Bab 1
Perkenalkan namaku Wulan, aku sekolah disalah satu SMP negeri di kota Jember. Nilai danemku sewaktu SD bisa dibilang cukup bagus, sehingga aku bisa masuk ke SMP mana saja yang aku inginkan. Tapi akibat keegoisan ibuku, akhirnya aku sekolah di SMP yang sebenarnya tidak pernah aku inginkan. Ibuku beralasan sekolah disana lebih dekat dan tidak harus menyebrang, dari dulu ibuku memang tidak pernah mengijinkan aku untuk menyebrang sendirian.Hari pertama pendaftaran, aku berada diurutan 3 besar, beda dengan kedua temanku Ika dan Ninik, mereka berada di urutan ke lima paling bawah. Ika dan Ninik adalah temanku sewaktu SD dan nilai danem mereka bisa dibilang rendah, oleh karena itu mereka masuk ke SMP yang bisa dibilang paling akhir ini.
Ika dan Ninik harap-harap cemas karena takut mereka akan tergeser dan tidak bisa sekolah disana. Sementara aku? Aku santai aja karena yakin aku bakalan diterima karena nilai danemku cukup tinggi, ya walaupun tergeser menjadi peringkat 5 besar dari yang awalnya 3 besar.
"Baiklah sebentar lagi pendaftaran akan ditutup." Seru salah seorang petugas penerimaan siswa baru.
"Aduh, gimana ini Lan kalau aku digeser lagi??aku harus sekolah di mana?"Tanya Ninik dengan rasa cemas.
"Udah, berdoa aja semoga gak kegeser." Jawabku dengan santai. Sebenarnya aku gak peduli sih mereka keterima atau tidak disekolah ini, bisa dibilang egois memang, tapi mungkin karena sebenarnya aku juga tidak suka sekolah disini. Aku terpaksa mendaftar disekolah ini demi keinginan ibuku. Sebenarnya dari dulu aku kepingin banget dismp A, walaupun jaraknya lumayan jauh dari rumah, tapi itu merupakan salah satu SMP favorit dikota ku. Tapi, ya sudahlah, udah terlanjur daftar disini, lagian juga sekolahnya lumayan bagus, luas juga, semoga aja aku betah sekolah disini. Gumamku dalam hati.
"Lan, ayo pulang, ngelamun aja kamu dari tadi." Sapa Ninik yang tiba-tiba membangunkan ku dari lamunanku.
"Sial ni anak, ngagetin aja," pikirku.
"lho udah selesai to? Kamu keterima?? Terus masuknya kapan?" aku menghujani Ninik dengan berbagai pertanyaan, jujur aja aku gak sempat dengerin pengumumannya tadi karena terlalu larut dalam lamunanku sendiri.
"Makanya dari tadi jangan ngelamun terus, Sampek gak dengerin pengumuman." jawab Ninik dengan nada sedikit kesal, menurut ku.
"Y deh maaf, terus gimana nih pengumumannya??" tanyaku kembali karena pertanyaan yang tadi belum sempat dijawabnya.
"Aku keterima Lan, dan Senin besok kita udah mulai daftar ulang." Jawabnya.
"Jadi Senin besok kita kesini lagi ya?" Tanyaku.
"Iya Wulan, aduh, ini anak tanya terus dari tadi". Jawabnya dengan nada kesal."Y udah, kita pulang yuk capek nih." ucapku.
Aku dan kedua temanku pun pulang kerumah dengan menaiki angkot, kedua temanku terlihat sangat senang karena diterima sekolah disana. Sementara aku?? Ah, biasa aja bagiku.
Sesampainya dirumah, Ibuku langsung menghujaniku dengan berbagai pertanyaan.
Males sih sebenarnya mau jawab semua pertanyaan-pertanyaannya, tapi ya sudahlah terpaksa aku jawab satu-satu.
Setelah selesai dengan pertanyaan nya, ibuku langsung bergegas pergi ke dapur untuk memasak makan siang untuk aku dan pakdhe ku. Ada tiga orang yang menempati rumah ini, yaitu Aku, ibuku, dan pakdhe ku. Pakdhe ku perjaka ting-ting karena belum menikah sampai sekarang, padahal usianya sudah memasuki 60 tahun. Maklumlah ya, dia agak keterbelakangan mental sejak dari kecil. Sementara bapakku?? Dia tinggal di Bali, bapak dan ibuku bercerai sejak aku masih kecil.
"Bu, Senin besok Wulan harus daftar ulang dan harus bayar uang pendaftaran." Ucapku pada ibuku yang sedang sibuk menyiapkan makan siang.
"Iya, besok ibu kasih uangnya." sahut ibuku dari dapur.
Sebenarnya ibuku selama ini tidak memiliki penghasilan, dia dibantu oleh kakaknya yang tinggal di daerah Tegal Besar. Kakaknya bisa dibilang cukup sukses, karena bekerja sebagai bos disebuah perusahaan swasta. Kakaknya Ibuku mempunyai satu orang anak cewek namanya Ane, usia Ane hanya terpaut satu tahun lebih tua dariku. Ane bisa terbilang cukup pandai, dia selalu mendapatkan juara kelas disekolahnya dan bisa masuk ke SMP favorit. Sebenarnya q merasa iri dengannya, dia memiliki keluarga yang lengkap, cantik, pinter lagi, ah perfect banget pokoknya.
"Wulan, ayo makan!" Perintah ibu membuyarkan lamunanku.
"Y Bu, Wulan mau cuci tangan dulu." Sahutku.
Selesai makan siang, aku melanjutkan aktivitas ku, apalagi kalau bukan tidur siang. Aku orangnya bisa dibilang tidak bisa apa-apa, bahkan untuk mengupas mangga aja aku gak bisa. Tu karena dari kecil ibuku tidak pernah mengijinkan aku untuk masuk ke dapur, apalagi untuk memegang pisau, langsung kena sembur dah dengan berbagai macam omelannya.
Tak terasa sudah hari Senin, waktunya aku untuk daftar ulang disekolah yang sebenarnya tidak aku inginkan. Malas sekali rasanya mau berangkat kesana, tapi apa boleh buat.
"Ayu, ayo cepet dong, ini becaknya udah nunggu dari tadi loo!" Perintah ibuku padaku yang sedang asyik menikmati sarapan.
"Aduh, mau sarapan aja gak tenang." Gumamku yang merasa terganggu dengan omelan ibu.
"Ayu berangkat dulu Bu." Ucapku sambil mencium punggung tangan ibuku.
" Y udah ati ati, inget langsung pulang ya, jangan mampir kemana-mana lo! Ni uang pendaftaran nya!" perintah ibuku sambil menyodorkan sebuah amplop berisikan uang pendaftaran.
Tanpa menghiraukan perintah ibuku, aku langsung mengambil amplop itu dan aku berlalu begitu saja dari hadapannya, males banget rasanya mendengar semua omelannya, gak boleh ini, gak boleh itu.
Tukang becak sudah menunggu didepan gang, ibuku sengaja berlangganan becak agar aku tidak bisa naik angkot, karena kalau naik angkot, aku harus menyebrang jalan besar untuk menunggu angkotnya lewat.
"Makasih ya pak." Ucapku kepada tukang becak yang sudah mengantarku.
"Wulan, ayo cepat sini, dari mana aja sih? Ditungguin juga dari tadi." ucap Ninik.
"Maaf, aku tadi kesiangan bangunnya. Eh iya, ini ditaruh mana berkasnya?" tanyaku pada temanku yang dari tadi sudah berada disekolah.
"Tuh, kamu kasihkan aja ke Bu yang gendut itu." ucap Ninik.
Aku langsung memberikan berkas pendaftaran ulang dan uang pendaftaran kepada ibu guru yang akupun tak tau namanya.
"Ini seragamnya ya, besok langsung dipakek ya, jangan lupa bawa buku tulis satu aja, karena masih perkenalan jadi gak perlu bawa buku banyak-banyak." ucap Bu guru.
"Baik Bu." kataku sambil berlalu meninggalkan ruangan.
"Udah Lan?" tanya Ninik padaku.
"Udah nih, kita langsung pulang yuk." Jawabku.
"Eits, jangan pulang dulu dong, kita keliling sekolah dulu yuk." Jawabnya sambil menarik tanganku.
Kami bertiga berkeliling sekolah untuk melihat-lihat situasi sekolah. Lumayan lengkap sih, ada kantin, kamar mandi, perpustakaan, dan musholla juga ada.
Setelah puas berkeliling akhirnya kita memutuskan untuk pulang kerumah dengan menaiki angkot. Kalau pulangnya, ibuku mengijinkan aku untuk naik angkot soalnya tidak perlu menyebrang jalan.
Sesampainya dirumah, aku pun langsung ganti baju dan bersiap untuk tidur siang. Malamnya, aku pun tidak lupa mempersiapkan semua perlengkapan yang harus ku bawa ke sekolah besok.
Besok paginya, aku bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap ke sekolah, sekolah baru, teman baru, itu yang ada di pikiranku. Walaupun tetap saja ada perasaan malas untuk berangkat, mungkin karena aku sekolah di sana bukan karena keinginan ku sendiri, tapi karena paksaan dari ibuku."Ayo Wulan, sarapan dulu!" perintah ibuku sambil menyiapkan sarapan untukku.Selesai sarapan, aku langsung pamit untuk berangkat ke sekolah, tak lupa aku mencium punggung tangan ibuku dan mengucapkan salam kepadanya.Seperti biasa, tukang becak langganan ibuku sudah siap menungguku didepan gang untuk mengantarku ke sekolah baruku.Sesampainya di gerbang sekolah, aku melihat banyak anak yang berkumpul, tapi aku tidak melihat kedua temanku di antara gerombolan anak yang berkumpul tersebut. Aku berjalan perlahan, ada perasaan takut dalam hatiku karena aku merasa asing dengan mereka."Wulan, sini!!" Teriak Ninik padaku sambil melambaikan tangannya.Akupun langsung m
Hari ini hari kedua aku mengikuti kegiatan MOS disekolah, sedikit bosan rasanya karena selama kegiatan hanya ada perkenalan dan permainan. Ingin rasanya kupercepat waktu agar aku bisa mengikuti sekolah seperti biasa.Sejak kegiatan MOS ini berlangsung, hampir satu Minggu lamanya, aku menjadi lebih dekat dengan Aris, Yana, Reni dan Anjar. Hampir setiap hari aku pulang bareng sama mereka. Kecuali Aris, kita bareng hanya sampai gerbang sekolah saja, karena kita beda arah.Semakin lama hubunganku dengan Aris mulai semakin dekat, bahkan tulisan kami bisa dibilang hampir sama. Jadi kalau aku ketinggalan pelajaran, biasanya Aris yang menuliskan nya untukku, begitu pula sebaliknya.Banyak teman-teman mengira kalau aku dan Aris pacaran, padahal sebenarnya tidak, ato lebih tepatnya belum pacaran. Aku hanya menganggap Aris sebagai sahabat tidak lebih dari itu, kalau Aris?? Ntahlah dia menganggap ku sebagai apa, aku pun tak pernah memperdulikan nya.Ketika pulang sek
"Anak-anak, ayo tugasnya dikumpulkan ya." ucap Bu guru yang tiba tiba sudah berada didepan kelas.Mungkin karena kebanyakan melamun, sampai-sampai aku gak tau kapan Bu gru datang.Setelah selesai mengumpulkan tugas, aku kembali duduk di bangku ku."Anak-anak besok kita mulai ujian ya, jangan lupa, dirumah belajar ya." ucap Bu guru."Baik Bu." semua murid menjawab dengan serempak."What, ujian?? Soal harian aja aku gak bisa jawab, apalagi ujian, aduh.. gimana ini." gumamku.teetttt.. tetttt.. tetttt.. bel berbunyi tanda jam istirahat, hari ini aku lapar jadi aku memutuskan untuk ke kantin, membeli gorengan untuk mengganjal perut karena tadi belum sempat sarapan."Wulan, mau ke kantin ya? bareng y, sekalian aku belikan gorengan y, jangan lupa." Ucap Aris yang berjalan mengikuti ku dari belakang."Knp harus aku yang belikan? Kamu kan bisa beli sendiri." Ucapku kesal pada Aris."Pelit banget sih minta
Setelah makan, makanan yang disediakan Ulfa, aku dan Ulfa memutuskan untuk langsung kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Pramuka.Sesampainya di sekolah, aku langsung menunggu Ulfa memarkirkan sepeda ontelnya. Sepertinya sudah banyak anak yang datang, karena sudah banyak sepeda yang terparkir ditempat parkir."Wulan." Teriak Aris kepadaku."Lho Aris, kamu ikut Pramuka juga?" tanyaku padanya."Y dong, aku kan suka sama Pramuka." Jawabnya.Aris ternyata juga gak pulang kerumahnya. Dia sengaja menunggu di sekolah karena memang jarak antara sekolah dengan rumahnya bisa dibilang cukup jauh."Besok aku disekolah sama kamu aja ya ko Ris, aku gak enak soalnya kalau ikut Ulfa terus tiap hari." Ucapku pada Aris."Boleh." Jawabnya.Selain Aku, Aris dan Ulfa, ternyata masih banyak anak lain yang ikut kegiatan Pramuka terma
Keesokan harinya, seperti biasa, aku berangkat ke sekolah lebih awal karena hari ini hari pertama ujian semester. Lagian tadi malam aku juga belum sempat belajar karena terlalu sibuk mikirin hal yang gak penting sebenarnya."Hay Wulan, Aris udah datang belum?" Tanya Ulfa."Kayaknya belum, soalnya aku dari tadi disini sendirian. Emang kenapa Ul?" Tanyaku pada Ulfa."Ah, gak, gak papa kok. Y udah aku ke sana dulu ya." ucapnya sambil menunjuk ke arah bangkunya sendiri.Ada yang aneh dari Ulfa, entah kenapa aku merasa kalau dia juga suka sama Aris, soalnya dari kemarin, dia tanya soal Aris terus kepadaku. Tapi?? Ah mungkin hanya perasaan ku saja. Lebih baik sekarang aku fokus belajar karena sebentar lagi ujian, aku gak mau nilai ku turun karena terlalu banyak mikirin hal yang gak penting."Brakkk,." Aris memukul bangku ku."Hayooo, kebiasaan nih ngelamun terus, ngelamunin aku apa Fandi nih?" Tanya Aris."Apaan sih Ris, ngagetin aja.
Ujian sekolah berlangsung selama kurang lebih 6 hari dan selama itu pula aku selalu minta bantuan kepada Aris jika menemukan soal yang tidak bisa aku jawab. Apalagi bahasa Inggris, aku paling tidak suka dengan pelajaran bahasa Inggris. Banyak sekali soal yang tidak bisa aku kerjakan.Setelah pelaksanaan ujian sekolah selesai, tiba waktunya untuk penerimaan raport, penerimaan raport kali ini diwajibkan untuk di ambil langsung oleh orang tua murid atau wali murid."Bu, hari ini penerimaan raport, ibu disuruh ke sekolah ambil raport." Ucapku pada Ibu ku."Iya nanti siang ibu kesana, jam 9 kan?" Ucap Ibu ku.Akupun menganggukkan kepala ku, membenarkan perkataan ibu ku.Aku berangkat sendiri ke sekolah, sementara ibuku nanti siang menyusul katanya.Setelah jam menunjukkan pukul 9, ibuku baru tiba di sekolah, dan acara penerimaan raport pun dimulai. Ini adalah rapo
Ujian sekolah berlangsung selama kurang lebih 6 hari dan selama itu pula aku selalu minta bantuan kepada Aris jika menemukan soal yang tidak bisa aku jawab. Apalagi bahasa Inggris, aku paling tidak suka dengan pelajaran bahasa Inggris. Banyak sekali soal yang tidak bisa aku kerjakan.Setelah pelaksanaan ujian sekolah selesai, tiba waktunya untuk penerimaan raport, penerimaan raport kali ini diwajibkan untuk di ambil langsung oleh orang tua murid atau wali murid."Bu, hari ini penerimaan raport, ibu disuruh ke sekolah ambil raport." Ucapku pada Ibu ku."Iya nanti siang ibu kesana, jam 9 kan?" Ucap Ibu ku.Akupun menganggukkan kepala ku, membenarkan perkataan ibu ku.Aku berangkat sendiri ke sekolah, sementara ibuku nanti siang menyusul katanya.Setelah jam menunjukkan pukul 9, ibuku baru tiba di sekolah, dan acara penerimaan raport pun dimulai. Ini adalah rapo
Keesokan harinya, seperti biasa, aku berangkat ke sekolah lebih awal karena hari ini hari pertama ujian semester. Lagian tadi malam aku juga belum sempat belajar karena terlalu sibuk mikirin hal yang gak penting sebenarnya."Hay Wulan, Aris udah datang belum?" Tanya Ulfa."Kayaknya belum, soalnya aku dari tadi disini sendirian. Emang kenapa Ul?" Tanyaku pada Ulfa."Ah, gak, gak papa kok. Y udah aku ke sana dulu ya." ucapnya sambil menunjuk ke arah bangkunya sendiri.Ada yang aneh dari Ulfa, entah kenapa aku merasa kalau dia juga suka sama Aris, soalnya dari kemarin, dia tanya soal Aris terus kepadaku. Tapi?? Ah mungkin hanya perasaan ku saja. Lebih baik sekarang aku fokus belajar karena sebentar lagi ujian, aku gak mau nilai ku turun karena terlalu banyak mikirin hal yang gak penting."Brakkk,." Aris memukul bangku ku."Hayooo, kebiasaan nih ngelamun terus, ngelamunin aku apa Fandi nih?" Tanya Aris."Apaan sih Ris, ngagetin aja.
Setelah makan, makanan yang disediakan Ulfa, aku dan Ulfa memutuskan untuk langsung kembali ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Pramuka.Sesampainya di sekolah, aku langsung menunggu Ulfa memarkirkan sepeda ontelnya. Sepertinya sudah banyak anak yang datang, karena sudah banyak sepeda yang terparkir ditempat parkir."Wulan." Teriak Aris kepadaku."Lho Aris, kamu ikut Pramuka juga?" tanyaku padanya."Y dong, aku kan suka sama Pramuka." Jawabnya.Aris ternyata juga gak pulang kerumahnya. Dia sengaja menunggu di sekolah karena memang jarak antara sekolah dengan rumahnya bisa dibilang cukup jauh."Besok aku disekolah sama kamu aja ya ko Ris, aku gak enak soalnya kalau ikut Ulfa terus tiap hari." Ucapku pada Aris."Boleh." Jawabnya.Selain Aku, Aris dan Ulfa, ternyata masih banyak anak lain yang ikut kegiatan Pramuka terma
"Anak-anak, ayo tugasnya dikumpulkan ya." ucap Bu guru yang tiba tiba sudah berada didepan kelas.Mungkin karena kebanyakan melamun, sampai-sampai aku gak tau kapan Bu gru datang.Setelah selesai mengumpulkan tugas, aku kembali duduk di bangku ku."Anak-anak besok kita mulai ujian ya, jangan lupa, dirumah belajar ya." ucap Bu guru."Baik Bu." semua murid menjawab dengan serempak."What, ujian?? Soal harian aja aku gak bisa jawab, apalagi ujian, aduh.. gimana ini." gumamku.teetttt.. tetttt.. tetttt.. bel berbunyi tanda jam istirahat, hari ini aku lapar jadi aku memutuskan untuk ke kantin, membeli gorengan untuk mengganjal perut karena tadi belum sempat sarapan."Wulan, mau ke kantin ya? bareng y, sekalian aku belikan gorengan y, jangan lupa." Ucap Aris yang berjalan mengikuti ku dari belakang."Knp harus aku yang belikan? Kamu kan bisa beli sendiri." Ucapku kesal pada Aris."Pelit banget sih minta
Hari ini hari kedua aku mengikuti kegiatan MOS disekolah, sedikit bosan rasanya karena selama kegiatan hanya ada perkenalan dan permainan. Ingin rasanya kupercepat waktu agar aku bisa mengikuti sekolah seperti biasa.Sejak kegiatan MOS ini berlangsung, hampir satu Minggu lamanya, aku menjadi lebih dekat dengan Aris, Yana, Reni dan Anjar. Hampir setiap hari aku pulang bareng sama mereka. Kecuali Aris, kita bareng hanya sampai gerbang sekolah saja, karena kita beda arah.Semakin lama hubunganku dengan Aris mulai semakin dekat, bahkan tulisan kami bisa dibilang hampir sama. Jadi kalau aku ketinggalan pelajaran, biasanya Aris yang menuliskan nya untukku, begitu pula sebaliknya.Banyak teman-teman mengira kalau aku dan Aris pacaran, padahal sebenarnya tidak, ato lebih tepatnya belum pacaran. Aku hanya menganggap Aris sebagai sahabat tidak lebih dari itu, kalau Aris?? Ntahlah dia menganggap ku sebagai apa, aku pun tak pernah memperdulikan nya.Ketika pulang sek
Besok paginya, aku bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap ke sekolah, sekolah baru, teman baru, itu yang ada di pikiranku. Walaupun tetap saja ada perasaan malas untuk berangkat, mungkin karena aku sekolah di sana bukan karena keinginan ku sendiri, tapi karena paksaan dari ibuku."Ayo Wulan, sarapan dulu!" perintah ibuku sambil menyiapkan sarapan untukku.Selesai sarapan, aku langsung pamit untuk berangkat ke sekolah, tak lupa aku mencium punggung tangan ibuku dan mengucapkan salam kepadanya.Seperti biasa, tukang becak langganan ibuku sudah siap menungguku didepan gang untuk mengantarku ke sekolah baruku.Sesampainya di gerbang sekolah, aku melihat banyak anak yang berkumpul, tapi aku tidak melihat kedua temanku di antara gerombolan anak yang berkumpul tersebut. Aku berjalan perlahan, ada perasaan takut dalam hatiku karena aku merasa asing dengan mereka."Wulan, sini!!" Teriak Ninik padaku sambil melambaikan tangannya.Akupun langsung m
Bab 1Perkenalkan namaku Wulan, aku sekolah disalah satu SMP negeri di kota Jember. Nilai danemku sewaktu SD bisa dibilang cukup bagus, sehingga aku bisa masuk ke SMP mana saja yang aku inginkan. Tapi akibat keegoisan ibuku, akhirnya aku sekolah di SMP yang sebenarnya tidak pernah aku inginkan. Ibuku beralasan sekolah disana lebih dekat dan tidak harus menyebrang, dari dulu ibuku memang tidak pernah mengijinkan aku untuk menyebrang sendirian.Hari pertama pendaftaran, aku berada diurutan 3 besar, beda dengan kedua temanku Ika dan Ninik, mereka berada di urutan ke lima paling bawah. Ika dan Ninik adalah temanku sewaktu SD dan nilai danem mereka bisa dibilang rendah, oleh karena itu mereka masuk ke SMP yang bisa dibilang paling akhir ini.Ika dan Ninik harap-harap cemas karena takut mereka akan tergeser dan tidak bisa sekolah disana. Sementara aku? Aku santai aja karena yakin aku bakalan diterima karena nilai danemku cukup tinggi, ya walaupun tergeser menjadi pering