Thalia pun menepuk punggung tangan Anthony, "Anthony, aku tahu kamu peduli padaku. Selama setengah tahun ini, kamu sudah mencarikan banyak dokter ternama untukku. Tapi, sayangnya hasilnya belum memuaskan. Takutnya, mataku ini ...""Bi, jangan bicara begitu, dong. Bibi pasti bisa sembuh, kok.""Bibi duduk saja dulu dan minum air."Thalia meraih segelas air dan berkata, "Terima kasih sudah sering datang menjengukku, Anthony. Tanpamu, aku gak tahu bagaimana lagi caranya menjalani hari-hari ini.""Bibi, bisa merawat dan menemanimu itu membawa kesenangan tersendiri untukku. Kumohon jangan berkata seperti itu lagi, itu malah membuatku jadi sedih."Selena berdiri di samping, diam-diam mengamati interaksi kedua orang itu. Entahlah apakah itu hanya bayangannya saja, tapi ...Meskipun Anthony terlihat agak mencurigakan, pandangan matanya terhadap Thalia terlihat tulus.Jika ini hanyalah sandiwaranya, maka dia adalah aktor yang sangat berbakat.Setelah menghabiskan airnya, barulah Thalia melihat
Setelah berkeliling sebentar, Selena pun mengambil kesempatan saat pergi ke kamar mandi untuk menelepon Steve."Kak Steve, gimana kondisinya?"Steve terdengar agak panik, "Situasinya kurang bagus. Begitu sampai, aku diberi tahu bahwa Kak Shane terluka parah di lengannya, dan Shira juga terluka parah dan nggak sadarkan diri."Selena mengerutkan kening, "Sayangnya, yang terkena malah tangannya, ya. Dia adalah seorang desainer. Kalau sampai dia kehilangan tangannya, dia pasti akan menggila."Steve tahu betul perasaan itu, karena dulu dia juga pernah terluka di kakinya."Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidiki sopirnya. Sama seperti tahun itu, sopir yang menyebabkan kecelakaan itu adalah seorang pecandu yang miskin dan sendirian. Dia mengemudi dalam pengaruh narkoba. Setelah tertangkap, dia kemudian meninggal di kantor polisi tanpa meninggalkan bukti. Jelas sekali ini kasus yang nggak bisa dipecahkan."Selena bisa merasakan amarah terpendam dari Steve."Tenang dulu, Kak Steve. Gimana ka
"Nyonya, ada sedikit masalah di acara fashion show Tuan Muda Shane. Jadi, Nona Shira dan Steve pergi membantunya."Thalia heran, "Kalau ada masalah di fashion shownya, gak heran kalau Shira pergi membantunya. Tapi, ngapain Steve juga sampai ke sana?""Nyonya, sebenarnya Tuan Muda Shane merancangkan koleksi busana khusus untuk Steve. Dia ingin Steve berjalan di catwalk dengan kursi roda dalam fashion show miliknya sendiri. Ini juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa meskipun cacat, seseorang masih bisa menjalani hidup dengan semangat dan kebahagiaan. Dia melakukannya demi menyemangati Steve.""Anak ini niat sekali. Aku tahu dia bermimpi agar semua anggota keluarga kami bisa mengenakan pakaian yang dirancangnya di fashion show miliknya. Sayangnya, keluarga kami sudah terpecah belah sekarang ...""Semuanya pasti akan membaik, kok," ujar Selena sambil menepuk tangan Thalia, mencoba menghiburnya."Kalau gitu, kita tunggu mereka saja dulu."Laila merasa sedikit terjepit. Mereka masih di ru
Bukannya bertemu dengan Steve seperti yang diharapkannya, Selena malah bertemu dengan Sean yang pulang dengan terburu-buru.Setelah mendapat kabar bahwa terjadi sesuatu dengan keluarganya, tanpa pikir panjang, dia langsung pulang dengan tergesa-gesa.Thalia yang awalnya hampir tertidur pun langsung bangun ketika mendengar Sean pulang, "Sean sudah pulang, ya.""Hati-hati, Nyonya. Jangan sampai terjatuh," ucap Selena sambil menopang Thalia.Tidak lama setelah itu, mereka mendengar ketukan pintu dari Sean, "Ibu, ini aku.""Masuk saja."Begitu Sean membuka pintunya, dia pun melihat Selena dan bertukar pandang dengannya. Selena pun menyapanya, "Tuan Muda Sean.""Ternyata ada Dokter Shelyn.""Iya, Dokter Shelyn orangnya baik. Dia teman yang dibawa pulang oleh Steve, dan kami sangat cocok satu sama lain, lho."Thalia mengusap wajah Sean dengan lembut, "Putraku jadi kurusan."Sean menyadari ada yang tidak beres. Gerak-gerik Thalia terlihat seperti orang buta. Dia memerhatikan matanya dengan ce
Selena sudah bukan merupakan gadis kecil yang selalu gugup dalam menghadapi masalah. Dia menangani segalanya dengan tenang. Karena Sean berada di rumah, dia pun pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan.Shane yang berada di rumah sakit baru saja selesai dioperasi dan belum sadarkan diri.Ketika tiba, Selena melihat Steve berdiri di samping Shane dan sedang memandang Shane dengan cemas.Anggota tubuh terpenting bagi Shane adalah tangan. Kalau sampai dia tahu tangannya cacat dan tidak dapat menggambar lagi, dia tidak akan bisa menerima kenyataan ini."Maaf Kak Steve, semuanya karenaku. Kalau bukan karena ingin menyelamatkanku, Kak Shane nggak akan menjadi seperti ini ... "Shira berdiri di samping Steve. Terdapat dua luka kecil yang ditutupi dengan plester di wajahnya. Dia berdiri di samping Steve dengan tertekan."Bukan salahmu, yang penting kamu baik-baik saja. Nggak boleh terjadi hal seperti ini lagi di keluarga kita.""Dokter Selena datang."Selena bertanya dengan serius, "Tuan M
Selena pernah mengucapkan kata yang sama berulang kali. Sekuat apa pun dia berusaha, dia seolah-olah tidak bisa meninggalkan masa kelam itu. Dia merangkak di sepanjang jalan dengan tubuh yang berlumuran darah hingga akhirnya dia pun berpikir bahwa masa depannya hancur.Namun, Selena tidak puas dan tidak ingin merusak masa depan anaknya. Oleh karena itu, dia pun bertahan dengan sekuat tenaga.Dia tidak mengucapkan apa pun dan hanya pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk basah.Ketika keluar, Selena melihat Shane menatap langit-langit dengan berlinang air mata, dia menangis seperti anak kecil.Dia bahkan tidak sanggup menyeka air matanya dengan tangan."Kak Shane, jangan menangis. Semuanya akan membaik, pasti akan membaik.""Kak Shane, semua ini salahku. Aku yang membuatmu gagal memamerkan karya seni, acara kali ini terpaksa dibatalkan."Hanya Selena yang tidak bersuara, dia menutup mata Shane dengan handuk hangat.Pada saat ini, bujukan apa pun tidak akan bisa menghiburnya. Dia han
Walaupun Shane agak bingung saat Selena menanyakan ekspresi Shira saat tu, dia pun tetap menjelaskan situasinya dengan rinci."Kamu juga ngerti, kan. Mana bisa aku membiarkan adikku begitu saja di situasi seperti itu. Aku pasti mencoba melindunginya. Apa yang salah dengan itu?"Saat ini, Selena belum memberitahunya kebenaran yang kejam ini. Dia masih memerlukan lebih banyak bukti, karena orang-orang yang terlalu memanjakan adiknya biasanya melihat tidak bisa melihat segala sesuatu dengan objektif."Gak, kok. Kamu adalah kakak yang baik. Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi saat itu. Yang penting, tetaplah tenang. Aku bisa menyembuhkan kaki Steve. Jadi, mengatasi masalah tanganmu juga kurasa bukanlah hal yang sulit.""Benaran?""Kamu kira aku masih bisa membohongimu di saat-saat begini?""Kalau kaki Steve memang sudah pulih, kenapa dia gak memberitahu kami?"Selena berbisik pelan di telinganya, "Itu karena ada orang jahat yang ingin menghancurkan keluarga Bennett.""Maksudmu ... "Sele
Selena dengan lembut memeluk leher Steve, kemudian berucap dengan suara agak keras, "Steve, jangan sedih, Kak Shane pasti akan baik-baik saja, jangan sampai kamu mengorbankan dirimu sendiri."Steve mengelus wajah Selena dengan penuh perasaan, "Dokter Selena, untung ada kamu yang menemaniku. Kalau nggak, aku nggak tahu baiknya harus gimana."Selena dengan manis menyembunyikan wajahnya di dada Steve.Keduanya berbisik-bisik dengan lembut bak bisikan sepasang kekasih.Setelah beberapa saat, Selena berkata, "Waktu juga sudah malam, kamu belum makan apa-apa sampai sekarang. Aku akan pergi membelikanmu makanan, jangan terlalu sedih. Selama orangnya baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja.""Dokter Shelyn, urusan seperti ini bisa suruh pengawal yang pergi.""Mengenai ini, aku juga nggak bisa membantu banyak di rumah sakit untuk sementara waktu, aku lebih mengenal selera makananmu, jadi biar aku yang pergi."Usai berkata demikian, Selena bangkit dari pangkuan Steve. Ketika dia pergi, dia