"Larilah lebih cepat, Artemis!"
"Robo Belboy! Tangkap yang berambut ikal itu."
"Aku berusaha lebih cepaat...! Kenapa harus aku...?"
Aku malah berlari lebih cepat dan meninggalkan Dova. Kenapa harus menyebutku "yang berambut ikal" saat seperti ini? Besok aku akan suruh Dova membuat mesin pencatok rambut. Supaya tidak ada lagi sebutan itu. Sejujurnya aku benci rambutku sendiri! Selalu mudah ditandai karena rambutku.
"Hei, kau belum menjelaskan padaku itu tempat apa?"
"Tempat prostitusi! Hah... hah... tapi yang penting kita lari dulu. Aneh, baru kali ini ada tempat seperti itu yang memaksakan pelanggannya."
"Serenada, berikan Pentarecnya! Kau juga naik Pentarec!"
"Ada apa? Apa yang terjadi?"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Ayo, terbang!"
"Aah... mereka cepat sekali kaburnya. Aku tidak akan melepaskanmu, tampan!"
Menjijikkan sekali perempuan seperti Lilia! Aku harap tidak lagi bertemu dengannya. Kami bertiga
"Kalian aneh ya! Kenapa mau mengobatiku? Padahal aku ini kan... au!""Diamlah dulu! Aku sedang berkonsentrasi.""Kau bisa menjahit lukanya itu, Artemis?""Ya, dulu aku pernah belajar mengobati luka apapun saat ikut kegiatan tambahan di sekolah tentang penanganan darurat.""Tapi ada luka yang tidak akan bisa kau obati, Artemis.""Memangnya luka apa itu?""Luka di hati seseorang."Untung saja jahitannya sudah selesai dan tinggal diberi salep khusus agar lukanya cepat mengering. Baru aku beri perban. Aku menyipitkan mata ke arah Serenada setelahnya dengan kesal. Bercandaan dia tidak lucu malam ini."Kau anggap itu bercandaan? Aku serius!""Jangan dengarkan omongan Serenada, Artemis. Omongannya tidak mutu sama... uuh!"Belum sempat Dova menyelesaikan kata-katanya sudah mengaduh kesakitan. Pasti Serenada habis memukul perutnya lagi. Dasar! Mereka berdua memang tidak pernah akur."Terima kasih. Namaku
"Kalian harus cepat pergi dari sini.""Memangnya kenapa Boon Nam? Mereka sudah baik memberiku makan saat stok makanan kosong di kulkas.""Aku tahu, tapi situasinya berbeda."Boon Nam meneguk sekaleng minuman bersoda. Aku takut pada tatapannya yang terlalu tajam ke arahku. Asnee kali ini tak setuju padanya. Bahkan ia ingin mengajak kami berkeliling saat hari masih terang."Kalian bisa ke pasar. Aku akan temani kalian. Kalau pagi begini disini normal dan tidak berbahaya.""Jangan!"Sepertinya Asnee ini masih terlalu polos. Boon Nam malah meminta untuk tetap di apartemennya saja. Aku melihat Boon Nam yang sepertinya menyimpan satu rahasia besar. Ia terus melihatku dan hanya diam saja."Mereka orang asing.""Lalu apa hubungannya?""Kemunculan mereka bisa mengancam keselamatan kita juga."Asnee kecewa, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa lagi kalau Boon Nam sudah melarangnya. Kembali tatapan Boon Nam mengarah
Krieet...!"Pintu terbuka dan aku terkejut melihat Lilia yang membukanya. Aku menatapnya tajam dan mulai berhenti makan. Ku awasi setiap gerak geriknya."Wah, si tampan Artemis sendirian disini.""Huh! Kau mau apa?""Jangan seperti itu, nanti tampanmu hilang. Aku hanya mau mengambil aah... itu dia! Hiasan rambutku!"Masih terus ku lihat pergerakannya. Ia hanya tersenyum menggoda dan bergegas berlari ke arah pintu. Sebelum menutup pintunya, ia memberikan ciuman jarak jauhnya yang menjijikkan itu."Untung saja...."Mereka bertiga apa masih lama ya? Malam ini juga rasanya panas sekali. Aku mengambil sebotol besar air mineral dingin dan menuangkannya ke dalam gelas. Sayangnya minuman bersoda tadi habis. Ini gara-gara Dova yang tiba-tiba mencekikku tadi."Hm... kenapa rasanya...badanku....""Prang!"Gelas kaca itu terjatuh dan pecah bersama sisa air mineral yang aku tuang tadi. Badanku terasa lemas se
Aku berlari untuk bersembunyi di kamar saja. Menutup kain pembatasnya dengan rapat. Tapi aku mencoba untuk sedikit mengintip."Aah... dimana ya? Oh, itu dia!"Benar saja, Lilia yang masuk kesini! Setelah mengambil sesuatu, dia langsung pergi dan menutup pintunya. Sepertinya ini sudah aman. Aku akhirnya keluar dari kamar."Hei, Artemis. Ada apa? Wajahmu pucat sekali!""T-tidak ada apa-apa."Asnee tersenyum nakal padaku sambil mengambil minuman di lemari pendingin. Tiba-tiba saja rasanya aku ingin ke toilet. Asnee hanya bilang, turun dari tangga lalu belok ke kiri."Itu lokasi toiletnya.""Oke, terima kasih!"Aku bergegas keluar dan nyaris menabrak Serenada. Baru ingat kalau dia tadi dari toilet. Jadi, kuminta saja dia mengantarku kesana. Serenada kesal karena itu artinya dia harus turun tangga lagi."Tapi aku tidak masuk ke dalam ya.""Untuk apa kau masuk ke dalam? Ah, sudah cepatlah! Aku sudah tidak ta
"Eergh! Lepaskan! Boon Nam! Kau...." "Meski kau Cyborg, tapi bagian leher ke atas tetap masih manusia." "Apa yang kau lakukan? Bukankah kita sudah sepakat akan membawa Asnee untuk dijadikan Cyborg dan mendapatkan uang banyak?" "Kau salah Lilia! Aku bukan orang yang seperti itu." Lilia tersiksa dengan cekikan dari Boon Nam. Namun ia tak dapat melepaskannya. Boon Nam sudah mengarahkan tubuh Lilia agar terjatuh ke bawah. Anehnya, Lilia malah tertawa keras. "Ahahaha... dasar pengkhianat! Aku tidak akan melepaskanmu nanti!" "Selamat tinggal, Lilia!" "Aaaarkh...!" Lilia terjun bebas ke bawah menghantam benda apapun yang seharusnya menjadi penghalang baginya. Tapi itu tidak menghalanginya untuk terus terjun ke bawah. Dova berteriak dari atas SKYLAR dan melempar semacam tangga darurat posisi tergantung. Kapan dia datangnya? "Mana Pentarec kalian?" "Itu di... Boon Nam!" Boon Nam menyerahkan Pentarec
Asnee menatap ke arah jendela SKYLAR. Zona Pattaya yang biasanya penuh gemerlap lampu kini semakin terang dengan bekas ledakan Lilia yang baru saja terjadi. W115 sedang merawat Serenada. Katanya kakinya masih terasa sakit semua."Boon Nam... kenapa kita harus berpisah?""Ada apa?"Asnee hanya menatapku dengan mata berkaca. Lalu menatap ke arah jendela lagi. Ia masih tidak terima harus berpisah dengan sahabatnya itu. Zona Pattaya sudah menjadi bagian dari dirinya."Aku baik-baik saja, Artemis! Lihatlah! Delapan Belas tahun hidup disana dan aku tidak apa-apa. Kalau aku lapar, masih bisa mencuri.""Itu yang tidak diinginkan Boon Nam, Asnee. Dia tidak ingin kau selamanya menjadi pencuri.""Aku mencuri untuk makan.""Lalu kau makan dari hasil kejahatanmu? Lihat badanmu! Apakah jauh lebih baik dengan sebanyak apa kau mencuri disana?"Badan Asnee memang bagian dada dan perutnya nampak bidang. Tapi lengannya tidak besar, te
"Hei, Serenada! Kau mau ikut?""Memangnya kalian berdua mau kemana?""Kami curiga ada makhluk aneh yang tidak biasanya, berlari begitu cepat ke depan sana."Dova menunjuk ke arah terakhir ia melihat makhkuk tadi. Serenada jadi penasaran dan mau ikut dengan kami. Asnee ku cegah agar ia tetap berada di dalam SKYLAR bersama W115. Tapi sepertinya ia tidak mau."Kau sudah mengajakku ikut denganmu, jadi harus bertanggung jawab untuk membawaku kemanapun kalian pergi.""Sebenarnya itu demi keamananmu, Asnee.""Aku bisa menjaga diriku sendiri!""Sudahlah, Artemis! Susah memberitahu dia. Tunggu sampai dia kapok."Kami sepertinya berjalan tidak menentu hanya demi mencari makhluk aneh itu. Tiba-tiba muncul sekelebat lagi bayangan hitam dan langsung pergi. Kami berempat mencoba berlari mengikuti makhluk itu. Sayangnya, Pentarec lupa kami bawa. Setidaknya dengan menaiki Pentarec bisa mengimbangi kecepatan makhluk itu."Tun
"Memangnya ada apa, Artemis?""Suruh Asnee naik kesini dan Serenada. Aku merasa ada banyak yang mengawasi kita!"Dova memanggil Serenada dan Asnee. Mereka akhirnya mendekat kesini. Lalu Dova berlari ke dalam untuk mengambil senjata dan Pentarec. Ia langsung membagikan senjata yang bisa kami gunakan dan tentu saja Pentarec agar kabur lebih cepat."Tapi kelihatannya disini sepi.""Tidak... kau salah Serenada! Mereka semakin mendekat. Apa kau tidak merasakan ada batu berjalan?""Batu berjalan? Aaa... itu...!""Naiklah ke Pentarec! Ayo Asnee! Naiklah bersamaku!"Asnee hanya mengangguk dan saat kami sudah siap dengan pentarec tiba-tiba saja batu besar yang ada berubah menjadi orang. Mereka menyerang dengan senjata primitif mereka yang runcing tapi tidak kena.Senjata laser kuarahkan pada mereka dan berhasil ditahan dengan perisai yang mereka bawa. Kami semua memacu kecepatan Pentarec secepat mungkin. Jantungku sudah berd