Syaqila baru mendudukkan diri di kantin. Lalu, ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba duduk tepat di depannya. Dirinya tertegun saat menyadari siapa itu."Apa yang kau lakukan di sini?"Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. Untungnya, lawan bicaranya itu memiliki pendengaran yang tajam."Makan," balasnya, seraya mengedikkan bahu dengan acuh. Dia sudah memesan makanan. Sekarang dia mulai menikmati makanannya tanpa peduli ekspresi keberatan Syaqila.Syaqila berdesis kesal, dirinya diabaikan. orang itu jelas tidak mau tahu apa yang ingin ia katakan. Pandangannya menyapu sekitar, saat itu dia menyadari jika hampir semua orang menatap padanya. Lebih tepatnya, pada mereka berdua. Perasaan Syaqila semakin tidak nyaman karenanya."Raffael."Pria itu mendongak, menatapnya. Dia menghabiskan makanan di mulutnya terlebih dulu sebelum menyahut, "Ada apa?""Haruskah sekarang?" Syaqila bertanya dengan gelisah. Dia tahu dan dia sadar jika saat ini dia dan Raffael adalah sepasang kekasih. Tapi, b
"Bukankah itu Syaqila?" Rui yang sejak tadi memperhatikan dengan heran mengalihkan pandangan pada dua temannya. "Kukira mereka tidak begitu dekat.""Aku sudah mendengar jika Raffael mengenal Syaqila sejak awal. Tapi melihat mereka bersama tetap terasa mengejutkan," tanggap Ando.Freya sendiri merasa demikian. Pemandangan yang mereka lihat saat ini termasuk langka. Mereka yang biasanya menemukan Raffael bersama mereka, kini hanya bisa memperhatikan pria itu dari jauh. Lebih mengejutkan lagi karena Raffael bahkan bisa bersama dengan perempuan yang cukup populer di kampus."Mereka terlihat akrab." Freya berkomentar. Dia bingung, tapi perasaannya tidak senang. Karena Raffael merupakan teman dekatnya, namun karena masalah yang terjadi terakhir kali hubungan mereka jadi renggang. Pria itu tidak menghampiri mereka dan memilih orang lain."Apa dia menjauhi kita?" tanya Ando bingung. Dia heran mengapa Raffael memilih duduk bersama Syaqila dibanding dengan mereka? Bukankah biasanya Raffael hany
Jeslyn mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak senang dengan apa yang dilihatnya saat ini. Niat hati ingin segera pulang, menghabiskan uang dengan berbelanja di pusat perbelanjaan, Jeslyn seketika kehilangan minatnya saat ia menemukan pemandangan tak menyenangkan di depan mata.Sial! Sejak kapan Raffael dan Syaqila sedekat ini?Dia sudah tahu dan sudah menduganya. Tapi melihat mereka bersama tetap mengejutkan, membuat dirinya tak senang. Jeslyn segera berjalan menghampiri mereka dan mendorong tubuh mereka supaya berpisah. Jarak yang terlalu dekat itu menyakiti matanya."Jeslyn?" Raffael sedikit terkejut dengan kedatangan perempuan itu yang tiba-tiba. Juga tindakannya yang tidak bisa ditebak. Jeslyn sepertinya cemburu dengan kedekatannya bersama Syaqila."Kau ini apa-apaan?!" protes Syaqila. Dia sebal karena hampir jatuh setelah Jeslyn mendorongnya tanpa perasaan. Untung saja dia sempat berpegangan pada salah satu kendaraan yang terparkir. Jika tidak, dia pasti sudah tersungkur dengan m
"Tidak sopan." Syaqila mencibir.Tapi Raffael yang mendengarnya sama sekali tak peduli. Dia memilih menjalankan mobilnya dengan acuh. Mereka sudah berencana untuk pergi ke rumah nenek sebelumnya. Raffael akan menepati janjinya."Apa kau ingin membeli sesuatu?" tanya Raffael."Benar." Syaqila baru menyadari satu hal. "Aku harus membawa sesuatu. Jika aku datang dengan tangan kosong, itu akan tidak sopan."Syaqila berbeda dengan Raffael yang sudah menganggap kakek dan neneknya seperti rumah. Syaqila harus lebih menjaga sikapnya ketika bertemu mereka, menunjukkan sikap yang penuh sopan santun. Meski perbedaan antara mereka cukup jelas, Syaqila tidak keberatan dengan posisinya sendiri."Raffael, apa yang disukai nenek?" Syaqila mungkin harus memastikan lebih dulu. Dia tak ingin membuat kesan buruk di awal pertemuan mereka. Neneknya mungkin akan menunjukkan wajah masam jika Syaqila membawakan makanan yang tidak sesuai dengan seleranya."Belilah apa saja." Raffael tak ingin repot memikirkann
Romeo menepuk pundak Raffael pelan. Pria tua itu mengedikkan ujung dagunya ke satu arah."Kenapa kau mengajaknya kemari?""Memang tidak boleh?" balas Raffael ketus. "Kakek sendiri yang memaksa aku untuk bersama dengannya. Apa aku salah jika membawanya?""Tidak. Hanya saja terlalu tiba-tiba hingga aku terkejut." Romeo duduk di samping cucu laki-lakinya itu. Dari tempatnya saat ini, dia bisa memperhatikan bagaimana Emily dan Syaqila menghabiskan waktu bersama di dapur. Dua perempuan itu sibuk membuat kue. Membuang waktu untuk hal yang merepotkan menurut Romeo sendiri."Jangan berpikir aku hanya berpura-pura," sengit Raffael. "Meski aku terpaksa, aku sungguh menerimanya mulai sekarang. Tapi aku tetap tidak menyukainya.""Raffael." Romeo menepuk pundaknya, menghela napas berat. "Aku sebenarnya tidak memaksa. Tapi, cobalah untuk menerimanya walau sebentar. Kalian bisa saling menyesuaikan. Jika memang tidak menemukan kecocokan, aku menyerah, dan aku akan mengijinkan kalian untuk berpisah."
Romeo dan Emily seolah sengaja memberikan waktu bagi Raffael dan Syaqila untuk berbincang-bincang. Tapi apakah itu berguna? Sedangkan sejak tadi Raffael bersikap acuh tak acuh. Pria itu lebih senang menatap handphone-nya daripada bicara dengan Syaqila. Menurutnya, perempuan itu tidak asik diajak bicara.Syaqila yang merasa jenuh menghela napas kasar. Dia merasa kesal, tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Sikap Raffael memang seperti ini.Syaqila menginginkan kehadiran neneknya yang entah pergi kemana bersama kakeknya. Syaqila lebih senang jika orang tua itu ada di sini. Daripada menghabiskan waktu dengan Raffael yang sama sekali tak menganggap kehadirannya.Syaqila melirik jam di tangannya. Ini sudah lima belas menit, dan neneknya sampai sekarang tidak kembali."Ada apa denganmu?" tanya Raffael. Merasakan kegelisahan perempuan di sisinya itu membuat dirinya terganggu."Aku hanya bingung, kemana nenek? Kenapa dia tidak kunjung kembali?" balas Syaqila, mengutarakan keresahannya."Tidak p
"Bagaimana harimu?"Utari menyambut antusias saat melihat putrinya kembali dari kampus. Dia menarik Syaqila, mengajaknya untuk duduk di ruang tamu.Sebelumnya dia sudah mendengar jika putrinya itu menerima permintaannya untuk menjalin hubungan dengan Raffael. Awalnya Utari merasa keberatan. Tapi, setelah dipikirkan kembali, tidak ada salahnya membiarkan putrinya untuk menjadi salah satu cucu menantu Romeo. Syaqila tidak akan kesusahan. Dengan harta yang diwarisi Raffael nanti, dia bisa hidup dengan harta bergelimang.Memikirkan semua itu membuat Utari semakin bersemangat untuk menyuruh putrinya melakukan banyak cara supaya Raffael semakin mudah tertarik padanya."Hariku berjalan seperti biasa." Syaqila menjawab dengan memandang ibunya heran. Tidak biasanya ibunya itu bertanya. "Ada apa, Ma?""Apa kau bertemu Raffael hari tadi?"Utari hanya ingin memastikan sejauh mana hubungan mereka berkembang. Semakin cepat akan semakin baik terdengar. Karena dengan itu, Romeo akan puas dengan usaha
Raffael baru keluar dari lift. Dia menemukan Jeslyn yang tengah duduk menunggunya. Dalam hati Raffael merasa heran, bagaimana perempuan itu tahu tempat dia bekerja?"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Raffael, berjalan menghampirinya."Menemuimu." Jeslyn tersenyum. Perempuan itu mendekat padanya dan berbisik, "Aku baru menemukan satu hal yang menarik. Kuyakin kamu pasti terkejut."Raffael melengos, mendorong Jeslyn dengan perlahan. Dia tetap menjaga sikapnya supaya tidak menyakiti perempuan itu. Terlebih, saat ini mereka berada di kantor tempat ia bekerja."Apa yang kamu inginkan?""Kau harus mendengar dulu apa yang akan aku katakan." Jeslyn memegang lengan pakaian pria itu. Dia sedikit memaksa.Raffael sebenarnya enggan. Tapi dia merasa jika Jeslyn saat ini tidak berpura-pura. Dia mungkin benar-benar memiliki hal yang harus didengar olehnya. Entah itu kabar baik atau buruk, Raffael harus memastikannya."Baiklah." Raffael memilih untuk mengalah saat ini. "Ikut aku."Dia membawa Jesl