"Bagaimana?" Syaqila tentu tergoda dengan kebebasan yang ditawarkan. Dia sudah benci hidup dengan cara seperti ini. "Bagaimana caranya?"Pria itu menarik sudut bibirnya. Dia yakin sejak awal jika Syaqila akan setuju. "Terima perjodohan ini."Seketika, Syaqila membeku tak percaya.Bukankah pria itu sudah mengatakan padanya sejak awal jika ia tak menginginkan perjodohan ini? Ia juga berkata padanya jika dia akan berusaha membatalkannya. Tapi, kenapa sekarang dia berubah pikiran?"Apa yang kau inginkan?" Syaqila tidak bisa untuk tidak merasa curiga. Perubahan Raffael terlalu tiba-tiba. Ia khawatir jika ini hanya jebakan yang disiapkan pria itu untuknya."Kenapa kau begitu takut?" Raffael mengernyit heran. Apa dia baru saja mengatakan sebuah ancaman? Ia hanya mengatakan satu saran. Itupun jika Syaqila setuju dengan saran yang ia berikan. "Terlalu menakutkan berkencan denganku?"Perasaannya sedikit tersinggung."A-apa yang kau bicarakan?" Syaqila tergagap. Rona merah samar terlihat di kedu
"Dari mana saja?"Langkah Syaqila berhenti ketika suara ibunya terdengar. Ia melihat perempuan itu di ruang tamu. Pandangannya hanya fokus menatap layar televisi. Tapi, Syaqila tahu jika pertanyaan yang ia layangkan ditujukan padanya."Aku hanya menghabiskan waktu di luar sebentar, bersama Diandra." Syaqila menjelaskan. "Ada apa, Ma? Mama mencari ku?""Ada yang ingin aku bicarakan." Utari menyuruh Syaqila untuk duduk di dekatnya. Putrinya itu menurut tanpa banyak bertanya. Sifatnya yang seperti inilah yang membuat Utari menyukainya. Syaqila selalu mendengarkan apa yang ia katakan. "Syaqila, aku tahu jika situasi yang saat ini terjadi membuatmu tidak nyaman. Tapi, aku harap kau tidak membenciku karenanya."Syaqila menggelengkan kepalanya, "Aku sama sekali tidak membenci Mama.""Selama ini kau selalu patuh. Sifatmu itu membuat aku bangga karena berhasil mendidikmu dengan baik." Utari menarik napas sejenak. Ini situasi yang sulit baginya, tapi dia tidak bisa menghindar. Posisinya tidak t
"Bisa kau menjemputku?""Huh?"Raffael merasa heran saat Syaqila tiba-tiba meminta untuk dijemput saat dia baru akan pergi ke kampus. Untungnya, dia belum berangkat, hanya baru akan menaiki mobil miliknya."Ada apa?" tanya Raffael. Pria itu duduk di kursi kemudi, tanpa menjauhkan handphone yang sejak tadi menempel di telinganya. "Apa motormu bermasalah lagi?""Tidak. Aku hanya ingin bicara denganmu," balas Syaqila. "Aku rasa ini waktu yang tepat untuk membahasnya."Raffael tidak menduga jika Syaqila akan menghubunginya secepat ini, bahkan tanpa diminta. Tapi baguslah. Jadi ia tak perlu bersusah payah."Baiklah. Aku akan menemuimu."Raffael menutup teleponnya. Dia segera menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraannya itu meninggalkan rumah kakek dan neneknya.Hanya sekitar sepuluh menit, akhirnya Raffael sampai di depan rumah orang tua Syaqila. Ia melihat Syaqila berdiri menunggunya di dekat gerbang. Saat mobilnya berhenti tepat di depannya, perempuan itu segera masuk.Tidak menungg
Jeslyn terlihat sangat senang saat melihat Raffael datang. Dia sudah menunggu cukup lama untuk bisa bertemu pria itu. Tidak sia-sia ia bersabar di sini. Pria itu akhirnya menampakkan diri."Raffael!" Jeslyn menyapa. Dia duduk bersama teman-teman mereka. Walau sebenarnya ia tak begitu menyukai berteman dengan mereka. Namun karena Jeslyn tahu Raffael akan menemui mereka setiap ia berada di kampus, Jeslyn memutuskan untuk bersama mereka.Dugaannya tidak salah. Raffael benar-benar datang."Darimana saja?" tanya Freya. "Kukira kau akan datang lebih awal daripada kami."Karena ia sempat bertukar pesan dengan Raffael sebelum mereka berangkat, dan Freya tahu jika Raffael berangkat lebih dulu darinya. Tapi mengapa justru dia yang tiba lebih awal? Apa yang dilakukan pria itu?"Aku harus menjemput seseorang lebih dulu," jawab Raffael seadanya. Dia duduk di samping Rui yang sedang sibuk bermain game. Dia memilih tempat yang jauh dari Jeslyn. Tapi perempuan itu tidak menyerah. Dia memilih pindah k
"Siapa?" Raffael menaikkan sebelah alisnya."Aku tidak tahu." Orang itu mengedikkan bahunya. "Kau temui saja. Dia menunggu di dekat gerbang. Saat kau menemuinya, mungkin kau akan tahu."Orang itu pergi tanpa penjelasan lebih jauh.Raffael menghela napas. Dia bangkit, dan berpamitan pada teman-temannya. "Aku akan menemuinya lebih dulu. Kalian ke kelaslah lebih dulu."Pria itu pergi.Jeslyn yang masih merasa emosi, memutuskan untuk mengikuti Raffael. Tapi Freya segera mencegahnya."Kau mau kemana?""Kemana lagi? Tentu saja melihat orang itu. Aku yakin jika orang itu adalah orang yang dimaksud Raffael tadi." Jika Jeslyn melihatnya, dia bisa tahu siapa perempuan yang menumpang di mobil Raffael pagi tadi."Kau bahkan tidak tahu apakah itu orang yang sama atau tidak."Jeslyn terlalu impulsif. Disaat dia sendiri belum bisa memastikan, dia lebih memilih untuk langsung melakukan tindakan tanpa berpikir."Lebih baik kau diam. Kau juga tidak akan bisa bertindak sesuka hati. Raffael tidak akan me
Syaqila baru mendudukkan diri di kantin. Lalu, ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba duduk tepat di depannya. Dirinya tertegun saat menyadari siapa itu."Apa yang kau lakukan di sini?"Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. Untungnya, lawan bicaranya itu memiliki pendengaran yang tajam."Makan," balasnya, seraya mengedikkan bahu dengan acuh. Dia sudah memesan makanan. Sekarang dia mulai menikmati makanannya tanpa peduli ekspresi keberatan Syaqila.Syaqila berdesis kesal, dirinya diabaikan. orang itu jelas tidak mau tahu apa yang ingin ia katakan. Pandangannya menyapu sekitar, saat itu dia menyadari jika hampir semua orang menatap padanya. Lebih tepatnya, pada mereka berdua. Perasaan Syaqila semakin tidak nyaman karenanya."Raffael."Pria itu mendongak, menatapnya. Dia menghabiskan makanan di mulutnya terlebih dulu sebelum menyahut, "Ada apa?""Haruskah sekarang?" Syaqila bertanya dengan gelisah. Dia tahu dan dia sadar jika saat ini dia dan Raffael adalah sepasang kekasih. Tapi, b
"Bukankah itu Syaqila?" Rui yang sejak tadi memperhatikan dengan heran mengalihkan pandangan pada dua temannya. "Kukira mereka tidak begitu dekat.""Aku sudah mendengar jika Raffael mengenal Syaqila sejak awal. Tapi melihat mereka bersama tetap terasa mengejutkan," tanggap Ando.Freya sendiri merasa demikian. Pemandangan yang mereka lihat saat ini termasuk langka. Mereka yang biasanya menemukan Raffael bersama mereka, kini hanya bisa memperhatikan pria itu dari jauh. Lebih mengejutkan lagi karena Raffael bahkan bisa bersama dengan perempuan yang cukup populer di kampus."Mereka terlihat akrab." Freya berkomentar. Dia bingung, tapi perasaannya tidak senang. Karena Raffael merupakan teman dekatnya, namun karena masalah yang terjadi terakhir kali hubungan mereka jadi renggang. Pria itu tidak menghampiri mereka dan memilih orang lain."Apa dia menjauhi kita?" tanya Ando bingung. Dia heran mengapa Raffael memilih duduk bersama Syaqila dibanding dengan mereka? Bukankah biasanya Raffael hany
Jeslyn mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak senang dengan apa yang dilihatnya saat ini. Niat hati ingin segera pulang, menghabiskan uang dengan berbelanja di pusat perbelanjaan, Jeslyn seketika kehilangan minatnya saat ia menemukan pemandangan tak menyenangkan di depan mata.Sial! Sejak kapan Raffael dan Syaqila sedekat ini?Dia sudah tahu dan sudah menduganya. Tapi melihat mereka bersama tetap mengejutkan, membuat dirinya tak senang. Jeslyn segera berjalan menghampiri mereka dan mendorong tubuh mereka supaya berpisah. Jarak yang terlalu dekat itu menyakiti matanya."Jeslyn?" Raffael sedikit terkejut dengan kedatangan perempuan itu yang tiba-tiba. Juga tindakannya yang tidak bisa ditebak. Jeslyn sepertinya cemburu dengan kedekatannya bersama Syaqila."Kau ini apa-apaan?!" protes Syaqila. Dia sebal karena hampir jatuh setelah Jeslyn mendorongnya tanpa perasaan. Untung saja dia sempat berpegangan pada salah satu kendaraan yang terparkir. Jika tidak, dia pasti sudah tersungkur dengan m