"Gevan kemana si? di telpon gak di angkat, di WA pun gak di balas," ujar Raina yang sedang duduk di bibir jendela sambil terus menatap ke arah handphone nya menunggu pesan dari Gevan.
Lalu Raina pun kembali menelpon Gevan dan tetap tak kunjung mendapat jawaban.
"Apa dia sudah tidur? eih tidak mungkin ini baru jam 7 malam," gumamnya lagi.
Sementara itu di tempat lain.
"Stop disini aja kak," ucap Alea menyuruh Gevan berhenti lalu diapun turun.
"Rumahmu disini?" tanya Gevan.
"Aa..ahh iya kak," jawab Alea terdengar gugup.
"Kalo begitu aku akan masuk bersamamu," sahut Gevan dan langsung membuka helm.
"Tidak..tidak ka! tidak usah, kakak pulang aja udah malem hehe," cegah Alea.
"Baru jam 7 malam tidak apa-apa, lagian kalo kamu masuk sendiri nanti mamah kamu marah sama kamu karna pulang terlambat," ujar Gevan.
"Tidak akan marah kok mungkin sekarang mamah sudah tidur." Alea terus mencegah Gevan masuk.
"Tidur? jam segini?"
"Iya hehe Pokoknya kakak pulang aja aku bisa masuk sendiri, makasih ya udah mau nganterin aku selamat malam hati-hati di jalan," ujar Alea dengan terburu-buru sambil masuk melalui gerbang rumah yang terbuka.
"OH YA UDAH KALO BEGITU AKU PULANG DULU YA," teriak Gevan.
Alea terdiam dan bersembunyi di balik gerbang yang bukan miliknya dan setelah beberapa lama Gevan pun berlalu.
"Dia sudah pergi?" gumam Alea sambil mengecek ke luar gerbang.
"Ah untunglah dia sudah pergi."
Lalu Alea pun keluar dari gerbang itu dan lanjut berjalan menuju rumahnya.
Di jalan
"Sebenarnya Alea takut kak, tapi mau bagaimana lagi setiap orang harus pulang ke tempat masing-masing setelah hari mulai gelap," batin Alea.
Setibanya di rumah.
"Apa ini? sepertinya mamah sudah tidur," gumam Alea.
Setelah yakin bahwa sang ibu sudah tertidur, Alea pun memasuki rumah dengan sangat tenang. di masuk tanpa rasa gelisah sedikitpun namun, dia malah di kagetkan dengan hal yang tak pernah dia duga.
"Ini... kenapa baju-bajuku ada berserakan begini?" ujar Alea yang kaget karna barang-barangnya ada di depan pintu kamarnya.
Lalu Aleapun langsung membereskan baju-bajunya dan menatanya kembali di lemari. saat dia sedang menata baju tiba-tiba..
Buggg....sebuah koper di lempar ke arahnya.
"Mamah apa ini?" tanya Alea.
"Apa lagi? itu koper," jawab sang ibu.
"Iya tapi untuk apa?"
"Untuk apa lagi?ya untuk baju-bajumu lah, cepat kemasi barang-barangmy dan pergi sekarang juga dari rumah ini," gertak sang ibu.
"APA? PERGI? TAPI MAH APA SALAHKU?"
"Pentingkah itu? yang terpenting adalah kamu pergi secepat mungkin."
"Mamah tidak mengusirku karna pulang terlambat kan?" tanya Alea.
"Ehh tentu tidak, ccchh benar-benar alasan yang tidak masuk akal."
"Lalu apa alasannya mah?"
"Ahh pergi saja, di depan sudah ada jemputan untukmu," ujar sang ibu dengan nada yang begitu santai.
"Jemputan? apa mamah menjualku? jahat sekali, kenapa mamah seperti ini? benarkah kamu mamahku?" isak Alea.
"Ashhh berisik sekali, aku juga tidak mau melakukan ini tapi, bagaimana bisa aku menolak? seseorang membayarmu dengan harga yang begitu tinggi. kamu mau tau apa aja? 1 unit rumah d New York dan Uang sebesar 1 Milyar," ucap sang ibu.
"Apa??" perasaan Alea hancur saat mendengar alasan dari sang ibu lalu diapun langsung pergi dengan membawa barang-barangnya.
Di luar rumah, dia merasa takut untuk memasuki mobil silver yang sudah ada disana hingga Aleapun berusaha untuk menghindar dari mobil tersebut namun..
"Alea," panggil seorang gadis muda dari dalam mobil tersebut.
Aleapun melirik
"Hah kak Seila?"
"Tunggu apalagi pak supir bawa barang-barang Alea," pinta Seila pada supirnya.
"Iya non."
"Ayok masuk."
"Tunggu dulu, sedang apa kakak disini? lalu orang yang membeli dimana?" tanya Alea.
"Membeli apaan?emangnya kamu barang? Ayo cepat masuk," gertak Seila.
Lalu Aleapun masuk kedalam mobil dan di dalam mobil saat mobil melaju.
"Aku tanya sekali lagi kenapa kakak bisa ada di depan rumahku?terus kebetulan juga saat aku mau pergi," tanya Alea lagi.
Seila hanya tersenyum.
Flashback Seila
*Seila terus berulang kali melihat bahwa Alea di siksa oleh sang ibu bahkan dia juga pernah melihat bagaimana ibunya membuat Alea jadi teman om om di malam hari.
"Alea,, aku tidak tahan dengan pemandangan ini, aku harus melaporkan nya pada polisi," batin Seila saat melihat Alea di paksa masuk ke mobil om om.
lalu Seila pun pulang dan meminta ayahnya untuk membantunya. dia meminta sang ayah untuk mengadopsi Alea dan membuat ibunya mendapat hukuman seberat mungkin. Saat itu karna kurang nya bukti laporanpun tidak di terima namun, setelah beberapa hari Seila pun berhasil mendapatkan bukti yang sangat kuat. Yaitu Video bagaimana Alea masuk secara di paksa ke dalam mobil mewah milik pria kaya raya terakhir kali*.
~"~
"Jadi, ini semua adalah ulah Kakak?" tanya Alea.
"Ulah apanya? ini adalah strategi untuk menyelamatkanmu," jawab Seila.
"Tapi tetap saja dia itu ibuku."
"Ibu? seseorang yang rela menjual harga diri anaknya demi uang itu adalah seorang ibu?"
"Tapi kak."
"Kakak tau kamu besar di panti asuhan. dan Bu Raisa mengadopsimu saat umurmu 8 tahun, seorang anak yang harus nya di buat bahagia tapi malah di pakai jadi bahan untuk mendapatkan uang," ujar Seila.
"Kak Seila."
"Kakak tau kamu capek Alea, kakak sering lihat kok bagaimana kamu menangis di bibir jembatan seolah ingin lompat kesana tapi ,sebelum hal itu terjadi kakak akan membuat hidupmu lebih terasa lagi. Ayah kakak akan segera mengadopsi kamu dan kamu akan sekolah di sekolah yang sama dengan kakak," jelas Seila.
Seketika Alea terdiam, pipinya kembali di basahi air mata dia merasa akhirnya punya seseorang yang merangkulnya dengan kasih sayang.
"Jangan nangis ya." Seila menyeka air mata Alea dan memeluknya.
"Aku pikir selama ini aku sendirian, aku pikir selama ini tak ada yang memperhatikanku, selama ini aku takut untuk bercerita pada siapapun tentang bagaimana kehidupanku aku, aku bahkan tak bisa meminta tolong pada orang lain kak maafkan aku karna tidak bisa menolak semua tawaran kakak hari ini," Isak Alea.
Seila turut menangis dan pelukannya pada Alea semakin erat.
Setibanya di rumah Seila.
Betapa terharunya Alea saat melihat banyaknya orang yang menyambut kedatangannya sambil memasangkan mantel hangat untuk nya .
"Hallo putriku, Mulai sekarang kami adalah keluargamu," sambut ayah Seila.
"Terimakasih om tante."
"Jangan panggil om tante, panggil ayah dan ibu, ayo masuk," ujar ibu Seila.
lalu mereka pun masuk dan mengantarkan Alea ke kamarnya.
"Ini kamarku?" tanya Alea.
"Iya, ganti baju dulu lalu turun untuk makan malam."
"Hmm iya kak."
Hidup Alea benar-benar sudah berubah, kini dia telah menjadi putri angkat di keluarga yang begitu kaya raya.
"Tunggu ka."
"Iya Alea."
"Soal mamah,....."
"Tenang saja, dia tidak akan ke New York karna polisi akan segera menjemputnya," jawab Seila sambil tersenyum dan beranjak ke luar kamar.
Bersambung
Setelah Alea pergi, tepatnya sebelum Bu Raisa mengemasi barangnya untuk pergi ke New York, seorang detektif datang ke rumahnya dan membawa Bu Raisa bersamanya untuk melakukan interogasi.Di ruang interogasi."Bu Raisa, kami mendengar bahwa Bu Raisa sering menyiksa dan bahkan menjual putrimu untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang besar," ucap seorang detektif.Bu Raisa menyilang kan tangan dan dengan begitu sombongnya dia menjawab."Hah omong kosong macam apa itu? kau pikir aku benar-benar melakukan itu? permisi pak detektif kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti jelas apapun."Tanpa menjawab apapun detektif itu langsung menunjukan video yang membuktikan bahwa Bu Raisa sangat bersalah."Tunggu dulu, kau percaya ini? permisi pak detektif, jaman sekarang sudah sangat canggih, video seperti ini bisa dengan mudah di buat tanpa merekam terlebih dahulu," sahut Bu Raisa masih deng
Saat Alea sedang duduk di kursinya, seorang siswi dengan nametag Lili menghampirinya sambil bersilang tangan."Hallo anak baru, kenalin aku Lili," sapa Lili tanpa sopan santun sedikitpun."Ada apa dengan anak ini? Tingkahnya songong banget," batin Alea.Alea menyeringai sambil berkata"Hallo aku Alea.""Tak ada yang menanyakan namamu hahaha," sahut Lili sambil tertawa puas.Alea hanya diam sambil menatap sinis ke arah Lili."Aughh tatapanmu benar-benar menakutkan. Kenapa? Kau ingin mengatakan sesuatu? Katakan ayo," ucap Lili sambil mendekatkan wajahnya pada Alea."Apa yang ingin kau dengar?" tanya Alea dengan begitu berani."Hah?""Kau ingin aku mengatakan sesuatu? jadi apa yang kau ingin aku katakan?" tanya Alea lagi."Anak ini apa yang dia bica
Di sudut sekolah yang lain, Gevan dan Ralia tengah menikmati makan siang mereka bersama sambil tertawa dan bercerita dengan begitu akrab. "Wah sandwich ini benar-benar enak," sahut Ralia. "Kenapa kamu berebihan sekali? Ini hanya sandwich biasa yang sering kita makan," sambung Gevan. "Entahlah, apa karna aku memakannya denganmu?" "Apa yang kau katakan? Kita makan bersama tiap hari." "Ah Gevan, tak bisakah kau bereaksi sepertiku?" ketus Ralia "Kenapa aku harus melakukannya?" "Ya harus aja." "Ish kekanak-kanakan sekali," celoteh Gevan. "Menyebalkan! Ah iya akhir pekan ini kamu akan ke panti ikut ayahmu kan?" tanya Ralia. "MMM... (Mengangguk) wah aku rasanya benar-benar tidak sabar," jawab Gevan. "Sebahagia i
"Apakah kamu benar-benar Alea?""Hah?" Alea berbalik dan, "kamu? Bagaimana bisa kamu?" tanya Alea pada orang itu dan ternyata adalah Gevan."Jawab pertanyaanku apa namamu benar-benar Alea?" tanya Gevan lagi sambil mendekat.Alea langsung berdiri dan mendekati Gevan sambil bertanya."Kenapa? Apakah penting jika namaku memang Alea?" tanya Alea dengan ketus."Tidak maksudku namamu sangat mirip dengan nama orang yang aku kenal," jawab Gevan."Cih tidak seperti dia satu-satunya orang yang memakai nama Alea," celoteh Alea."Terakhir kali kamu pernah menceritakan teman masa kecilnu saat kamu masih di panti kan apa kamu ingat?" tanya Gevan lagi."Tentu saja aku ingat ah dan sekarang aku bahkan menyesali apa yang sudah ku katakan. Harusnya aku tidak menceritakan masalah pribadiku pada orang asing sepertimu siapa tau kan
Di sudut sekolah yang lain, terlihat Alea tengah duduk dengan santai sambil bertumpang kaki lalu."Ni minum." Arga memberikan sebotol minuman dingin pada Alea."Makasih.""Argapun duduk di samping Alea."Alea!""Hmmm.""Apa kamu di bully oleh teman sekelasmu?" tanya Arga."Di bully? Apa aku terlihat seperti orang bully.an? Haha ada apa dengan pertanyaanmu itu?" canda Alea."Bukan seperti itu.""Ya aku memang tidak akur dengan teman sekelasku, tapi itu karna aku masih baru jadi belum beradaptasi dengan baik. Tapi bukan berarti mereka membullyku juga," jelas Alea sambil meminum minuman yang di berikan Arga."Ah begitu, pokoknya jika ada yang merisakmu, jangan sungkan bilang saja padaku oke!" ujar Arga."Jangan khawatir aku tidak selem
Arga yang syok setelah mendengar percakapan antara Seila dan Alea, dia langsung pergi tanpa kata. "Rahasia apa selain status Alea sebagai anak angkat di keluarga Seila. Apa ada rahasia lain yang tidak ku tau namun di ketahui Gevan yang bahkan tak begitu respek terhadap Seila," batin Arga. **** "Sudah bel, sekarang cepat masuk kelas hmm. Udah jangan nangis lagi," ucap Seila. "Iya kak." "Aughh lihat dirimu, kamu tetap terlihat cantik bahkan setelah air mata menghapus semua riasanmu," puji Seila sambil menyeka air mata Alea. "Kakak bisa aja." "Hmm tidak kok kakak serius, yuk," ucap Seila dan dia pun langsung memegang tangan Alea dan mengantar Alea hingga depan kelasnya. **** Hari demi hari terus berlalu, dan hari yang begitu di nantikan Gevanpun telah tiba.&n
šGevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan
Di tengah sendu tangisnya malam itu, tiba-tiba terdengar langkah dari belakang punggungnya yang berjalan ke arahnya. Seketika Alea terdiam dengan ketakutan dan.."Alea?"*Alea melirik."Apa yang kau lakukan disini malam-malam?""Kak Arga?""Bukankah kau sedang tidak enak badan? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Arga."Ahh itu."Argapun duduk di samping Alea."Baiklah katakan itu apa?" ucap Arga."Hah? Aa..aaa aku hanya merasa sesak saja di rumah jadi aku keluar untuk mencari angin itu saja hehe," jawab Alea dengan gugup."Ah begitu.""Iya tapi sepertinya aku harus pulang sekarang, aku sudah terlalu lama duduk disini."Karna merasa gugup Alea pun berdiri dan beranjak.
"Oh iya bukannya sekarang waktunya Alea minum obat?" ucap Gevan."Iya kak.""Sebentar ya kakak ambilkan obat dulu di dalem," ujar Gevan dan langsung masuk ke rumah sakit dan meninggalkan Alea si taman sambil duduk di atas kursi roda.Dengan tenang Alea menunggu Gevan datang membawakannya obat lalu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. Alea yang ketakukan berusaha untuk pergi dari sana namun.."Ternyata benar kau Alea rupanya," ucap seorang pria yang baru saja turun dari mobil.Alea yang tak bisa berlari itu hanya berusaha menjalankan kursi rodanya untuk menjauh dari sana namun pria itu berjalan dengan begitu cepat hingga bisa menggenggam kursi roda Alea."Mau kemana kamu? Diam dulu lah, kita ngobrol dulu," ucap pria itu sambil tersenyum jahat.*Alea melirik."Kamu? Mau apa
Arga dan Seila tercengang saat orang pertama yang Alea sebut saat sadar adalah nama Gevan. "Apa ku bilang, dia terus menyebut nama Gevan, Aughh sebenarnya pelet apa yang pria itu berikan pada Alea," ketus Seila. "Seila, bukankah seharusnya kita beritahu Gevan tentang ini?" ujar Arga. "Apa maksudmu? Dia tidak ada urusannya dengan ini." "Bagaimana tidak, bukankah kamu juga mendengarnya bahwa Alea terus memanggil nama Gevan?" Seilapun terdiam dan meninggalkan ruangan. "Seila kamu mau kemana?" "Jangan ikuti aku, kamu jaga Alea." teriak Seila dan langsung lari menuju keluar. ā¢ā¢ā¢ā¢ Dengan tergesa-gesa Seila berjalan untuk mencari taxi sambil terus menelpon Gevan tapi tak kunjung mendapatkan jawaban juga. Tak menyerah, diapun mengirim pesan pada Ralia.
Sementara itu."Alea kemana si? Apa yang membuatnya begitu lama seperti itu?" gumam Agatha sambil berusaha untuk menelpon Alea.*Nomor yang anda tuju sedang tidak aktip atau berada di luar jangkauan*"Mana telpon nya tidak aktip lagi."Karna merasa khawatir, Agatha pun pergi ke toilet untuk menyusul Alea tapi, dia tidak ada disana."Apa ini? Apa dia pulang tanpa memberitahuku? Tapi tas nya masih bersamaku, tidak terjadi hal buruk padanya kan?" gumam Agatha yang semakin khawatir.Lalu dia melihat keramaian di jalan saat berdiri di dekat jendela belakang."Apa itu? Kenapa rame sekali?" tany Agatha dan langsung menghampiri keramaian itu.Agatha pun berlari keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi."Astaga malang sekali lihat darahnya, apakah dia akan selamat setelah kehilangan darah sebanyak itu?" teriak seorang wanita pa
"Alea, kamu tidak ingat siapa aku?" tanya Gevan."Apa maksud kakak?""Ini aku kak Gevan Alea, kak Gevan yang kamu tunggu."Arga dan Alea terdiam. Suasana tiba-tiba berubah menjadi melodrama cinta segitiga. Dengan sayu Alea terus menatap Gevan, sementara Arga menatap dengan penuh amarah dengan tangan yang mengepal."iya nama kakak emang Gevan kan, tapi apa istimewanya dengan itu?" tanya Alea yang bertingkah seolah tak tau apa-apa."Kamu tidak mengingatku?" Tanya Gevan."Ingat apa? Sebenarnya apa yang kakak maksud?""Alea, jawab aku dengan benar, kau benar-benar tak mengingatku?" tanya Gevan sekali lagi."Hentikan Gevan, apa yang kau lakukan? Kau membuat dia tidak nyaman. Ayo Alea aku akan mengantarmu ke kelas," ketus Arga serta menarik tangan Alea."8 tahun l
Di tengah sendu tangisnya malam itu, tiba-tiba terdengar langkah dari belakang punggungnya yang berjalan ke arahnya. Seketika Alea terdiam dengan ketakutan dan.."Alea?"*Alea melirik."Apa yang kau lakukan disini malam-malam?""Kak Arga?""Bukankah kau sedang tidak enak badan? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Arga."Ahh itu."Argapun duduk di samping Alea."Baiklah katakan itu apa?" ucap Arga."Hah? Aa..aaa aku hanya merasa sesak saja di rumah jadi aku keluar untuk mencari angin itu saja hehe," jawab Alea dengan gugup."Ah begitu.""Iya tapi sepertinya aku harus pulang sekarang, aku sudah terlalu lama duduk disini."Karna merasa gugup Alea pun berdiri dan beranjak.
šGevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan
Arga yang syok setelah mendengar percakapan antara Seila dan Alea, dia langsung pergi tanpa kata. "Rahasia apa selain status Alea sebagai anak angkat di keluarga Seila. Apa ada rahasia lain yang tidak ku tau namun di ketahui Gevan yang bahkan tak begitu respek terhadap Seila," batin Arga. **** "Sudah bel, sekarang cepat masuk kelas hmm. Udah jangan nangis lagi," ucap Seila. "Iya kak." "Aughh lihat dirimu, kamu tetap terlihat cantik bahkan setelah air mata menghapus semua riasanmu," puji Seila sambil menyeka air mata Alea. "Kakak bisa aja." "Hmm tidak kok kakak serius, yuk," ucap Seila dan dia pun langsung memegang tangan Alea dan mengantar Alea hingga depan kelasnya. **** Hari demi hari terus berlalu, dan hari yang begitu di nantikan Gevanpun telah tiba.&n
Di sudut sekolah yang lain, terlihat Alea tengah duduk dengan santai sambil bertumpang kaki lalu."Ni minum." Arga memberikan sebotol minuman dingin pada Alea."Makasih.""Argapun duduk di samping Alea."Alea!""Hmmm.""Apa kamu di bully oleh teman sekelasmu?" tanya Arga."Di bully? Apa aku terlihat seperti orang bully.an? Haha ada apa dengan pertanyaanmu itu?" canda Alea."Bukan seperti itu.""Ya aku memang tidak akur dengan teman sekelasku, tapi itu karna aku masih baru jadi belum beradaptasi dengan baik. Tapi bukan berarti mereka membullyku juga," jelas Alea sambil meminum minuman yang di berikan Arga."Ah begitu, pokoknya jika ada yang merisakmu, jangan sungkan bilang saja padaku oke!" ujar Arga."Jangan khawatir aku tidak selem
"Apakah kamu benar-benar Alea?""Hah?" Alea berbalik dan, "kamu? Bagaimana bisa kamu?" tanya Alea pada orang itu dan ternyata adalah Gevan."Jawab pertanyaanku apa namamu benar-benar Alea?" tanya Gevan lagi sambil mendekat.Alea langsung berdiri dan mendekati Gevan sambil bertanya."Kenapa? Apakah penting jika namaku memang Alea?" tanya Alea dengan ketus."Tidak maksudku namamu sangat mirip dengan nama orang yang aku kenal," jawab Gevan."Cih tidak seperti dia satu-satunya orang yang memakai nama Alea," celoteh Alea."Terakhir kali kamu pernah menceritakan teman masa kecilnu saat kamu masih di panti kan apa kamu ingat?" tanya Gevan lagi."Tentu saja aku ingat ah dan sekarang aku bahkan menyesali apa yang sudah ku katakan. Harusnya aku tidak menceritakan masalah pribadiku pada orang asing sepertimu siapa tau kan