Hari berganti malam, saat aku sedang terlelap tidur karna kelelahan mamah datang ke kamarku dan menyiramiku dengan satu ember air.
Byurrr ..
"dingin mah," isak ku kedinginan.
"dingin ya, makanya kalo di panggil itu cepet datang ini malah enak-enakan tidur," bentak mamah sambil melempar ember.
"A..ada apa mah?" tanyaku dengan gugup.
"ikut mamah." mamah menarik tanganku dengan secara paksa.
"sakit mah pelan-pelan," lirih ku.
"diam jangan manja."
Tanpa di sangka mamah membawaku ke kamarnya dan mendandaniku dengan sangat menor.
"Mah,mamah ngapain?" tanyaku sambil terisak.
"Diam, kamu harus cari uang. kalo kamu terus enak-enakan rebahan di rumah, kamu mau makan apa?" jawab mamah sambil terus mendandaniku.
"Tapi kerja apa malam-malam begini?"
"Banyak tanya banget si, tinggal diam dan turuti saja apa susahnya?," ketus mamah.
"Mah, mamah tidak berniat menjual ku pada om-om kan?" tanyaku lagi sambil berlinang air mata.
"Ashhh.. ngapain nangis si? susah make-up in nya. tenang saja mamah tidak akan menjualmu, mamah hanya memintamu menemani temen mamah aja kok gak lebih."
"MAMAH PIKIR AKU WANITA APA?TERAKHIR KALI MAMAH BILANG HANYA MENEMANI SAJA, TAPI UJUNGNYA? MAHKOTAKU MALAH HILANG DI RENGGUT PRIA PARUH BAYA TAK DI KENAL," bentakku sambil menangis tersedu.
"DIAM! KAU MENYALAHKANKU? ITU TERJADI KARNA KAU MEMANG TAK BISA MENJAGA HARGA DIRIMU DENGAN BENAR." mamah balik membentak.
Akupun hanya bisa diam tanpa bisa berkutik sedikitpun dan tidak lama kemudian mamah memberikanku baju dengan ukuran yang sangat kecil lalu akupun bertanya.
"Apakah mamah tidak salah memberikanku ukuran?""Salah apanya? cepat pakai jangan banyak protes ini baju mahal," ketus mamah.
Aku yang tak berdaya hanya bisa pasrah menuruti ucapan mamah. setelah selesai bersiap mamahpun mengantarkan ku ke luar dan disana sudah ada sebuah Lamborghini merah dengan seseroang yang tengah duduk di kursi depan.
"Hallo,, maaf terlambat," sapa mamahku dengan senyum yang begitu lebar.
"Tidak apa-apa, anakmu cantik juga ya."
"Tentu dong, tolong jaga dia baik-baik ya ."
"Baiklah,"
Lalu tanpa bicara apapun mamah mendorongku masuk ke dalam mobil mewah itu. Rasanya aku ingin mati saja, seketika aku berpikir apakah benar bahwa dia adalah mamah kandungku? aku bahkan tak pernah bisa merasakan kehangatan jiwa seorang ibu darinya.
****
Mobilpun melaju entah kemana tujuannya. Aku hanya bisa duduk diam sambil meneteskan air mata. Apa yang salah dengan hidupku? aku hanyalah seorang gadis yang baru saja berusia 16 tahun. Harunya sekarang aku sedang sibuk mengerjakan PR,atau kerja kelompok dengan teman-teman seusiaku bukan malah duduk menemani om-om yang usianya lebih pantas menjadi ayahku.
Di tengah perjalanan, tangan pria paruh baya itu mulai menggerayap ke atas pahaku dan dengan refleks tangan kananku mendorongnya dan menampar wajahnya.
"Apa yang om lakukan?" tanyaku dengan nafas yang terengah-engah.
Mobilpun berhenti.
"SIAL DASAR GADIS TAK BERGUNA," bentak pria paruh baya itu lalu dia memukulku dengan tangan kerasnya.
"BERANI-BERANINYA KAU MEMUKULKU," bentaknya lagi.
Dan pertengkaranpun terjadi di dalam mobil yang begitu sempit itu. Pria itu memukulku berkali-kali dan menarik rambutku dengan begitu keras. Aku berusaha melawan, namun tak bisa bahkan dahi serta bibirku sudah di penuhi darah karna pukulan keras yang ku terima. Aku terus memberontak dan berusaha membuka pintu mobil.
"Mau kemana kamu?" tanya pria paruh baya itu sambil menarik rambutku.
"Sakit om sakit," jeritku.
"Sakit ya, suruh siapa melawan? Seandainya kamu diam dan menikmati saja aku tak mungkin seperti ini mengerti?" bisik pria paruh baya itu.
"Aku mohon lepaskan aku om."
"Tidak semudah itu gadis manis, aku sudah membayar banyak pada ibumu jadi, biarkan aku....." pria paruh baya itu tersenyum jahat sambil berniat membuka kancing bajuku.
Aku yang tak tau lagi harus bagaimana berusaha untuk memberontak. Tanganku terus menggerayap mencari benda tajam yang bisa ku jadikan senjata namun tak ada satupun yang bisa ku temukan.
"Aku mohon jangan lakukan ini om," isakku terus memohon.
Pria paruh baya itu terus menyosor hingga ku lihat bahwa telinganya begitu dekat dengan wajahku. Tanpa berpikir lagi akupun menggigit telinganya hingga berdarah. Pria paruh baya itu berteriak kesakitan lalu akupun memanfaatkan kelengahannya untuk melawan lebih kuat lagi. Ku lepas sepatu hak ku dan memukulkannya ke wajah pria paruh baya itu. Pada akhirnya pria itu benar-benar lengah dan akupun berhasil keluar dari mobilnya lalu berlari mencari pertolongan dengan telanjang kaki.
"TOLOOOONGGGG AKUUUU... AKU MOHON SIAPAPUN TOLONG AKUUUUU..." teriakku sambil menangis.
Berkali-kali aku terjatuh dan bangun kembali hingga kakiku di penuhi oleh luka dan berdarah. Pria itu terus mengejar ku namun disisi lain aku sudah tak sanggup berlari lagi.
Ibarat sebuah drama, seseorang memelukku dengan tiba-tiba agar aku tak terlihat oleh pria paruh baya itu. Kutatap wajahnya yang tertutup topi hitam, dia menatapku dengan tajam sambil berbisik
"Bersikap biasa saja agar dia tak curiga."Akupun terdiam dan menunduk dalam pelukannya sambil menangis. Dan setelah pria paruh baya itu pergi, pria tampan itu membawaku ke tempat duduk terdekat.
"Tidak bisa begini, kamu harus pergi ke rumah sakit," ucapnya sambil terus melihat luka-luka di tubuhku.
"Tidak apa-apa kok aku baik-baik saja," jawabku.
"Kalo begitu, kamu tunggu disini aku akan beli salep dan Sandal dulu untukmu," ujar pria tampan itu sambil bergegas pergi.
"Tidak," tahanku.
Pria tampan itu kembali menatapku.
"Aku tau aku hanyalah wanita tak di kenal olehmu, tapi mohon jangan tinggalkan aku aku takut pria itu akan menemukanku jika aku sendiri," ujarku.
"Hmmmm... kalau begitu naiklah," ucap pria tampan itu sambil memberikan pundaknya.
Tanpa rasa malu akupun di gendong olehnya.
Di jalan menuju apotek.
"Terimakasih sudah mu menolongku," ucapku.
"Tidak apa-apa."
****
Singkat cerita, pria tampan itu mengobati lukaku dan memasangkan sendal jepit.
"kenapa gadis muda sepertimu berkeliaran sendiri hingga di kejar pria tak di kenal?" tanya pria tamban itu.
"Benar sekali hehe, kenapa gadis muda sepertiku bisa seperti ini?"
"kau baik saja-saja sekarang?"
"iya aku baik-baik saja kok, makasih sudah mau menolongku dan sebaiknya kamu pulang saja ini sudah malam."
"biar ku antar kamu pulang dulu."
"ah tidak apa-apa aku akan mampir ke rumah temenku deket sini kok," ujarku menolak untuk di antar pulang.
"Benarkah?"
"Hmmm." Aku mengangguk.
"Baiklah kalau begitu hati-hati ya," ucap pria tampan itu dan langsung berdiri.
"Makasih,jika kita bertemu lagi aku akan segera membalas kebaikanmu," ujarku sambil tersenyum.
"Aku akan menunggunya." Pria tampan itu menyeringai padaku.
Dan tidak lama kemudian,Diapun berlalu dari hadapanku. akupun langsung bergegas untuk kembali pulang.
****
Setibanya di rumah.
plakkkkkk ... mamah memukul kepalaku dari belakang dengan sapu lidi yang dia pegang.
"AWWW sakittt mah," teriak ku.
"Dasar anak tak berguna, sini kamu. sepertinya kamu harus di beri hukuman yang setimpal agar bisa sadar," ketus mamah sambil menarik rambutku dan membawaku ke gudang.
"Mah, mamah mau membawaku kemana?"
"DIAM!!"
"Mah, mamah taukan aku takut gelap?" aku terus memberontak.
"DIAM!! MALAM INI KAMU TIDUR DI GUDANG INI KAMU MENGERTI?"
Lalu mamahpun mengunci pintu gudang dan membiarkanku berada dalam kegelapan sepanjang malam.
Menangis pun tak ada gunanya, karna aku tau tak akan ada belas kasihan dari mamah. Tanpa memberontak lagi, akupun tertidur di lantai tak ber alas itu.
~Bersambung~
pagi pun tiba. Seperti biasa Alea pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan makanan dia pergi dengan naik angkot,saat sedang menunggu angkot di pinggir jalan tiba-tiba"Hai," sapa Gevan yang mau berangkat sekolah."Hah, kakak yang semalam nolong aku kan?" tanya Alea dengan kagum."Iya hehe ,, kamu baik-baik saja sekarang?""Berkat kakak aku baik-baik saja.""Tapi lukamu sepertinya gak di obati lagi, mau aku obati?" ujar Gevan."ahh tidak apa-apa aku baik-baik saja kok hehe,kakak mau sekolah ya.""Iya, kamu mau kemana?""Aku mau ke pasar kak.""Ya udah aku anterin yuk, kebetulan aku lewat sana kok," tawar Gevan sambil mengambil ranjang belanjaan dari tangan Alea."Eh tidak-tidak kak, aku terlalu kotor untuk naik motor kakak.""Gapapa naek aja ayo, lumayan ngirit ongkos.""Ta
Keesokan harinya.Saat tiba di sekolah, Gevan langsung berlari menuju kelas untuk mencari Ralia. Dia ingin buru-buru menceritakan kabar bahagianya kepada teman dekatnya dan setibanya di kelas."Ra..Ra.." panggil Gevan."Apa Gev?" jawab Ralia dan langsung menutup buku yang sedang ia baca."Akhir pekan nanti aku akan ke panti asuhan itu sama ayah," ujar Gevan dengan begitu riang."Benarkah?""Iya, untungnya ayah ku masih berhubungan dengan panti itu jadi, aku bisa ikut jika ayahku pergi kesana," jelas Gevan."Wah .. aku ikut fbahagia Gev selamat ya.""Selamat buat apa?" potong Seila yang tiba-tiba datang."Kepo." ejek Gevan."Heh Gev kamu bener-bener keterlaluan ya, masa Ralia di kasih tau aku nggak," ketus Seila."Apanya yang keterlaluan? orang dari awal aku sama Ralia temen Deket," jawab G
"Gevan kemana si? di telpon gak di angkat, di WA pun gak di balas," ujar Raina yang sedang duduk di bibir jendela sambil terus menatap ke arah handphone nya menunggu pesan dari Gevan.Lalu Raina pun kembali menelpon Gevan dan tetap tak kunjung mendapat jawaban."Apa dia sudah tidur? eih tidak mungkin ini baru jam 7 malam," gumamnya lagi.Sementara itu di tempat lain."Stop disini aja kak," ucap Alea menyuruh Gevan berhenti lalu diapun turun."Rumahmu disini?" tanya Gevan."Aa..ahh iya kak," jawab Alea terdengar gugup."Kalo begitu aku akan masuk bersamamu," sahut Gevan dan langsung membuka helm."Tidak..tidak ka! tidak usah, kakak pulang aja udah malem hehe," cegah Alea."Baru jam 7 malam tidak apa-apa, lagian kalo kamu masuk sendiri nanti mamah kamu marah sama kamu karna pulang terlambat," ujar Gevan."Tidak akan m
Setelah Alea pergi, tepatnya sebelum Bu Raisa mengemasi barangnya untuk pergi ke New York, seorang detektif datang ke rumahnya dan membawa Bu Raisa bersamanya untuk melakukan interogasi.Di ruang interogasi."Bu Raisa, kami mendengar bahwa Bu Raisa sering menyiksa dan bahkan menjual putrimu untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang besar," ucap seorang detektif.Bu Raisa menyilang kan tangan dan dengan begitu sombongnya dia menjawab."Hah omong kosong macam apa itu? kau pikir aku benar-benar melakukan itu? permisi pak detektif kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti jelas apapun."Tanpa menjawab apapun detektif itu langsung menunjukan video yang membuktikan bahwa Bu Raisa sangat bersalah."Tunggu dulu, kau percaya ini? permisi pak detektif, jaman sekarang sudah sangat canggih, video seperti ini bisa dengan mudah di buat tanpa merekam terlebih dahulu," sahut Bu Raisa masih deng
Saat Alea sedang duduk di kursinya, seorang siswi dengan nametag Lili menghampirinya sambil bersilang tangan."Hallo anak baru, kenalin aku Lili," sapa Lili tanpa sopan santun sedikitpun."Ada apa dengan anak ini? Tingkahnya songong banget," batin Alea.Alea menyeringai sambil berkata"Hallo aku Alea.""Tak ada yang menanyakan namamu hahaha," sahut Lili sambil tertawa puas.Alea hanya diam sambil menatap sinis ke arah Lili."Aughh tatapanmu benar-benar menakutkan. Kenapa? Kau ingin mengatakan sesuatu? Katakan ayo," ucap Lili sambil mendekatkan wajahnya pada Alea."Apa yang ingin kau dengar?" tanya Alea dengan begitu berani."Hah?""Kau ingin aku mengatakan sesuatu? jadi apa yang kau ingin aku katakan?" tanya Alea lagi."Anak ini apa yang dia bica
Di sudut sekolah yang lain, Gevan dan Ralia tengah menikmati makan siang mereka bersama sambil tertawa dan bercerita dengan begitu akrab. "Wah sandwich ini benar-benar enak," sahut Ralia. "Kenapa kamu berebihan sekali? Ini hanya sandwich biasa yang sering kita makan," sambung Gevan. "Entahlah, apa karna aku memakannya denganmu?" "Apa yang kau katakan? Kita makan bersama tiap hari." "Ah Gevan, tak bisakah kau bereaksi sepertiku?" ketus Ralia "Kenapa aku harus melakukannya?" "Ya harus aja." "Ish kekanak-kanakan sekali," celoteh Gevan. "Menyebalkan! Ah iya akhir pekan ini kamu akan ke panti ikut ayahmu kan?" tanya Ralia. "MMM... (Mengangguk) wah aku rasanya benar-benar tidak sabar," jawab Gevan. "Sebahagia i
"Apakah kamu benar-benar Alea?""Hah?" Alea berbalik dan, "kamu? Bagaimana bisa kamu?" tanya Alea pada orang itu dan ternyata adalah Gevan."Jawab pertanyaanku apa namamu benar-benar Alea?" tanya Gevan lagi sambil mendekat.Alea langsung berdiri dan mendekati Gevan sambil bertanya."Kenapa? Apakah penting jika namaku memang Alea?" tanya Alea dengan ketus."Tidak maksudku namamu sangat mirip dengan nama orang yang aku kenal," jawab Gevan."Cih tidak seperti dia satu-satunya orang yang memakai nama Alea," celoteh Alea."Terakhir kali kamu pernah menceritakan teman masa kecilnu saat kamu masih di panti kan apa kamu ingat?" tanya Gevan lagi."Tentu saja aku ingat ah dan sekarang aku bahkan menyesali apa yang sudah ku katakan. Harusnya aku tidak menceritakan masalah pribadiku pada orang asing sepertimu siapa tau kan
Di sudut sekolah yang lain, terlihat Alea tengah duduk dengan santai sambil bertumpang kaki lalu."Ni minum." Arga memberikan sebotol minuman dingin pada Alea."Makasih.""Argapun duduk di samping Alea."Alea!""Hmmm.""Apa kamu di bully oleh teman sekelasmu?" tanya Arga."Di bully? Apa aku terlihat seperti orang bully.an? Haha ada apa dengan pertanyaanmu itu?" canda Alea."Bukan seperti itu.""Ya aku memang tidak akur dengan teman sekelasku, tapi itu karna aku masih baru jadi belum beradaptasi dengan baik. Tapi bukan berarti mereka membullyku juga," jelas Alea sambil meminum minuman yang di berikan Arga."Ah begitu, pokoknya jika ada yang merisakmu, jangan sungkan bilang saja padaku oke!" ujar Arga."Jangan khawatir aku tidak selem
"Oh iya bukannya sekarang waktunya Alea minum obat?" ucap Gevan."Iya kak.""Sebentar ya kakak ambilkan obat dulu di dalem," ujar Gevan dan langsung masuk ke rumah sakit dan meninggalkan Alea si taman sambil duduk di atas kursi roda.Dengan tenang Alea menunggu Gevan datang membawakannya obat lalu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. Alea yang ketakukan berusaha untuk pergi dari sana namun.."Ternyata benar kau Alea rupanya," ucap seorang pria yang baru saja turun dari mobil.Alea yang tak bisa berlari itu hanya berusaha menjalankan kursi rodanya untuk menjauh dari sana namun pria itu berjalan dengan begitu cepat hingga bisa menggenggam kursi roda Alea."Mau kemana kamu? Diam dulu lah, kita ngobrol dulu," ucap pria itu sambil tersenyum jahat.*Alea melirik."Kamu? Mau apa
Arga dan Seila tercengang saat orang pertama yang Alea sebut saat sadar adalah nama Gevan. "Apa ku bilang, dia terus menyebut nama Gevan, Aughh sebenarnya pelet apa yang pria itu berikan pada Alea," ketus Seila. "Seila, bukankah seharusnya kita beritahu Gevan tentang ini?" ujar Arga. "Apa maksudmu? Dia tidak ada urusannya dengan ini." "Bagaimana tidak, bukankah kamu juga mendengarnya bahwa Alea terus memanggil nama Gevan?" Seilapun terdiam dan meninggalkan ruangan. "Seila kamu mau kemana?" "Jangan ikuti aku, kamu jaga Alea." teriak Seila dan langsung lari menuju keluar. ā¢ā¢ā¢ā¢ Dengan tergesa-gesa Seila berjalan untuk mencari taxi sambil terus menelpon Gevan tapi tak kunjung mendapatkan jawaban juga. Tak menyerah, diapun mengirim pesan pada Ralia.
Sementara itu."Alea kemana si? Apa yang membuatnya begitu lama seperti itu?" gumam Agatha sambil berusaha untuk menelpon Alea.*Nomor yang anda tuju sedang tidak aktip atau berada di luar jangkauan*"Mana telpon nya tidak aktip lagi."Karna merasa khawatir, Agatha pun pergi ke toilet untuk menyusul Alea tapi, dia tidak ada disana."Apa ini? Apa dia pulang tanpa memberitahuku? Tapi tas nya masih bersamaku, tidak terjadi hal buruk padanya kan?" gumam Agatha yang semakin khawatir.Lalu dia melihat keramaian di jalan saat berdiri di dekat jendela belakang."Apa itu? Kenapa rame sekali?" tany Agatha dan langsung menghampiri keramaian itu.Agatha pun berlari keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi."Astaga malang sekali lihat darahnya, apakah dia akan selamat setelah kehilangan darah sebanyak itu?" teriak seorang wanita pa
"Alea, kamu tidak ingat siapa aku?" tanya Gevan."Apa maksud kakak?""Ini aku kak Gevan Alea, kak Gevan yang kamu tunggu."Arga dan Alea terdiam. Suasana tiba-tiba berubah menjadi melodrama cinta segitiga. Dengan sayu Alea terus menatap Gevan, sementara Arga menatap dengan penuh amarah dengan tangan yang mengepal."iya nama kakak emang Gevan kan, tapi apa istimewanya dengan itu?" tanya Alea yang bertingkah seolah tak tau apa-apa."Kamu tidak mengingatku?" Tanya Gevan."Ingat apa? Sebenarnya apa yang kakak maksud?""Alea, jawab aku dengan benar, kau benar-benar tak mengingatku?" tanya Gevan sekali lagi."Hentikan Gevan, apa yang kau lakukan? Kau membuat dia tidak nyaman. Ayo Alea aku akan mengantarmu ke kelas," ketus Arga serta menarik tangan Alea."8 tahun l
Di tengah sendu tangisnya malam itu, tiba-tiba terdengar langkah dari belakang punggungnya yang berjalan ke arahnya. Seketika Alea terdiam dengan ketakutan dan.."Alea?"*Alea melirik."Apa yang kau lakukan disini malam-malam?""Kak Arga?""Bukankah kau sedang tidak enak badan? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Arga."Ahh itu."Argapun duduk di samping Alea."Baiklah katakan itu apa?" ucap Arga."Hah? Aa..aaa aku hanya merasa sesak saja di rumah jadi aku keluar untuk mencari angin itu saja hehe," jawab Alea dengan gugup."Ah begitu.""Iya tapi sepertinya aku harus pulang sekarang, aku sudah terlalu lama duduk disini."Karna merasa gugup Alea pun berdiri dan beranjak.
šGevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan
Arga yang syok setelah mendengar percakapan antara Seila dan Alea, dia langsung pergi tanpa kata. "Rahasia apa selain status Alea sebagai anak angkat di keluarga Seila. Apa ada rahasia lain yang tidak ku tau namun di ketahui Gevan yang bahkan tak begitu respek terhadap Seila," batin Arga. **** "Sudah bel, sekarang cepat masuk kelas hmm. Udah jangan nangis lagi," ucap Seila. "Iya kak." "Aughh lihat dirimu, kamu tetap terlihat cantik bahkan setelah air mata menghapus semua riasanmu," puji Seila sambil menyeka air mata Alea. "Kakak bisa aja." "Hmm tidak kok kakak serius, yuk," ucap Seila dan dia pun langsung memegang tangan Alea dan mengantar Alea hingga depan kelasnya. **** Hari demi hari terus berlalu, dan hari yang begitu di nantikan Gevanpun telah tiba.&n
Di sudut sekolah yang lain, terlihat Alea tengah duduk dengan santai sambil bertumpang kaki lalu."Ni minum." Arga memberikan sebotol minuman dingin pada Alea."Makasih.""Argapun duduk di samping Alea."Alea!""Hmmm.""Apa kamu di bully oleh teman sekelasmu?" tanya Arga."Di bully? Apa aku terlihat seperti orang bully.an? Haha ada apa dengan pertanyaanmu itu?" canda Alea."Bukan seperti itu.""Ya aku memang tidak akur dengan teman sekelasku, tapi itu karna aku masih baru jadi belum beradaptasi dengan baik. Tapi bukan berarti mereka membullyku juga," jelas Alea sambil meminum minuman yang di berikan Arga."Ah begitu, pokoknya jika ada yang merisakmu, jangan sungkan bilang saja padaku oke!" ujar Arga."Jangan khawatir aku tidak selem
"Apakah kamu benar-benar Alea?""Hah?" Alea berbalik dan, "kamu? Bagaimana bisa kamu?" tanya Alea pada orang itu dan ternyata adalah Gevan."Jawab pertanyaanku apa namamu benar-benar Alea?" tanya Gevan lagi sambil mendekat.Alea langsung berdiri dan mendekati Gevan sambil bertanya."Kenapa? Apakah penting jika namaku memang Alea?" tanya Alea dengan ketus."Tidak maksudku namamu sangat mirip dengan nama orang yang aku kenal," jawab Gevan."Cih tidak seperti dia satu-satunya orang yang memakai nama Alea," celoteh Alea."Terakhir kali kamu pernah menceritakan teman masa kecilnu saat kamu masih di panti kan apa kamu ingat?" tanya Gevan lagi."Tentu saja aku ingat ah dan sekarang aku bahkan menyesali apa yang sudah ku katakan. Harusnya aku tidak menceritakan masalah pribadiku pada orang asing sepertimu siapa tau kan