Selena sudah bukan merupakan gadis kecil yang selalu gugup dalam menghadapi masalah. Dia menangani segalanya dengan tenang. Karena Sean berada di rumah, dia pun pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan.Shane yang berada di rumah sakit baru saja selesai dioperasi dan belum sadarkan diri.Ketika tiba, Selena melihat Steve berdiri di samping Shane dan sedang memandang Shane dengan cemas.Anggota tubuh terpenting bagi Shane adalah tangan. Kalau sampai dia tahu tangannya cacat dan tidak dapat menggambar lagi, dia tidak akan bisa menerima kenyataan ini."Maaf Kak Steve, semuanya karenaku. Kalau bukan karena ingin menyelamatkanku, Kak Shane nggak akan menjadi seperti ini ... "Shira berdiri di samping Steve. Terdapat dua luka kecil yang ditutupi dengan plester di wajahnya. Dia berdiri di samping Steve dengan tertekan."Bukan salahmu, yang penting kamu baik-baik saja. Nggak boleh terjadi hal seperti ini lagi di keluarga kita.""Dokter Selena datang."Selena bertanya dengan serius, "Tuan M
Selena pernah mengucapkan kata yang sama berulang kali. Sekuat apa pun dia berusaha, dia seolah-olah tidak bisa meninggalkan masa kelam itu. Dia merangkak di sepanjang jalan dengan tubuh yang berlumuran darah hingga akhirnya dia pun berpikir bahwa masa depannya hancur.Namun, Selena tidak puas dan tidak ingin merusak masa depan anaknya. Oleh karena itu, dia pun bertahan dengan sekuat tenaga.Dia tidak mengucapkan apa pun dan hanya pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk basah.Ketika keluar, Selena melihat Shane menatap langit-langit dengan berlinang air mata, dia menangis seperti anak kecil.Dia bahkan tidak sanggup menyeka air matanya dengan tangan."Kak Shane, jangan menangis. Semuanya akan membaik, pasti akan membaik.""Kak Shane, semua ini salahku. Aku yang membuatmu gagal memamerkan karya seni, acara kali ini terpaksa dibatalkan."Hanya Selena yang tidak bersuara, dia menutup mata Shane dengan handuk hangat.Pada saat ini, bujukan apa pun tidak akan bisa menghiburnya. Dia han
Walaupun Shane agak bingung saat Selena menanyakan ekspresi Shira saat tu, dia pun tetap menjelaskan situasinya dengan rinci."Kamu juga ngerti, kan. Mana bisa aku membiarkan adikku begitu saja di situasi seperti itu. Aku pasti mencoba melindunginya. Apa yang salah dengan itu?"Saat ini, Selena belum memberitahunya kebenaran yang kejam ini. Dia masih memerlukan lebih banyak bukti, karena orang-orang yang terlalu memanjakan adiknya biasanya melihat tidak bisa melihat segala sesuatu dengan objektif."Gak, kok. Kamu adalah kakak yang baik. Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi saat itu. Yang penting, tetaplah tenang. Aku bisa menyembuhkan kaki Steve. Jadi, mengatasi masalah tanganmu juga kurasa bukanlah hal yang sulit.""Benaran?""Kamu kira aku masih bisa membohongimu di saat-saat begini?""Kalau kaki Steve memang sudah pulih, kenapa dia gak memberitahu kami?"Selena berbisik pelan di telinganya, "Itu karena ada orang jahat yang ingin menghancurkan keluarga Bennett.""Maksudmu ... "Sele
Selena dengan lembut memeluk leher Steve, kemudian berucap dengan suara agak keras, "Steve, jangan sedih, Kak Shane pasti akan baik-baik saja, jangan sampai kamu mengorbankan dirimu sendiri."Steve mengelus wajah Selena dengan penuh perasaan, "Dokter Selena, untung ada kamu yang menemaniku. Kalau nggak, aku nggak tahu baiknya harus gimana."Selena dengan manis menyembunyikan wajahnya di dada Steve.Keduanya berbisik-bisik dengan lembut bak bisikan sepasang kekasih.Setelah beberapa saat, Selena berkata, "Waktu juga sudah malam, kamu belum makan apa-apa sampai sekarang. Aku akan pergi membelikanmu makanan, jangan terlalu sedih. Selama orangnya baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja.""Dokter Shelyn, urusan seperti ini bisa suruh pengawal yang pergi.""Mengenai ini, aku juga nggak bisa membantu banyak di rumah sakit untuk sementara waktu, aku lebih mengenal selera makananmu, jadi biar aku yang pergi."Usai berkata demikian, Selena bangkit dari pangkuan Steve. Ketika dia pergi, dia
Tanpa berbalik pun Selena bisa merasakan tatapan dingin yang tertuju padanya."Aku juga sudah lama menunggumu."Mendadak Selena berbalik, pandangannya langsung jatuh pada seseorang yang lebih pendek darinya. Meskipun orang itu berusaha menyamar, Selena masih bisa langsung mengenali matanya."Isabel."Mendapati Selena langsung memanggil namanya, orang itu terlihat terkejut, "Bagaimana kamu bisa ... "Meskipun jebakan yang dirancang oleh Selena akhirnya menjadi sangkarnya sendiri, Isabel sudah menyadari bahwa ada yang tidak beres, dia pun segera bersiap untuk menarik pelatuk setelah terpikirkan tujuannya sendiri."Dor!"Tiba-tiba terdengar suara tembakan, sebuah peluru mengenai pergelangan tangannya, membuat pistol di tangan Isabel jatuh ke tanah.Di mulut gang tiba-tiba penuh dengan orang-orang yang terlatih. Isabel yang tidak peduli dengan tangan berdarahnya pun berteriak, "Bunuh dia!"Semua perubahan terjadi terlalu cepat. Sebelum para bawahan Isabel beraksi, beberapa orang melompat d
"Harvey, aku bisa pergi bersamamu, tapi beri aku sedikit waktu terakhir, kita pergi setelah aku menyelesaikan urusan dengan Isabel, oke? Dan mengenai mata Nyonya Bennett, aku sudah berjanji untuk mengobatinya. Kalau terlambat lagi matanya bisa buta.""Seli, meski keahlian medismu luar biasa, di dunia ini nggak hanya ada satu dokter sepertimu, aku khawatir kalau kamu terus melanjutkan, akan ada hal-hal yang nggak terduga. Di sini bukan Kota Arama, kalau sampai terjadi sesuatu yang nggak bisa diperbaiki, aku takut aku juga nggak bisa melindungimu."Selena yang mendengar tekad Harvey pun memasang wajah penuh permohonan, "Tiga hari, beri aku tiga hari lagi, oke?"Harvey menghela napas, tidak tahu harus berbuat apa, "Baiklah, setelah tiga hari, kamu pulang bersamaku."Mereka berdua juga sudah lama tidak bertemu. Sebelum saling melepas rindu satu sama lain, sekarang Selena masih ada hal yang lebih penting untuk dilakukan.Isabel adalah bidak penting yang bisa menangkap hantu itu.Asalkan Isa
Melihat momen ini dengan mata kepala sendiri juga membuktikan perkataan Selena. Sejak awal, Isabel mendekatinya karena ada tujuan tertentu.Dia melepas kain yang menyumpal mulut Isabel, air mata Isabel pun mengalir dengan bebas."Maafkan aku," kata Isabel dengan gemetar, "Aku telah menipumu."Steve memeluknya erat, "Isabel, apa kamu tahu betapa aku merindukanmu selama ini? Syukurlah kamu belum mati."Isabel mengira Steve akan marah setelah mengetahui kebenarannya, tetapi Steve justru memeluknya erat, air mata yang panas dari wajah Steve pun jatuh di lehernya."Steve, aku sudah menipumu, memangnya kamu nggak menyalahkan aku?""Aku menyalahkanmu, bagaimana mungkin nggak? Tapi dibandingkan dengan kamu yang masih hidup, itu bukan berarti apa-apa. Apa kamu tahu? Selama ini aku berdoa siang dan malam, kenapa yang mati bukan aku tapi kamu? Selama kamu bisa hidup, aku bisa hidup tanpa melalui reinkarnasi lagi."Steve bicara sembari melepaskan ikatan di tubuh Isabel.Isabel masih merasa seperti
Isabel makin panik, "Nggak, nggak bisa.""Kenapa nggak bisa? Katakan kekhawatiranmu padaku, aku akan menyelesaikannya untukmu."Steve menghela napas, "Seandainya waktu itu kita nggak berpisah, mungkin kita sudah punya anak sekarang. Aku masih ingat kamu bilang ingin membentuk keluarga yang bagus. Anak perempuan sepertiku, anak laki-laki sepertimu, kita akan hidup bahagia bersama sebagai keluarga. Apa kamu masih ingin terus menyia-nyiakan waktu?"Isabel ragu-ragu, dia tahu dia telah melakukan kesalahan besar. Dia hanya sebatang bidak yang tidak boleh jatuh cinta pada objek misi, tetapi dia justru terjebak dalam kelembutan Steve.Dia telah menyakiti Steve sekali pada masa lalu. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, dia tidak pernah memaafkan dirinya sendiri, lebih tidak bisa melepaskan cintanya pada Steve."Jangan takut, Isabel. Aku nggak tahu siapa yang ada di belakangmu, tapi aku akan melindungimu," kata Steve.Isabel menangis tersedu-sedu, "Tapi keluargaku masih ada di tangan mereka. Ak