan kesedihannya, dia berkata, "Bukankah kamu sendiri yang mengusirku?"“Asal bicara saja.” Harvey memeluknya lebih erat dan memberikan ciuman berbau alkohol di belakang telinganya, “Orang yang paling aku cintai dalam hidupku adalah kamu, bagaimana mungkin aku rela mengusirmu?” jelasnya.Selena pun mendorongnya dan bertan
Kenapa jadi seperti ini?Selena ingin sekali kembali ke dua tahun lalu, ke masa yang penuh keceriaan.“Aku di sini, aku di sini,” jawab Harvey dengan sangat sabar.Selena tahu bahwa kelembutan Harvey saat ini hanyalah sesaat, dan seharusnya dia menjauhi Harvey, hanya saja dia tidak tahan dengan sedikit kehangatan itu.Harvey, betapa menyenangkannya jika kamu tetap menjadi kamu?......Saat fajar, Harvey bangun dan merasakan ada seseorang dalam pelukannya sebelum dia membuka matanya.Mengingat banyaknya botol alkohol yang diminumnya semalam, dia memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol dan dapat mengontrol dirinya dengan cukup baik, sehingga tidak mungkin kesadarannya hilang setelah minum.Kepalanya yang terasa sangat pusing dan kejadian semalam yang tidak dapat diingat membuatnya merasa cemas hingga dia tidak berani membuka mata.Setelah menyiapkan mentalnya, dia membuka matanya dan merasa lega saat melihat wanita yang berada di pelukannya adalah Selena.Namun segera setelah itu
Pintu kamar mandi yang dibuka dengan keras membuat Selena yang baru saja selesai mengambil rambut-rambutnya, kaget, dan menatap Harvey dengan gelisah, "Kamu ... "Sebelum selesai berbicara, dia melihat Harvey bertelanjang dada, tubuh berotot pria itu muncul secara tiba-tiba di depan matanya.Meskipun sudah memiliki anak dengan Harvey, pemandangan yang tidak terlihat selama lebih dari setahun ini membuat Selena merasa agak tidak nyaman, dan dia segera mengalihkan pandangannya.Bayangan pria itu menutupi wajahnya, dan baunya yang khasnya membawa kehangatan. Tanpa sadar, Selena membungkuk dan menatapnya dengan tajam sambil bertanya, "Kamu mau apa?"Harvey perlahan membungkuk, tatapan matanya yang mendalam tertuju pada pipi pucatnya, "Dulu, kamu bilang kamu sakit, kamu sakit apa?" tanyanya.Perasaan Selena menjadi sangat rumit saat menatap mata yang penuh dengan pertanyaan.Tanpa adanya cibiran, penghinaan atau ketidakpedulian di matanya, Harvey memang benar-benar bertanya tentang kondisin
Selena semakin tidak bisa memahami pria ini, perubahannya sangat drastis.Dulunya Harvey yang ingin bercerai, namun sekarang sikapnya pula yang berubah saat menyinggung masalah perceraian. Mungkinkah dia takut menunjukkan ketidaknormalannya dan mengalami menopause dini?Setelah Harvey selesai mandi dan pergi, Selena masih berbaring di tempat tidur membelakanginya.Tanpa perkataan perpisahan yang manis seperti dulu, hanya terdengar suara pintu yang ditutup dengan dingin.Beberapa hari terakhir ini, Selena menyadari bahwa tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan apa pun, jadi dia tidak banyak melawan.Yang tidak berubah dalam pernikahan ini hanyalah antusias Benita yang menyiapkan makanan lezat untuknya setiap hari dengan penuh perhatian."Nyonya, hari ini saya membuat sup kurma merah dan ginseng untuk meningkatkan stamina dan darah, makanlah yang banyak."Selena pun tersenyum lembut dan berkata, "Benita, tolong buatkan aku lebih banyak sup ikan.""Baik."Saat melihat cuaca di luar, Benita
Selena bergeming melihatnya, dan suara Harvey yang tiba-tiba membuatnya ketakutan dan langsung terduduk di lantai, sementara dokumen di tangannya ikut berserakan di lantai.Harvey biasanya pulang larut malam, kenapa hari ini dia pulang begitu cepat?Meski keduanya masih suami-istri, namun tindakan Selena sangat tidak pantas, apalagi dia tahu bahwa Harvey paling membenci orang yang melakukan sesuatu di belakangnya."Kamu, kamu sudah pulang," ujar Selena dengan ekspresi yang sangat tidak wajar sambil menelan ludah.Entah menghadiri acara apa, Harvey yang mengenakan setelan formal hitam-putih menunjukkan sosoknya yang tinggi dan tegap. Sementara tatapan mata yang dingin itu menatap Selena, dan membuatnya merasa seperti berada di dalam ruangan es.Dengan kaki jenjangnya, Harvey perlahan menghampiri Selena, melepas jasnya, dan setiap gerakannya memancarkan aura bangsawan.Walaupun hanya melepas jas, Selena sangat ketakutan, dan saat hendak melarikan diri, kakinya seperti terkunci.Sebelum b
Selena terdiam, emosinya sangat bergejolak, seperti saat Harvey sangat menyayanginya dulu, tetapi sekarang menjadi sangat kejam. Selena tidak bisa mengatakan bahwa Harvey telah berubah, hanya saja sisi lainnya ini baru dilihatnya sekarang.Sekarang Harvey seperti ini, ada kemungkinan Arya juga demikian."Apa pun yang terjadi, dia nggak mungkin ... membunuh," bantah Selena dengan suara yang sangat pelan.Jari Harvey pun perlahan membelai pipi Selena, "Seli, kamu polos sekali, apa kamu pikir aku nggak akan pernah meninggalkanmu?" ucapnya.Suara yang begitu akrab dan hangat membuat Selena tampak seolah-olah Harvey masih menjadi kekasih yang lembut di sampingnya seperti dulu, tapi tatapannya tidak memiliki kelembutan sama sekali.Pikiran Selena terguncang, ya, dia benar-benar berpikir bahwa Harvey tidak akan pernah berubah, sampai dia melihat di berita bahwa Harvey membantu Agatha di bandara, dan kenyataan menampar wajahnya dengan sangat keras."Bukannya kamu selalu ingin mengetahui kebena
Dalam ingatan Selena, Ayahnya penuh kasih sayang dalam keluarga dan baik hati saat di luar. Selain mendukung pelajar, dia juga sering menyumbangkan uang untuk amal.Semua laporan menunjukkan bahwa Ayahnya adalah pria yang adil, rendah hati, dan bahkan sempurna.Saat Selena berlutut untuk mengambil dokumen yang berserakan di lantai, wajahnya menjadi semakin dingin setiap kali dia membacanya.Harvey memang sudah melakukan tugasnya, para wanita ini mempunyai bukti nyata meski sudah berhubungan dengan Arya selama beberapa hari.Selama lebih dari sepuluh tahun, Arya telah banyak berganti pasangan, dan semuanya adalah gadis muda yang polos dan cantik.Sebenarnya, tidak sulit untuk memahaminya. Mungkin karena Arya memiliki paras yang tampan dan tidak gemuk di usia paruh baya, bahkan tubuhnya tetap bugar dan berotot karena sering berolahraga. Pria tampan yang anggun dan kaya raya adalah pria yang paling populer saat ini, wajar jika banyak gadis muda yang tertarik padanya.Namun, sepertinya dia
Kezia dan Arya sama pentingnya bagi Harvey dan Selena."Aku akui bahwa mungkin dia adalah ayah yang baik, tapi dia jelas bukan orang baik. Di balik penampilannya yang munafik itu, ada hati iblis yang tersembunyi. Seli, karena semuanya sudah begini, aku nggak akan menyembunyikannya lagi darimu."Harvey berlutut dengan satu kaki, memegang pipi Selena dengan kedua tangannya, dan senyuman pucat terlihat di wajahnya."Dulu, aku menganggapmu sebagai hidupku dan sangat mencintaimu hingga terobsesi, tapi karena kamu adalah satu-satunya putri Arya, cintaku padamu sekarang berubah menjadi kebencian."Meskipun Harvey tersenyum, Selena merasakan suasana yang mencekam.“Hari itu, saat aku dan Agatha jatuh ke air, apakah kamu sengaja menyelamatkannya terlebih dahulu? Apakah kamu ingin balas dendam?”"Ya, aku ingin balas dendam."Sembari meraih kerah baju Harvey dengan kedua tangan, air mata jatuh di pipi Selena, "Apakah kamu gila? Dia itu anak kita! Dia belum melihat dunia ini, apa salahnya? Dia ngg