Keesokan harinya.
Saat tiba di sekolah, Gevan langsung berlari menuju kelas untuk mencari Ralia. Dia ingin buru-buru menceritakan kabar bahagianya kepada teman dekatnya dan setibanya di kelas.
"Ra..Ra.." panggil Gevan.
"Apa Gev?" jawab Ralia dan langsung menutup buku yang sedang ia baca.
"Akhir pekan nanti aku akan ke panti asuhan itu sama ayah," ujar Gevan dengan begitu riang.
"Benarkah?"
"Iya, untungnya ayah ku masih berhubungan dengan panti itu jadi, aku bisa ikut jika ayahku pergi kesana," jelas Gevan.
"Wah .. aku ikut fbahagia Gev selamat ya."
"Selamat buat apa?" potong Seila yang tiba-tiba datang.
"Kepo." ejek Gevan.
"Heh Gev kamu bener-bener keterlaluan ya, masa Ralia di kasih tau aku nggak," ketus Seila.
"Apanya yang keterlaluan? orang dari awal aku sama Ralia temen Deket," jawab Gevan.
"Terus aku?"
Gevan hanya tersenyum sambil beranjak menuju bangkunya.
"GEVAAANNN....GEVAANNNN ISH NYEBELIN BANGET SI," ketus Seila.
"Hmmm sabar ya," rayu Raila.
"DIAM KAMU."
Ralia pun pergi dan duduk di bangkunya yang berdampingan dengan Gevan.
"Jadi gimana perasaanmu sekarang?" tanya Ralia.
"Gimana lagi ya seneng lah gila, akhirnya setelah 8 tahun kita akan bertemu juga."
"Sebahagia itu?"
"Tentu saja."
"Wanita itu benar-benar beruntung, walau tak melakukan apa-apa tapi dia menjadi gadis yang paling di cari oleh Gevan," batin Ralia.
****
Sementara itu di tempat lain.
Tak henti mendapat siksaan dari sang ibu, Alea kini tengah di siram oleh air es hanya karna kesalahan yang sepele. Saat ia tengah menyapu halaman rumah, dengan tidak sengaja dia memecahkan vas bunga kesayangan ibunya dan disanalah sang ibu mulai marah dan menyiksanya lagi.
"Bener-bener ya kamu, udah dewasa tapi gak bisa apik, kamu tau berapa harga vas ini?ini mahal tau gak? bahkan harga diri kamu aka gak cukup buat beli vas kesayangan mamah ini," ketus sang ibu sambil menyiram Alea dengan air es.
"Dingin maahhhh," isak Alea
"Bodo amat, hukuman ini tidak ada apa-apanya di banding dengan harga vas bunga itu."
"Mah kenapa mamah jahat banget si sama Alea."
"Jahat? kamu itu bodoh apa gimana si? gak bisa ngebedain antara jahat sama tegas," bentang sang ibu.
Alea hanya menunduk dan membersihkan puing-puing pot bunga yang berserakan sambil menangis.
~Biar tambah dramatis bayangin aja ada sound IU-MY OLD STORY~
Singkat cerita sore pun tiba. Karna pekerjaan rumah sudah selesai, Alea pergi jalan-jalan ke atas jembatan lalu diapun duduk di bibir jembatan untuk bersantai.
"Wah lihat sungai itu, benar-benar berkilau," gumam Alea terkagum.
"Jangan bilang kamu punya niat lompat kesana," sambung seseorang dari belakangnya.
"Hah?" Alea berbalik.
Orang itu membuka helm nya dan turun dari motor untuk menghampiri Alea.
"Hai ketemu lagi kita," sapa nya yang ternyata dia adalah Gevan.
"Kakak yang malam itu," ujar Alea sambil menunjuk ke arah Gevan.
"Hehe iya, boleh aku duduk?"
"Oh iya duduk aja kak."
Gevan duduk di samping Alea.
"Kita ketemu terus ya kak, terlalu sering jika hanya anggap kebetulan," ucap Alea.
"Entahlah, mungkin ini takdir," celoteh Gevan tanpa menatap ke arah Alea.
Seketika Alea hanya bengong dan menatap Gevan lalu..
"Eihh tidak mungkin, kakak terlalu sempurna untuk menjadi takdirku." celoteh Alea.
Setelah mendengar ucapan Alea, Gevan melirik ke arah Alea sambil tersenyum.
"Kenapa?apa yang membuatmu berbicara bahwa aku terlalu sempurna untuk menjadi takdirmu?" tanyanya.
"Hmm tidak ada, aku hanya merasa seperti itu aja hehe," jawab Alea sambil memalingkan wajahnya.
Gevan hanya terdiam dan terus memandang wajah Alea.
"Ahhh anginnya segar sekali, bebanku rasanya hilang setiap kali aku duduk disini," ujar Alea sambil tersenyum dan memejamkan matanya.
"Bicaramu seolah hidupmu sulit saja," ujar Gevan menyeringai.
"Benar, hidupku memang sulit itulah sebabnya aku berbicara seperti itu."
"Apa maksudmu?"
"Lupakan saja orang kaya seperti Kaka tidak akan paham penderitaan orang kecil seperti aku."
"kenapa kamu bicara seperti itu? aku mungkin tidak akan paham tapi aku pasti akan membantu," ujar Gevan.
"Apa aku bisa mempercayaimu?"
Gevan hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Sebenarnya aku sudah punya pacar," ucap Alea seraya tersenyum indah.
"Wah benarkah?"
"hmm."
"Apa kamu sangat menyukainya?" tanya Gevan.
"Tentu saja, tapi kita sudah lama tak bertemu ahh aku sangat merindukannya."
"Berapa lama kalian tak bertemu?"
"Entahlah mungkin 8 tahun," ujar Alea.
"8 tahun? apa kamu pacaran sama dia saat usiamu masih kecil?" tanya Gevan lagi.
"saat usiaku 8 tahun, saat itu adalah kali pertamaku mempunyai seorang teman, dia sangat baik dan perhatian padaku. walau pertemuan kita sangat singkat tapi bagiku itu adalah kenangan yang sangat bermakna," jelas Alea lalu diapun menunduk dan perlahan air matanya menetes.
"Kamu pasti sangat merindukannya," ujar Gevan.
"Bagaimana mungkin aku tidak merindukannya, rasanya aku seperti orang gila karna terlalu merindukannya," Isak Alea.
"Kamu sudah mencoba mencarinya?"
"Aku tidak ada waktu untuk itu, setiap hari aku harus bekerja untuk ibuku jika tidak maka ibuku akan menyiksaku, aku hanya bisa berharap bahwa temanku akan datang mencariku dan membawaku pergi ke tempat yang jauh. jujur saja, aku capek kak, aku capek," ucap Alea sambil menangis tersedu.
"Jangan nangis." Gevan menghapus air mata Alea dengan tangan kosong.
"Aku lelah kak, ingin rasanya aku mengakhiri hidupku namun bukan untuk mati, melainkan untuk memulai hidup yang lain aku ingin hidup dalam damai aku tak bisa seperti ini," batin Alea.
"Gadis cantik, bolehkah aku bertanya apa yang ingin kamu lakukan pertama kali saat bertemu dengan teman lamamu?" tanya Gevan.
"Aku ingin memeluknya, aku ingin menceritakan segalanya, aku ingin menceritakan bagaimana sulitnya 8 tahunku tanpa dia," jawab Alea.
"Jika aku bilang akan membantumu untuk menemukan temanmu apakah kamu akan berhenti menangis?" tanya Gevan lagi.
"Benarkah itu?"
"Tentu saja, asal kamu tau aku juga punya cerita yang sama persis denganmu. sama-sama punya seorang teman yang sangat ku rindukan, karna perpisahan yang begitu lama akupun kesulitan untuk menemukannya tapi aku tidak menyerah, akan ku cari dia hingga aku bisa menemukannya," jelas Gevan sambil tersenyum seraya menghibur Alea.
"Lalu apa yang ingin kakak lakukan jika seandainya nanti berhasil menemukan dia?"
"Pertama-tama aku akan memarahinya sambil bertanya, Kenapa sulit sekali menemukanmu? apa kau sengaja bersembunyi agar aku tak bisa menemukanmu?" ujar Gevan sambil mencontohkan bagaimana dia menyilang kan kedua tangannya sambil memarahi seseorang.
Aleapun tertawa dan seketika Gevan tersenyum lebar saat melihat bagaimana Alea tertawa dengan begitu indah.
"Kalau begitu, aku juga akan memarahinya saat bertemu dia nanti." ucap Alea.
"Kamu cantik saat tersenyum jadi, teruslah tersenyum seperti ini aku benci melihatmu menangis," sahut Gevan.
"kakak membuatku malu! oh lihat, bukankah itu matahari terbenam?indah sekali," ujar Alea dengan terkagum.
"Benar itu indah sekali."
"Ya ampun mati aku, kak aku harus segera pulang, atau ibu akan menyiksaku lagi karna pulang terlambat."
"Tak bisakah kamu sedikit melawan?"
"hah?"
"Walaupun dia ibumu, tapi apakah di benarkan jika dia menyiksa putrinya sendiri? ayo, biar ku antar kamu pulang agar ibumu tak memarahimu," ucap Gevan dan langsung memakai helmnya dan menyalakan motor.
"Tidak kak tidak usah,"
"Aku menolak penolakan, ayo naik."
"Tapi ka."
Gevan menarik tangan Alea dan Aleapun naik ke atas motor Gevan.
"Pegangan yang kuat ya,"
Alea memeluk Gevan sambil memejamkan matanya. Gevan hanya tersenyum dan diapun langsung melajukan motornya dengan kecepatan maksimum.
~**Bersambung~
"Gevan kemana si? di telpon gak di angkat, di WA pun gak di balas," ujar Raina yang sedang duduk di bibir jendela sambil terus menatap ke arah handphone nya menunggu pesan dari Gevan.Lalu Raina pun kembali menelpon Gevan dan tetap tak kunjung mendapat jawaban."Apa dia sudah tidur? eih tidak mungkin ini baru jam 7 malam," gumamnya lagi.Sementara itu di tempat lain."Stop disini aja kak," ucap Alea menyuruh Gevan berhenti lalu diapun turun."Rumahmu disini?" tanya Gevan."Aa..ahh iya kak," jawab Alea terdengar gugup."Kalo begitu aku akan masuk bersamamu," sahut Gevan dan langsung membuka helm."Tidak..tidak ka! tidak usah, kakak pulang aja udah malem hehe," cegah Alea."Baru jam 7 malam tidak apa-apa, lagian kalo kamu masuk sendiri nanti mamah kamu marah sama kamu karna pulang terlambat," ujar Gevan."Tidak akan m
Setelah Alea pergi, tepatnya sebelum Bu Raisa mengemasi barangnya untuk pergi ke New York, seorang detektif datang ke rumahnya dan membawa Bu Raisa bersamanya untuk melakukan interogasi.Di ruang interogasi."Bu Raisa, kami mendengar bahwa Bu Raisa sering menyiksa dan bahkan menjual putrimu untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang besar," ucap seorang detektif.Bu Raisa menyilang kan tangan dan dengan begitu sombongnya dia menjawab."Hah omong kosong macam apa itu? kau pikir aku benar-benar melakukan itu? permisi pak detektif kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti jelas apapun."Tanpa menjawab apapun detektif itu langsung menunjukan video yang membuktikan bahwa Bu Raisa sangat bersalah."Tunggu dulu, kau percaya ini? permisi pak detektif, jaman sekarang sudah sangat canggih, video seperti ini bisa dengan mudah di buat tanpa merekam terlebih dahulu," sahut Bu Raisa masih deng
Saat Alea sedang duduk di kursinya, seorang siswi dengan nametag Lili menghampirinya sambil bersilang tangan."Hallo anak baru, kenalin aku Lili," sapa Lili tanpa sopan santun sedikitpun."Ada apa dengan anak ini? Tingkahnya songong banget," batin Alea.Alea menyeringai sambil berkata"Hallo aku Alea.""Tak ada yang menanyakan namamu hahaha," sahut Lili sambil tertawa puas.Alea hanya diam sambil menatap sinis ke arah Lili."Aughh tatapanmu benar-benar menakutkan. Kenapa? Kau ingin mengatakan sesuatu? Katakan ayo," ucap Lili sambil mendekatkan wajahnya pada Alea."Apa yang ingin kau dengar?" tanya Alea dengan begitu berani."Hah?""Kau ingin aku mengatakan sesuatu? jadi apa yang kau ingin aku katakan?" tanya Alea lagi."Anak ini apa yang dia bica
Di sudut sekolah yang lain, Gevan dan Ralia tengah menikmati makan siang mereka bersama sambil tertawa dan bercerita dengan begitu akrab. "Wah sandwich ini benar-benar enak," sahut Ralia. "Kenapa kamu berebihan sekali? Ini hanya sandwich biasa yang sering kita makan," sambung Gevan. "Entahlah, apa karna aku memakannya denganmu?" "Apa yang kau katakan? Kita makan bersama tiap hari." "Ah Gevan, tak bisakah kau bereaksi sepertiku?" ketus Ralia "Kenapa aku harus melakukannya?" "Ya harus aja." "Ish kekanak-kanakan sekali," celoteh Gevan. "Menyebalkan! Ah iya akhir pekan ini kamu akan ke panti ikut ayahmu kan?" tanya Ralia. "MMM... (Mengangguk) wah aku rasanya benar-benar tidak sabar," jawab Gevan. "Sebahagia i
"Apakah kamu benar-benar Alea?""Hah?" Alea berbalik dan, "kamu? Bagaimana bisa kamu?" tanya Alea pada orang itu dan ternyata adalah Gevan."Jawab pertanyaanku apa namamu benar-benar Alea?" tanya Gevan lagi sambil mendekat.Alea langsung berdiri dan mendekati Gevan sambil bertanya."Kenapa? Apakah penting jika namaku memang Alea?" tanya Alea dengan ketus."Tidak maksudku namamu sangat mirip dengan nama orang yang aku kenal," jawab Gevan."Cih tidak seperti dia satu-satunya orang yang memakai nama Alea," celoteh Alea."Terakhir kali kamu pernah menceritakan teman masa kecilnu saat kamu masih di panti kan apa kamu ingat?" tanya Gevan lagi."Tentu saja aku ingat ah dan sekarang aku bahkan menyesali apa yang sudah ku katakan. Harusnya aku tidak menceritakan masalah pribadiku pada orang asing sepertimu siapa tau kan
Di sudut sekolah yang lain, terlihat Alea tengah duduk dengan santai sambil bertumpang kaki lalu."Ni minum." Arga memberikan sebotol minuman dingin pada Alea."Makasih.""Argapun duduk di samping Alea."Alea!""Hmmm.""Apa kamu di bully oleh teman sekelasmu?" tanya Arga."Di bully? Apa aku terlihat seperti orang bully.an? Haha ada apa dengan pertanyaanmu itu?" canda Alea."Bukan seperti itu.""Ya aku memang tidak akur dengan teman sekelasku, tapi itu karna aku masih baru jadi belum beradaptasi dengan baik. Tapi bukan berarti mereka membullyku juga," jelas Alea sambil meminum minuman yang di berikan Arga."Ah begitu, pokoknya jika ada yang merisakmu, jangan sungkan bilang saja padaku oke!" ujar Arga."Jangan khawatir aku tidak selem
Arga yang syok setelah mendengar percakapan antara Seila dan Alea, dia langsung pergi tanpa kata. "Rahasia apa selain status Alea sebagai anak angkat di keluarga Seila. Apa ada rahasia lain yang tidak ku tau namun di ketahui Gevan yang bahkan tak begitu respek terhadap Seila," batin Arga. **** "Sudah bel, sekarang cepat masuk kelas hmm. Udah jangan nangis lagi," ucap Seila. "Iya kak." "Aughh lihat dirimu, kamu tetap terlihat cantik bahkan setelah air mata menghapus semua riasanmu," puji Seila sambil menyeka air mata Alea. "Kakak bisa aja." "Hmm tidak kok kakak serius, yuk," ucap Seila dan dia pun langsung memegang tangan Alea dan mengantar Alea hingga depan kelasnya. **** Hari demi hari terus berlalu, dan hari yang begitu di nantikan Gevanpun telah tiba.&n
šGevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan
"Oh iya bukannya sekarang waktunya Alea minum obat?" ucap Gevan."Iya kak.""Sebentar ya kakak ambilkan obat dulu di dalem," ujar Gevan dan langsung masuk ke rumah sakit dan meninggalkan Alea si taman sambil duduk di atas kursi roda.Dengan tenang Alea menunggu Gevan datang membawakannya obat lalu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya. Alea yang ketakukan berusaha untuk pergi dari sana namun.."Ternyata benar kau Alea rupanya," ucap seorang pria yang baru saja turun dari mobil.Alea yang tak bisa berlari itu hanya berusaha menjalankan kursi rodanya untuk menjauh dari sana namun pria itu berjalan dengan begitu cepat hingga bisa menggenggam kursi roda Alea."Mau kemana kamu? Diam dulu lah, kita ngobrol dulu," ucap pria itu sambil tersenyum jahat.*Alea melirik."Kamu? Mau apa
Arga dan Seila tercengang saat orang pertama yang Alea sebut saat sadar adalah nama Gevan. "Apa ku bilang, dia terus menyebut nama Gevan, Aughh sebenarnya pelet apa yang pria itu berikan pada Alea," ketus Seila. "Seila, bukankah seharusnya kita beritahu Gevan tentang ini?" ujar Arga. "Apa maksudmu? Dia tidak ada urusannya dengan ini." "Bagaimana tidak, bukankah kamu juga mendengarnya bahwa Alea terus memanggil nama Gevan?" Seilapun terdiam dan meninggalkan ruangan. "Seila kamu mau kemana?" "Jangan ikuti aku, kamu jaga Alea." teriak Seila dan langsung lari menuju keluar. ā¢ā¢ā¢ā¢ Dengan tergesa-gesa Seila berjalan untuk mencari taxi sambil terus menelpon Gevan tapi tak kunjung mendapatkan jawaban juga. Tak menyerah, diapun mengirim pesan pada Ralia.
Sementara itu."Alea kemana si? Apa yang membuatnya begitu lama seperti itu?" gumam Agatha sambil berusaha untuk menelpon Alea.*Nomor yang anda tuju sedang tidak aktip atau berada di luar jangkauan*"Mana telpon nya tidak aktip lagi."Karna merasa khawatir, Agatha pun pergi ke toilet untuk menyusul Alea tapi, dia tidak ada disana."Apa ini? Apa dia pulang tanpa memberitahuku? Tapi tas nya masih bersamaku, tidak terjadi hal buruk padanya kan?" gumam Agatha yang semakin khawatir.Lalu dia melihat keramaian di jalan saat berdiri di dekat jendela belakang."Apa itu? Kenapa rame sekali?" tany Agatha dan langsung menghampiri keramaian itu.Agatha pun berlari keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi."Astaga malang sekali lihat darahnya, apakah dia akan selamat setelah kehilangan darah sebanyak itu?" teriak seorang wanita pa
"Alea, kamu tidak ingat siapa aku?" tanya Gevan."Apa maksud kakak?""Ini aku kak Gevan Alea, kak Gevan yang kamu tunggu."Arga dan Alea terdiam. Suasana tiba-tiba berubah menjadi melodrama cinta segitiga. Dengan sayu Alea terus menatap Gevan, sementara Arga menatap dengan penuh amarah dengan tangan yang mengepal."iya nama kakak emang Gevan kan, tapi apa istimewanya dengan itu?" tanya Alea yang bertingkah seolah tak tau apa-apa."Kamu tidak mengingatku?" Tanya Gevan."Ingat apa? Sebenarnya apa yang kakak maksud?""Alea, jawab aku dengan benar, kau benar-benar tak mengingatku?" tanya Gevan sekali lagi."Hentikan Gevan, apa yang kau lakukan? Kau membuat dia tidak nyaman. Ayo Alea aku akan mengantarmu ke kelas," ketus Arga serta menarik tangan Alea."8 tahun l
Di tengah sendu tangisnya malam itu, tiba-tiba terdengar langkah dari belakang punggungnya yang berjalan ke arahnya. Seketika Alea terdiam dengan ketakutan dan.."Alea?"*Alea melirik."Apa yang kau lakukan disini malam-malam?""Kak Arga?""Bukankah kau sedang tidak enak badan? Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Arga."Ahh itu."Argapun duduk di samping Alea."Baiklah katakan itu apa?" ucap Arga."Hah? Aa..aaa aku hanya merasa sesak saja di rumah jadi aku keluar untuk mencari angin itu saja hehe," jawab Alea dengan gugup."Ah begitu.""Iya tapi sepertinya aku harus pulang sekarang, aku sudah terlalu lama duduk disini."Karna merasa gugup Alea pun berdiri dan beranjak.
šGevan memanggil...."Asshh anak ini apalagi si? Suka banget gangguin orang lain senang-senang," ketus Rio dan langsung mengangkat telpon."Hallo." Rio."Rio." Gevan."Katakan, ada apa lagi? Ahh kamu benar-benar menggangguku.""Lupakan itu! Rio, apa kau memberiku alamat yang benar? Kau tidak memberiku alamat palsukan?""Apanya yang alamat palsu? Lagu Ayu ting-ting kah?""Berhenti bercanda.""Bukan aku, tapi kau yang bercanda. Kenapa kau berpikir bahwa aku memberimu alamat palsu? Seburuk itukah pertemanan kita?""Jadi maksudmu alamat ini benar?""Datangi alamat itu dan pastikan sendiri apakah itu benar atau salah.""Tapi ini berbeda dengan alamat yang ku terima di panti asuhan.""Aughh... Gevan
Arga yang syok setelah mendengar percakapan antara Seila dan Alea, dia langsung pergi tanpa kata. "Rahasia apa selain status Alea sebagai anak angkat di keluarga Seila. Apa ada rahasia lain yang tidak ku tau namun di ketahui Gevan yang bahkan tak begitu respek terhadap Seila," batin Arga. **** "Sudah bel, sekarang cepat masuk kelas hmm. Udah jangan nangis lagi," ucap Seila. "Iya kak." "Aughh lihat dirimu, kamu tetap terlihat cantik bahkan setelah air mata menghapus semua riasanmu," puji Seila sambil menyeka air mata Alea. "Kakak bisa aja." "Hmm tidak kok kakak serius, yuk," ucap Seila dan dia pun langsung memegang tangan Alea dan mengantar Alea hingga depan kelasnya. **** Hari demi hari terus berlalu, dan hari yang begitu di nantikan Gevanpun telah tiba.&n
Di sudut sekolah yang lain, terlihat Alea tengah duduk dengan santai sambil bertumpang kaki lalu."Ni minum." Arga memberikan sebotol minuman dingin pada Alea."Makasih.""Argapun duduk di samping Alea."Alea!""Hmmm.""Apa kamu di bully oleh teman sekelasmu?" tanya Arga."Di bully? Apa aku terlihat seperti orang bully.an? Haha ada apa dengan pertanyaanmu itu?" canda Alea."Bukan seperti itu.""Ya aku memang tidak akur dengan teman sekelasku, tapi itu karna aku masih baru jadi belum beradaptasi dengan baik. Tapi bukan berarti mereka membullyku juga," jelas Alea sambil meminum minuman yang di berikan Arga."Ah begitu, pokoknya jika ada yang merisakmu, jangan sungkan bilang saja padaku oke!" ujar Arga."Jangan khawatir aku tidak selem
"Apakah kamu benar-benar Alea?""Hah?" Alea berbalik dan, "kamu? Bagaimana bisa kamu?" tanya Alea pada orang itu dan ternyata adalah Gevan."Jawab pertanyaanku apa namamu benar-benar Alea?" tanya Gevan lagi sambil mendekat.Alea langsung berdiri dan mendekati Gevan sambil bertanya."Kenapa? Apakah penting jika namaku memang Alea?" tanya Alea dengan ketus."Tidak maksudku namamu sangat mirip dengan nama orang yang aku kenal," jawab Gevan."Cih tidak seperti dia satu-satunya orang yang memakai nama Alea," celoteh Alea."Terakhir kali kamu pernah menceritakan teman masa kecilnu saat kamu masih di panti kan apa kamu ingat?" tanya Gevan lagi."Tentu saja aku ingat ah dan sekarang aku bahkan menyesali apa yang sudah ku katakan. Harusnya aku tidak menceritakan masalah pribadiku pada orang asing sepertimu siapa tau kan