ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 20Setibanya mereka di rumah, sampai kemudian Esha melakukan aktivitas – aktivitas kesehariannya, Esha sama sekali tidak tahu harus melakukan apa lagi terhadap suaminya.Ia sudah coba katakan dengan baik – baik solusi yang bisa ia tawarkan. Bagi Esha, menjadi sepasang suami dan istri memang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka saja, tapi lebih dari itu.Esha sudah berusaha untuk bisa menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri, yang mana ia mampu untuk memberikan perhatiannya dan kedewasaan juga solusi terbaik yang ia punya untuk keluarga ini.Namun sayangnya, kesabaran Esha sepertinya masih akan terus di uji oleh sifat Bram yang seperti itu. Entah sampai kapan, Esha belum bisa memutuskan kapan tepatnya ia akan menyudahi segala keterpurukan ini.Saat ini yang ingin Esha lakukan hanyalah diam. Dia tak ingin bicara lebih banyak Bram. Tubuh dan otak Esha juga lelah rasanya. Ia tak ingin terus – menerus membuat kepalanya sakit dan kondisi k
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 21“Memangnya hanya kamu yang bisa kesal, Mas? kamu benar – benar tidak bisa berlaku adil, dan kamu pun sama sekali tidak bisa bertindak tegas sebagai seorang suami. Kau pikir aku akan diam saja? aku sudah cukup mengalah selama ini …” ujar Esha dengan lantang. Sayangnya, ia tidak mengucapkannya secara langsung melalui lisannya, melainkan Esha mengatakannya di dalam hatinya sendiri. Ia tengah berdamai dengan keadaan yang sebenarnya memaksanya untuk bersikap berani mengatakan itu kepada Bram.Namun sayangnya Esha sudah memilih untuk diam. Ia pernah berjanji pada dirinya sendiri, tepatnya ketika ia tahu bagaimana posisi dan keadaan suaminya saat ini … Esha akan memilih untuk tetap berada di sisinya dan berusaha menemani Bram melewati masa- masa sulitnya melawan rasa trauma itu.Mungkin … sangat tidak layak jika itu hanya diartikan sebagai rasa simpati dan sejenisnya. Segala apa yang Esha berikan pada Bram, termasuk apa yang ia usahakan untuk suaminya sampai
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 22“Aku sudah membagi dua aset rumah yang sama besarnya. Jadi kamu, tidak berhak untuk terus merengek dan meminta hak yang sama besarnya dengan Esha. Kamu dengar itu?” pekik Bram yang berusaha untuk bersikap tegas pada Alysa.‘Shut!’Alysa dengan segera menyambar kunci rumah yang masih berada di tangan Bram. “Aku kan hanya meminta kamu untuk adil. Kalau mbak Esha saja dari awal sudah menguasai rumah ini, maka wajar jika aku bisa mendapatkan rumah yang sama besarnya. Lalu …. Jika mbak Esha juga mendapatkan mobil dan perusahaan, lantas … apa kamu tega membiarkanku tidak mendapatkannya juga, Mas?”Suara Alysa benar – benar terdengar tidak tahu malu. Tanpa ragu ia bahkan kembali meminta sesuatu yang nilainya fantastis. Bukan barang murah yang main – main. Jelas sekali terlihat watak asli Alysa yang memang serakah, penuh dengan karakter manja, hidup penuh dengan kemewahan tanpa mau bekerja atau mengusahakan sesuatu.Esha lantas mendengkus, membuang napasnya k
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 23“Hush! Sudah diam lah kamu, Mas. Kamu sendiri bahkan tidak bisa menjadi suami yang normal dan adil. Masih pantaskah kamu memintaku untuk ini dan itu, hum? Aku sudah cukup tertekan tinggal di rumah ini!”Alysa membanting sebuah kain yang sempat ia bawa dari atas. Ia hentakkan cukup keras di sebuah sofa panjang tepat disisi kanan tempat Alysa dan Bram masih berdiri.Usai menuntaskan kalimat terakhirnya, Alysa kemudian membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi dengan cepat dari pandangan Bram. Bram sama sekali tidak menjawab. Ia terlanjur malas dan kesal dengan sikap Alysa.Bersama Alysa, Bram selalu saja merasakan hatinya sakit seolah tercabik – cabik. Kata – kata Alysa benar – benar tidak bisa ditoleransi bagi Bram. Bram selalu saja merasa dirinya kembali tak berguna setiap kata itu kemudian sampai kepada kedua telinganya.Meski apa yang Alysa katakan memang ada benarnya dan sesuai fakta, tetap saja Bram masih merasa belum bisa menerima kata – kata itu.
Antara Aku, Suami dan Maduku – 24“Sebagai syarat yang pertama, aku ingin kamu ikut bersama denganku besok pagi.”Kening Bram sedikit berkerut. Ia mencoba untuk menebak gerak ekspresi Esha yang saat ini masih menatapnya dengan tatapan ambigu, sehingga sulit untuk bisa ia definisikan.“Kemana?” sahut Bram pelan. Nada suaranya yang bariton terdengar tetap tenang meski sesungguhnya ia merasa amat sangat penasaran.“Rahasia. Tidak akan aku beri tahu. Kamu di larang bertanya dan hanya boleh ikut kalau memang kamu mau untuk aku maafkan!” sahut Esha tanpa ekspresi.Bram memutar bola matanya sedikit kesal dan kecewa.“Besok pagi bukannya kau ada jadwal ke kantor? hey … aku tahu kau selalu ada meeting bersama vendor di hari Kamis pagi. Iya kan?” Bram kembali mencari – cari alasan.“Ya … memang. Aku ini bukan seorang pelupa. Jadi tanpa kau mengingatkan aku pun aku tahu. Termasuk …. Setiap kebohongan yang mungkin saja masih kau lakukan, aku masih ingat.” Esha memicingkan sebelah matanya seolah s
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 25“Ibu tenang saja, ini soal keluarga terdekat ibu kan? Saya akan beritahu dokter Harris segera. Ibu bisa segera membuat jadwal dengan dokter Haris,” ujar dokter Luis dengan begitu ramah.Esha lantas melemparkan senyum simpulnya pada dokter Luis. Dalam hati, Esha seperti merasa dokter Luis tahu dan bisa menebak siapa yang Esha maksut. Tapi Esha memilih untuk tidak akan membahasnya, ia mencoba untuk tetap bersikap tenang dan biasa saja seolah memang dokter Luis pun tidak tahu siapa orang yang Esha maksut.Usai mengatakan hal tersebut, Dokter Luis segera menghubungi dokter Harris. Terdengar pembicaraan diantara keduanya di hadapan Esha sehingga Esha bisa mendengar dengan jelas apa yang disampaikan dengan dokter Luis.“Eum, maaf dok … bisa jika saya minta pertemuan besok pagi? Mungkin sekitar pukul sembilan atau sebelumnya?” bisik Esha sedikit memekik, untuk menahan suaranya. Khawatir dokter Harris bisa mendengarnya dari sebrang telepon sebab pembicaraan
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 26‘Padahal aku sudah dengan susah payah menyusun dan membuat janji dengan dokter Haris … argh, lagi dan lagi Alysa selalu saja menjadi penghalangnya. Kalau saja aku tahu dia akan sangat merepotkan seperti ini, tidak akan aku memberi hati dan kesempatan di awal pertemuan kita. Tebakanku memang benar … bahwa Alysa tidak bisa dianggap remeh, dia akan lebih berbahaya terlebih jika ada orang dibelakangnya..’Esha menggigit bagian bawah bibirnya sembari menatap jauh ke arah mobil Bram yang kini telah menghilang dari jarak pandangnya. Esha menahan kecewa, ia berpikir keras bahwa penyebab ini semua adalah Alysa. Tapi ia tak akan mempermasalahkan hal itu sekarang. yang perlu ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar dokter Haris tidak merasakan kecewa yang sama dengannya. Esha yang sudah mengganti jadwal kerjanya, terpaksa harus berakhir dengan sia – sia seperti ini.Ia pikir, ia bisa mengosongkan satu hari ini untuk bisa menemani Bram menjalani pemeriksaan un
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 27“Jangan berusaha mengingatku kalau memang kamu tidak tahu dan tidak ingat … tak apa, santai saja, Esha … lagipula kita memang belum pernah mengenal sebelumnya.”Esha tersenyum getir, menanggapi pria ini. ‘Siapa laki – laki ini sebenarnya?’Namun karena Esha merasa tak bisa melanjutkan hubungan dan permintaannya jika memang ia tidak tahu persis siapakah sosok orang yang dihadapannya, maka Esha bertekad harus tahu terlebih dahulu apa maksut dari kalimatnya tadi.“Ah tidak – tidak. Bukan aku tidak ingat, aku benar – benar merasa … merasa familiar, namun aku masih belum bisa menemukan siapa Anda sebenarnya?” ujar Esha sembari menyampaikan permohonan maafnya dengan kedua tangan yang ia rapatkan di depan dadanya.Pria itu tertawa renyah. “Aku kerabat jauh dari Alysa. Aku juga tak tahu bagaimana bisa Alysa menikah dengan laki – laki yang sudah memiliki istri sempurna sepertimu. Kalau saya pikir – pikir, rasanya wajar karena memang keluarga Alysa punya andil
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 67“Kamu tunggu saja disini, aku akan bawa dia secepatnya ke hadapanmu. Aku janji, Esha.” Entah mengapa bagi Esha, setiap kata – kata yang kemudian keluar dari bibir dokter Haris terasa begitu menenangkan. Esha tak tahu ada ramuan apa di dalamnya, atau ada sihir apa yang sedang digunakan oleh laki – laki tampan yang ada di hadapannya itu.Bukan hanya sekali dua kali saja, sudah banyak kali rasanya Esha merasakan tatapan hangat dan kata – kata yang begitu hangat dari bibir dokter Haris. Benar – benar sosok laki – laki idaman yang memang Esha butuhkan dalam kondisi seperti ini.Tidak, mungkin tidak hanya dalam kondisi seperti ini saja. Melainkan banyak kondisi lain yang Esha butuhkan seperti halnya hidup bersama sampai akhirnya maut memisahkan keduanya.‘Hentikan Esha … jangan sampai kamu berpikiran yang tidak – tidak soal dokter Haris. Ini bukan saatnya kamu untuk memikirkan dia laki – laki terbaik atau semacamnya. Kamu harus selesaikan urusanmu. Berap
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 66“Esha, lebih baik kita bersiap untuk pergi sekarang. Langit sudah semakin terlihat gelap. Khawatir kita akan terlambat untuk menemukan Bram,” ujar dokter Haris dengan tegas. Ia tak menatap wajah Esha sehingga ia tidak tahu bagaimana persisnya ekspresi wajah Esha saat ini.Yang dokter Haris tahu, saat ini ia bahkan kesulitan mengatur detak jantungnya sendiri. Ia buru – buru mengalihkan perhatiannya sembari memasangkan sabuk pengaman miliknya dan mengutak – atik kunci mobil yang berada di sebelah kemudi.Esha tahu. Ia sudah berlebihan. Segera ia mengalihkan wajahnya dari hadapan Dokter Haris.‘Bodoh sekali kamu Eshaaa … bagaimana bisa kamu, argh!!’ gumamnya dalam hati. Esha memaki – maki dirinya sendiri sembari menggigit bibirnya bagian bawah. Jujur saja, Esha merasa malu bukan main. Meski memang benar bahwa niat dan tujuannya adalah untuk mengekspresikan rasa senangnya, namun tetap saja … tetap saja itu bisa dianggap sebagai perasaan yang berlebih. A
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 65“ … Aku akan pinjamkan modal padamu sebagai langkah awal kita berbisnis. Itu pun kalau memang kamu mau. Yang mau saya tekankan disini adalah, kamu jangan sampai merasa jatuh sendiri hanya karena kejahatan orang lain. Mereka semua tidak berhak mendapatkan perhatian dan rasa belas kasihmu sama sekali.” Begitu bijak dan menenangkan. Esha tiddak bisa mengelak bahwa pesona dokter Haris begitu membuatnya silau. Bukan karena harta semata, namun dari segi kedewasaan dan tanggungjawabnya pada apa yang sedang menjadi amanahnya.Tapi Esha tidak pernah berpikir untuk bisa mendapatkan perhatian dokter Haris lebih dari ini. Ia pun tidak pernah berharap lebih. Esha menyadari dirinya siapa, dan dokter Haris itu siapa. Yang ada, Esha justru akan selalu merepotkan dokter Haris jika terus begini. Padahal, mereka tidak ada hubungan apapun dan perkenalan mereka juga masih dalam hitungan bulan saja. “Jadi bagaimana, Esha?” suara dokter Haris membuat Esha merasa terkesia
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 64“Dasar br*ngs*k!!” ujar Esha yang memekik dengan cukup melengking dari bibirnya yang mungil itu.Meski mungkin menurut Esha tidak terlalu lantang, namun tetap saja dokter Haris bisa mendengarnya dengan sangat jelas baagaimana cara Esha meluapkan kekesalannya itu. Esha benar – benar terlihat penuh amarah dan kekesalan yang memuncak.“Are you okay?” dokter Haris pelan – pelan mulai membuka suaranya kala Esha nampak lebih tenang dari sebelumnya.Dan hal ini tidak bisa dilihat hanya dari satu dua menit saja. lebih dari itu, dokter Haris sampai harus menunggu sampai beberapa menit ke depan.Karena jujur saja, dokter Haris terkejut bukan main. Belum pernah dalam sejarahnya ia mendengar seorang perempuan yang begitu marah pada keadaan yang tidak bisa ia perbuat apa – apa. “Ya, I’m okay.” Esha menjawabnya singkat. Tanpa senyum, tanpa ekspresi. Dan tak lama berselang, bulir – bulir air mata mulai menetes membasahi pipi kanan Esha yang nampak bulat sempurna.
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 63“Apa nggak lebih baik kalau kamu segera menghubungi Ibu Lidya sekarang?” “Nggak, dok. Saya nggak bisa bilang sekarang. saya harus temukan mas Bram lebih dulu baru saya akan bilang. lagipula, kalau dipikir – pikir, bagaimana mungkin kita tidak bisa menemukan seorang Bram dalam satu kota yang sama seperti ini. aneh kan?” Esha menolak dengan tegas meski dokter Haris memintanya beberapa kali untuk menghubungi mama mertuanya itu. alasan Esha memang tegas, dan menurutnya memang logis bahwa terasa aneh jika saja Bram ada di satu daerah yang sama, semestinya sudah lebih cepat di temukan. Peristiwa kabur – kaburan ini tidak akan berhasil kalau memang tidak ada yang membantu Bram untuk bersembunyi. Atau justru … sebentar lagi Bram akan berniat untuk pergi lebih jauh dari jangkauan Esha. Esha benar – benar tidak akan bisa membiarkannya. Esha harus bergerak cepat. cepat untuk menemukan Bram dan meminta klarifikasi suaminya itu dengan sejelas – jelasnya.“Iya
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 62“Hmmph. Perempuan..” “Dokter mau bilang saya tidak bisa baca google maps, begitu kan?” sergah Esha dengan rasa kesalnya. Bukan kesal, lebih tepatnya Esha tak suka dengan sikap dokter Haris yang nampak jengkel karena ulah Esha. Padahal, Esha benar – benar tidak sengaja melakukan itu. “Eh?” dokter Haris meringis pahit kala secara tak sengaja telinga Esha rupanya menangkap jelas apa yang dokter Haris keluhkan itu.“Um, bukan … bukan begitu maksut saya,” bela dokter Haris persis seperti seorang pencuri yang tidak bisa berkutik.“Lantas?” sambung Esha lagi seolah – olah ia tidak tahu. Padahal, Esha juga sangat tahu kemana arah kekesalan dokter Haris tadi sampai harus melengkuh seperti itu.“Tidak mengapa. Fokus saja, ini kita kembali bertemu persimpangan. Setelahnya kemana?” balas doketr Haris yang masih sangat sibuk melihat ke kanan dan ke kiri memperhatikan sekeliling. Khawatir ada sesuatu di sekitar mobilnya. dan yang jelas, dokter Haris sedang mema
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 61“Kamu jangan khawatir, aku bisa jaga rahasia kok. lagi pula, memang sudah sewajarnya aku bantu kamu. Karena memang sejak awal, dokter Luis sudah menitipkan kamu padaku.” Dokter Haris menatap Esha dengan tatapannya yang sendu.Esha menarik kedua alisnya ke atas seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar sebelumnya. “Hum? Maksutnya, dok?”Senyum dokter Haris mengembang. Tak terlalu tinggi, namun cukup berhasil membuat Esha mulai merasakan detakan yang semakin cepat di dalam peredaran darahnya. Masih dengan ciri khasnya yang manis sembari menggenggam kedua bahu Esha, dokter Haris lantas mengatakan sesuatu dengan lirih. “Nanti saja. aku bisa ceritakan itu dengan lebar. Sekarang, kita cari Bram dulu. Bagaimana?” Mendapatkan perlakuan seperti itu, tentu saja Esha semakin tidak karuan. Perasaannya mulai kacau dan menjadi – jadi. Esha malu, kikuk, canggung, ingin tahu tapi tak bisa berbuat banyak. Yang ada, Esha hanya bisa diam menahan napasnya agar tak
ANTARA AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 60“Ba – bagaimana, bisa?? Laki – laki itu?” ujar Esha yang masih tidak mengerti dengan apa yang kini ia lihat di hadapannya.Rupanya benar, Esha benar – benar mengenali siapa pria itu. Dia adalah orang yang sedang Esha cari. Dia adalah Bram. suami Esha sendiri. Tepat di depan matanya, Bram dibonceng oleh seseorang yang entah siapa. mereka terlihat begitu tergesa – gesa meninggalkan tempat ini sampai beberapa kali mereka harus di teriaki dan di klakson oleh beberapa orang pengendara mobil lainnya. “Mau kemana dia? Apakah mas Bram tahu kalau ini aku?” pikir Esha yang masih berbicara dengan dirinya sendiri.Tapi kalau dipikir – pikir, tidak mungkin rasanya Bram tidak tahu Esha. Meskipun dengan tumpukan mobil yang saling berjejer seperti ikan asin di tengah lautan jalan raya seperti itu, seharusnya Bram masih tetap tahu dimana Esha dan mobil yang sedang dikenakan oleh istrinya. Tidak mungkin Bram tidak tahu.Begitulah kiranya apa yang masih tersimpan di d
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 59“Jadi benar bahwa siapa yang menghubungi ponsel Alysa tadi adalah Bram?” ujar laki – laki itu, ditambah dengan senyum tipisnya yang memiliki banyak arti yang berbeda.Esha yang semula hampir melangkah pergi, lantas menahan kakinya dan diam berdiri di sisi pintu keluar kamar Alysa. Posisi tubuh Esha, sudah menghadap ke arah laki – laki tersebut.“Siapa kamu sebenarnya? Dan bagaimana kamu tahu persis tentang keluargaku?” tanya Esha.“Tidak. Aku tidak tahu banyak soal kalian. Aku hanya orang lama yang sakit hati dengan kalian. Dan aku sudah bilang kan, bahwa Alysa memiliki hutang denganku sehingga ia harus membayar semuanya termasuk dengan rumah ini.” laki – laki itu menjelaskan dengan begitu santai.Esha mungkin mengerti, tapi ia tak terlalu paham hutang apa yang dimaksud oleh laki – laki itu.“Hutang apa?” tanya Esha penuh dengan rasa penasaran.“Hutang janin antara aku dan Alysa yang pernah kami nantikan bersama,” jawab laki – laki dengan suara yang