Kalhuaros mencium sesuatu mencurigakan dari padang rumput yang menjadi perbatasan area, antara Dome dan pemukiman suku ini. Ia meminta pada kepala suku untuk mengadakan penjagaan disekitar wilayah perbatasan itu."Rex dan Rou adalah prajurit terbaik disini, biarkan saja mereka pergi.""Apa saya perlu ikut dengan mereka, Kalhuaros?""Tidak! Berjagalah di area sekitar, Zandila. Ada yang lain seperti Artemis dan Dova. Mereka juga bisa diandalkan untuk menggunakan senjata modern."Aku hanya terdiam melihat keduanya yang serius membicarakan masalah keamanan. Rasanya aku menjadi biang kerok dari semua ini. Mungkin seharusnya aku tak berada disini, agar tidak terjadi hal semacam ini."Tony pasti mencari adikmu Serenada! Dia tidak akan mencarimu karena kau bukan targetnya.""Memang apa perbedaan saya dan Serenada, Kalhuaros?""Aku mencurigai sesuatu dari Tony, ada yang mau dia manfaatkan dari tubuh Serenada."Zandila terkejut mendengar perkataan lelaki tua itu. Sama, begitupun denganku. Tetapi
Setidaknya tembakan laser itu sudah membuat beberapa robot milik Tony Rodgers hancur. Ternyata Dova tidak sendirian! Ada Rex dan Rou yang datang dan dengan lincahnya menggerakkan Pentarec milik mereka sambil menembakkan laser. Dova mengeluarkan senjatanya yang bisa menembakkan rudal mini dan mengunci sasarannya."Dova, sialan! Tidak akan kumaafkan! Aargh...!""Syuuut...!""Dhuaaar...!"Aku senang melihat Max terpental jauh. Tunggu dulu! Seharusnya dia terjatuh, tapi kemana badannya? Ah, sudahlah! Itu tidak penting untuk dibahas."Dova, lepaskan ikatan kami!""Diamlah, Artemis! Jangan banyak gerak ya!"Satu per satu ikatan Tali Magnetic Stripe kami terlepas. Dova menembak dengan senjata lasernya. Baru kutahu ternyata ini mudah dilepas dengan satu tembakan laser saja. Kudengar suara bising saling menembak antara Rex, Rou dan Tony Rodgers. Novan membawa Kalhuaros dulu masuk lagi ke dalam rumahnya. Vaxia mengikutinya dari belakang."Kita tidak punya banyak waktu! Mana Pentarec milikmu? Bia
Tak pernah kutahu lagi bagaimana kondisi diluar sana. Menurut kabar dari Rex dan Rou, mereka yang mati dalam penyerangan kemarin telah dikuburkan. Aku tak bisa pergi dari rumah Kalhuaros, tubuhku masih sangat lemah. Sekalinya berjalan pun hanya sampai ke toilet lalu kembali lagi ke kamar."Kekuatanmu masih belum terkendali, Artemis.""Apa ayahku dulu seperti itu juga, Kalhuaros?""Tidak juga! Dia masih bisa mengendalikannya, kurasa ini ada hubungannya dengan perkataan Max waktu itu."Menghalangi kekuatanku dengan cara apa? Otakku masih belum bisa menangkap maksudnya. Kalhuaros tak memintaku untuk memikirkan hal itu. Hanya menyuruhku untuk istirahat kembali. Sebenarnya aku bosan berada di kamar ini. Tapi untuk bergerak saja, rasanya lemas sekali dan berulang kali nyaris terjatuh."Halo, Artemis! Bagaimana kondisi badanmu?""Sudah lebih baik, Zandila!"Kalhuaros menyuruhnya untuk pergi lagi dan meninggalkan saja apa yang dia bawa. Namun laki-laki bertubuh tegap dan besar itu tak mau. Dia
"Aku tidak bisa memberikan lebih untuk pesawat SKYLAR ini, setidaknya sudah ada beberapa penambahan untuk sistem operasinya. Oh ya, aku juga baru tahu kalau ternyata ini bisa digunakan untuk menyelam juga!""Kalau untuk berjalan di darat saja, seperti kendaraan jaman dulu menggunakan roda bagaimana?""Tidak ada roda disini! Fungsi itu juga tak kutemukan sama sekali. Hanya bisa untuk terbang dan menyelam di kedalaman dengan batas tertentu."Aku hanya mengangguk saja mendengar penjelasan Dova. Berarti untuk ukuran jaman dulu, pesawat ini sudah terhitung canggih. Sebenarnya yang membuatku takjub adalah benda ini masih utuh meski sudah puluhan tahun lamanya."Sistem AI-nya sudah kuperbaharui. Selain itu ada mode perintah suara, tapi kendali manual tetap bisa digunakan.""Kecepatannya tetap lambat ya! Karena hanya mengandalkan energi dari panel surya saja.""Yaa... seperti layaknya pesawat komersil jaman dulu. Tapi aku sudah menambahkan mode Warp. Cara kerjanya sama seperti alat Black Hole
Aku masih memikirkan kata-kata Kalhuaros. Malam ini sebenarnya adalah waktu yang tepat. Novan dan Dova sudah tertidur saat aku keluar rumah tadi. Hanya ada aku dan Serenada di tempat yang sama seperti dulu."Aku minta maaf kalau selama ini selalu jadi laki-laki yang kurang peka padamu, Serenada.""Huh! Akhirnya kau mau mengakuinya juga, Artemis.""Kenapa jawabanmu begitu, bisa lebih lembut sedikit nadanya?""Akhirnya kau mau mengakuinya juga, Artemis.""Kenapa sekarang jadi seperti ada slow motionnya begitu? Aku jijik!""Lalu aku harus bagaimana sih? Ini sudah asli dari dulu aku juga begitu!"Ya, sudahlah! Susah meminta Serenada agar dia bisa lebih lembut sedikit seperti perempuan lainnya. Eh, dia malah kesal sekarang. Kedua tangannya dilipat diatas dadanya."Terus maunya aku harus bagaimana sekarang?"Kata-kata Serenada yang satu ini membuat moodku jadi hilang untuk mengatakan hal itu. Rasanya kedua kakiku ingin melangkah pergi saja dari sini. Untungnya bisa aku tahan supaya tetap ber
Novan sudah memutuskan dia tidak akan ikut. Kurasa dia sudah nyaman berada disini. Mungkin juga Vaxia menjadi alasan kuatnya untuk menetap disini selamanya. Robot pribadiku W115 tentu saja ikut kubawa. Dia penting untuk ditempatkan dalam bagian dapur. Rex dan Rou sudah pernah bilang tak akan mau ikut, karena ini adalah tanah kelahiran mereka. Bagaimana dengan Zandila?"Kurasa aku juga tidak bisa, Artemis! Janjiku seumur hidup akan menjaga Kalhuaros karena dia sudah berjasa mengobati ibuku dulu.""Tidak masalah, Zandila! Aku hanya menawarkan saja.""Berjanjilah padaku, Artemis! Jaga baik-baik Serenada, jangan sampai ayahku bisa mendapatkannya lagi!"Aku mengangguk dengan mantap padanya. Zandila menepuk pundakku untuk terakhir kalinya. Baru ia pergi meninggalkanku sambil melambaikan tangannya, entah dia mau kemana. Rex menghampiriku sebelum naik ke SKYLAR."Hei, Artemis! Mungkin kau belum tahu bahwa ada air yang rasanya asin dan itu berasal dari tempat bernama laut. Jika kau butuh air be
"Astaga! Tempat apa ini, Dova?""Menurut peta satelit inilah lokasi El Savannah. Tapi aku tidak lihat apapun disini. Hanya ada tempat kosong, sebentar aku cari tahu dulu. Ah, ini namanya padang pasir!""Jadi, semua yang ada disini adalah pasir?"Baru kali ini aku tahu di Bumi ada hamparan pasir luas. Tak pernah kupelajari sebelumnya didalam Dome. Kami bingung mau mengarah kemana karena semua yang ada disini rasanya sama saja!"Lihat, ada sesuatu didepan sana!"Aku mengarahkan SKYLAR agar terus melaju ke depan, tapi tak menemukan apapun. Rasanya kesal dengan Serenada yang sudah berkata begitu."Kau padahal baru saja makan, apa sekarang matamu butuh kacamata?""Aku melihat pantulan sesuatu, Artemis! Ayolah, mataku masih normal!""Sepertinya Artemis yang butuh makan dulu. Sudah, ambil saja makananmu tadi yang kau simpan.""Lalu kendalinya bagaimana?""SKYLAR, aktifkan kendali otomatis!""SISTEM KENDALI OTOMATIS DIAKTIFKAN!"Akhirnya bisa makan juga! Memang rasanya buatku kesal kalau belum
Aku tadi mendengar suara Serenada dan berhasil menghentikan gerakan tubuhku. Setelahnya semua menjadi gelap. Kini aku bisa mendengar suara lagi, tapi mataku masih samar digunakan untuk melihat. Apa aku pingsan lagi? Tapi sekarang ada dimana?"Artemis sudah sadar!"Dova, ya itu suaranya. Lalu kudengar lagi suara Serenada. Tapi mataku masih samar untuk melihat keduanya. Bentuk mereka aneh seperti meliuk-liuk tak jelas."Aku ada dimana, Dova?""Kau sedang ada di tempat seorang healer. Katanya dia bisa menangani tubuhmu dulu.""Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku....""Terjadi lagi, sepertinya setiap kekuatan itu mengambil alih kesadaranmu tubuhmu jadi kaku semua.""Hei, tenanglah semua! Tolong kalian keluar sebentar, aku akan menangani anak muda ini. Bagaimana kondisimu?""Mataku masih belum bisa melihat dengan jelas. Kau siapa?""Aku adalah healer disini yang akan membantu mengobatimu. Namaku adalah Shadi. Biar kualirkan energiku padamu."Tak paham apa yang dia lakukan, hanya membuat tan
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."