Lama kami bertiga hanya terdiam. Sial! Aku kini terjebak pada situasi semacam ini. Tak pernah kusangka kalau manusia di dalam Dome sudah banyak yang penasaran dengan dunia di luar sana.
"Jadi, bagaimana Artemis? Hanya kau yang sedari tadi diam. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu untuk berkata TIDAK."Senyum Dova berubah menjadi sinis, ia sepertinya mulai membaca pikiranku. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Kulihat tangannya menekan sesuatu pada meja putih bundar.Dinding di samping Dova terbuka layaknya laci. Ia mengeluarkan sesuatu dari sana. Saat kusadari benda apa itu, reflek kakiku mundur satu langkah. Itu senjata penghapus data! Bagaimana dia bisa memilikinya?"Baiklah, aku ikut saja!""Bagus, itu yang ingin kudengar darimu Artemis.""Jangan bercanda dengan senjata itu, Dova!""Aku tidak bercanda kali ini, Tuan Putri! Ini adalah misi rahasia yang sangat ku jaga dengan rapat. Kalau Artemis berani menolak atau melapor ke robot polisi, lebih baik datanya kuhapus saja."Aku bernapas lega, jawabanku sudah tepat. Salah saja menjawab tadi, bisa jadi tubuhku ini hilang untuk selamanya."Kita mulai dari mana?""Dari rekaman yang ada di memori yang kutemukan dulu.""Sudah mendengarnya secara keseluruhan, Tuan Putri?""Sudah, Aku dan Artemis yang mendengarnya.""Aku juga punya memori ini, Dova. Tapi hanya berisi foto dan musik saja.""Itu tetap bisa menjadi petunjuk untuk kita, Artemis. Aku ada beberapa catatan yang ditinggalkan oleh Profesor Sanders."Muncul komputer dari balik dinding saat ditekan tombol lain yang ada di meja putih itu. Layarnya hanya semacam kaca tebal yang langsung menyala saat Dova mengaktifkannya. Keyboard hologram muncul diatas meja tadi.Jari Dova sibuk mengetikkan sesuatu pada keyboard tadi. Layar komputer langsung menunjukkan kumpulan data hasil penelitian Dova dan Profesor Sanders. Semuanya sangat detail, dari tanggal penemuan alat hingga kegunaan dan spesifikasinya. Termasuk beberapa alat yang dicurigai karena ternyata itu selundupan dari luar Dome yang dibuat seolah berasal dari masa lalu.Tapi dari sini justru rasa penasaraku semakin tinggi. Apa iya masih ada yang hidup diluar Dome ini?"Bukannya penjagaan sangat ketat ya. Darimana datangnya alat semacam ini hingga bisa masuk ke dalam Dome?""Artemis, tanpa kita sadari ada beberapa pejabat yang punya akses untuk keluar dari Dome. Termasuk ayahku.""Seorang tuan putri tidak akan berbohong bukan?""Untuk apa aku berbohong, Artemis? Sejak kecil aku melihatnya sendiri. Mereka memiliki alasan untuk mengecek bagian luar Dome apakah aman atau terdapat celah?"Aku dan Dova terdiam. Ada banyak hal yang diketahui oleh Tuan Putri Serenada selama ini. Hanya saja mungkin dia tidak tahu mau berbicara pada siapa."Jadi itu alasanmu tertarik untuk mempelajari dunia luar Dome.""Tepat sekali! Ketika aku masih kecil tentu hanya diam saja. Semakin kesini aku jadi bertanya untuk apa?""Tapi Tuan Presiden....""Ayahku tidak pernah keluar dari Dome meski punya aksesnya. Ia merasa aman di dalam sini."Kami makin tahu, bahwa ini sebabnya ada beberapa benda dari luar yang masuk kemari. Melalui orang-orang yang punya akses keluar. Entah apakah Profesor Sanders juga punya akses keluar? Tapi rasanya tidak mungkin, mengingat tidak ada yang bisa dia kerjakan dari luar.***Hari ini ada lagi laporan mengenai benda aneh yang ditemukan oleh seseorang. Bendanya terlalu besar dan dia mendapatkannya saat sedang menggali tanah di depan rumahnya. Ini biasa dilakukan oleh orang yang berpikir, kalau menemukan sesuatu dia bisa dibayar. Sebab tidak mungkin hanya sekedar menggali tanah tanpa tujuan jelas."Kali ini kita kemana Tuan Putri Serenada?""Ke Area U, Artemis. Ini area yang sangat jauh dari pusat kota. Haah... sejujurnya aku sudah sangat bosan! Orang pasti berpikir lagi ingin mendapatkan sesuatu dari kita.""Maksudnya dia sengaja untuk menggali tanah demi menemukan sesuatu?""Yaah... begitulah, Artemis!"Tuan Putri Serenada malah bercerita panjang lebar padaku, kalau dulu manusia menggali tanah memang ada tujuannya. Tidak semata untuk mendapatkan suatu benda saja, tapi untuk hal lainnya. Termasuk menanam tanaman agar pasokan oksien dan kehidupan makhluk lainnya terus berjalan secara seimbang."Kau tidak bertanya padaku darimana tahu hal itu, Artemis? Pengetahuan itu dari ibuku. Jauh sebelum dia menghilang, banyak hal yang ia ajarkan padaku secara diam-diam.""Lalu kau tahu kalau ternyata Ibumu keluar dari sini seperti yang dikatakan oleh Dova tadi?"Tak ada jawaban darinya. Hanya tatapan kosong di mata Serenada. Hingga akhirnya kami sampai di Area U. Area ini terlalu jauh untuk dilampaui dengan Teletransporter yang ada. Teknologi itu baru sebatas bisa menjangkau sampai Area I. Jadi, untuk bisa kemari kami harus menaiki X-Car.X-Car adalah alat transportasi lain selain Flying Skate. Bedanya, bisa diisi dua orang dan bagian belakang untuk barang. Kecepatannya yang tak biasa membuat kendaraan ini harus berada pada jalur khusus."Akhirnya yang ditunggu tiba!"Seorang laki-laki sudah menunggu kami di dekat jalur X-Car. Tangannya kirinya terus mengusap punggung tangan kanannya."Selamat pagi, saya dan Tuan Artemis akan mengeceknya terlebih dahulu, Tuan....""Ehm...! Panggil saya Tuan Ken saja.""Baiklah, Tuan Ken. Kami akan bekerja terlebih dahulu. Bisa geser sebentar?""Untuk apa? Aku ingin melihatnya juga seperti apa dan...ouch!""Flash!"Tanpa perlu basa basi lagi, Serenada langsung membuat orang tadi lupa dengan fitur penghapus ingatan pada jam tangan pintarnya. Efeknya tidak akan membuat lupa ingatan selamanya, hanya lupa sesaat dengan apa yang baru saja terjadi."Apa yang terjadi? Mataku silau sekali!""Artemis, bawa langsung benda ini ke dalam X-Car! Ayo kita angkat, Satu... dua... tiga...!""Ini lumayan berat, Tuan Putri Serenada.""Ayo, cepatlah! Sebelum dia sadar dan tahu kalau kita ada disini.""Iya!"Benda itu akhirnya bisa masuk ke dalam bagasi X-Car, ternyata muat juga! Padahal kalau dilihat sekilas ukurannya besar. Baru ku sadari kalau bentuk bagasinya sedikit lebih cekung ke dalam lantainya. Pantas saja cukup!Aku segera masuk kembali bersama Serenada dan kabur. Alat transportasi yang ku kendarai itu melaju secara otomatis kembali ke Laboratorium Utama."Besar sekali! Benda apa itu?""Kita akan tahu setelah Dova memeriksanya!"Sebanyak alat ataupun benda masa lalu yang kutemukan, sejujurnya ini paling berat. Nyaris saja tadi tidak bisa kuangkat kalau tidak ada Serenada. Uugh... berat sekali! Rasanya badanku sakit semua setelah mengangkat benda itu. Semoga saja didalamnya tidak sengaja diisi batu atau tanah."Dova, ayo bantu kami!""Iya, aku datang! Ayo segera bawa ke ruangan.""Bruuk!"Debu berterbangan di dalam ruangan membuat kami terbatuk sesaat. Mesin penghisap debu otomatis di dalam ruangan segera bekerja. Kini ruangan kembali bersih. Benda hitam kotak apa ini? Seluruh lapisan benda ini ditutupi kain hitam."Ini alat elektronik jaman dulu?""Sepertinya bukan Artemis, lebih baik kita buka dulu."Kami mencoba membuka kain penutupnya terlebih dahulu. Barulah nampak ini adalah sebuah kotak kayu. Dova membersihkan permukaannya dengan kain tadi."Hanya kotak kayu biasa, tapi kenapa bisa seberat itu ya?""Supaya kita tahu, buka saja dengan Laser Pembelah.""Kalian berdua minggirlah! Biar aku yang membukanya."Dova mulai membelah kotak itu dengan sangat hati-hati. Aku dan Serenada hanya bisa melihatnya sampai akhirnya satu sisi kotak itu terbuka dan isinya berhamburan."Astaga! Apa ini?""Ini disebut buku, Tuan Putri. Jaman dulu orang membuat buku dengan kertas yang berasal dari pohon. Rupan
Dova masih diam tak mampu berkata apapun. Aku berlari ke bagian pantry dan menekan tombol otomatis untuk menyeduh coklat hangat. Tuan Presiden memang beberapa kali ke laboratorium. Namun, baru kali ini aku melihat wajah Dova nampak pucat bahkan sampai terjatuh. Setelah bertemu dengan Tuan Presiden."Minumlah ini, tenangkan dirimu dulu.""Ba-baik Artemis. Terima kasih ya!"Coklat hangat yang ada sekarang memang sudah buatan secara kimia. Meski begitu, efeknya tetap sama, mampu menenangkan suasana hati seseorang."Aku rasa ayahku mencurigaimu, Dova.""Kenapa begitu, Tuan Putri?""Karena Dova dulu paling sering berhubungan dengan Profesor Sanders. Sementara beliau saja pada akhirnya mencoba keluar dari sini dan dianggap pembelot. Bukan begitu Dova?""Terkadang aku tidak paham dengan dunia ini, Tuan Putri Serenada. Orang yang sudah banyak berjasa bagi kemajuan Dome, justru dimusuhi begitu hebat hanya karena dia memiliki prinsip yang berbeda dengan ayahmu."Kepala Dova mulai mendongak ke at
Aku sudah bersiap berada diatas Flying Skate. Tapi tiba-tiba Serenada memanggilku. Nah, ada apa lagi? Jam kerja sudah berakhir dan aku mau pulang."Boleh aku malam ini menginap di rumahmu, Artemis?"Serenada mau menginap di rumahku untuk apa? Duh, jelasnya aku tak suka. Mengganggu privasiku saja! Sejak dulu aku terbiasa sendiri, eh tidak juga! Maksudku hidup bersama W115, robot pelayan sekaligus sahabatku itu."Sekali ini saja Artemis, kumohon.""Nanti Tuan Presiden mencarimu. Aku bisa dihapus datanya dan dianggap menyembunyikan anak kesayangannya.""Huh! Kau tidak tahu ayahku seperti apa. Tenang saja, dia tidak akan mencariku.""Ah, pokoknya tidak!"Kutinggalkan Serenada begitu saja dan langsung terbang menaiki Flying Skate milikku. Dalam perjalanan, sebenarnya aku masih berpikir tentangnya. Tidak biasanya Serenada bersikap begini anehnya. Sepertinya setelah dia tahu rumahku, rasa penasarannya terlalu tinggi.***"W115, tolong buatkan kopi untukku!""Satu atau dua, Tuan Artemis?""Ten
Aku tak pernah mengira kalau Serenada akan tetap berbicara saat tertidur. Apa dia saat itu sedang menggigau ya? Entahlah! Jelasnya aku kapok untuk tidur bersamanya lagi. Anehnya, pagi ini kulihat dia tersenyum saat pergi bekerja."Kau sudah tidak waras ya?""Apa katamu, Artemis?""Ah! Malas untuk mengulang pertanyaan tadi. Kalau begitu kenapa kau tersenyum sendiri sejak datang tadi?""Karena tadi malam aku bisa tidur dengan nyenyak.""Padahal aku mendengarmu berbicara tak jelas semalam.""Eh, benarkah? Tapi, aku benar-benar tidur!"Berarti benar dugaanku tadi, kalau dia sedang menggigau. Serenada nampak malu sambil beberapa kali mengusap pipinya. Saat kami berdua masuk, Dova agak terkejut. Memang tak biasanya kami datang berdua bersamaan seperti ini."Artemis, kau dan Serenada janjian?""Tidak!""Lalu, kenapa kalian berdua bisa datang bersamaan?""Kebetulan ketemu tadi saat masuk kemari.""Pok!"Serenada menepuk pantatku keras. Sepertinya dia tidak ingin Dova tahu, kalau semalam mengin
"Tidak mungkin membicarakan tentang Profesor Sanders di tempat terbuka. Data orang yang dianggap pembelot sudah terekam dan jika menyebutkan namanya saja, sistem keamanan langsung menandai kita.""Ternyata rumahmu juga punya ruang rahasia ya!""Eeh... itu sudah ada sejak aku masih kecil!""Dan disini masih ada buku kuno.""Itu punya ayahku, Serenada.""Memangnya kau paham dengan isi buku itu, Serenada?""Tidak, hanya saja ini bagus!""Baiklah, lalu apa yang mau kalian bicarakan kemarin soal catatan Profesor Sanders?"Dova membawa komputer mini miliknya, dia lalu menunjukkan salinan catatan milik Profesor Sanders. Novan sampai mengernyitkan dahi saat membacanya. Ia mengambil Chrobook miliknya dan membuat catatan tersendiri. Sampai akhirnya, robot rumah tangga milik Novan datang membawa makanan kemari."Terima kasih, kalian makanlah dulu. Aku juga sambil membaca catatan ini."Novan terbiasa bekerja sambil makan. Dia terus membuat poin per poin dari catatan itu. Sesekali tangan kanannnya
"Kalau boleh aku tahu, kau sendiri pernah melihat Bumi dari luar angkasa?""Ah, ya aku pernah menceritakannya pada Serenada. Kau bisa....""Tidak! Aku mau mendengarnya darimu langsung, Novan."Novan bercerita saat dia pernah ditugaskan untuk pergi ke planet Mars. Mempersiapkan Dome baru disana yang nantinya akan ditinggali oleh manusia. Saat berada di pesawat ulang alik, dia memang melihatnya sendiri. Sebelum pesawat itu melaju meninggalkan Bumi terlalu jauh, mata Novan terus melihat sesuatu berwarna hijau di planet ini."Memang yang berwarna coklat nampak juga, tapi ternyata masih ada area yang terjaga. Meski kita sudah melalui bencana suhu ekstrim itu.""Bukannya tanaman seharusnya sudah banyak yang terbakar ya?""Seharusnya begitu, tapi aku tidak bohong! Aku benar-benar melihatnya."Artinya masih ada harapan manusia untuk terus hidup di Bumi ini. Tanpa harus mencari planet lain yang layak huni. Novan bekerja sebenarnya hanya mengikuti perintah saja, tak berani untuk membantah tentan
Peralatan yang sudah aku siapkan bersama Serenada ada di laboratorium. Itu menjadi tanggung jawab Dova untuk membawanya. Kami juga mau membawa barang pribadi yang bisa dimasukkan ke dalam Dimension Pouch.Perjalanan ke Area X setidaknya memakan waktu yang cukup lama. Meski transportasi disini sudah terhitung cepat, karena kami tetap harus bekerja di pagi harinya dulu. Baru sore kami lakukan perjalanan menuju ke hotel di area G. Teletransporter belum mampu untuk langsung menjangkau sampai Area X."Seperti biasa aku akan melakukan perjalanan ke luar area. Tolong jaga rumah ini dulu, W115.""Ya, Tuan Artemis. Tapi, anda tidak apa-apa?""Kenapa kau bertanya begitu, W115?""Sistemku mengatakan bahwa badan anda sedang panas. Perlu saya bawakan obat?"Panas? Ah, ya! Aku baru tersadar saat mencoba menyentuh bagian leher. Memang sedikit hangat, tapi tidak panas. Anehnya, aku masih baik-baik saja."Tidak perlu! Bawakan saja air hangat ke kamar, W115. Selepas ini aku mau tidur saja.""Baik, Tuan
Serenada terus mengajak bicara aku dan Dova selama didalam X-Car. Sementara Dova mencoba untuk menyuruhnya untuk berhenti. Malah justru Serenada marah dan jadi sasaran empuk pukulannya lagi."Iya, ya. Tapi berhentilah bicara satu menit saja. Aku tidak tahan kalau mendengar kau terus saja bicara.""Artemis saja tidak mempermasalahkannya. Hanya kau yang ribut terus soal itu!""Iya, kau betah sekali menanggapi ocehannya, Artemis.""Obrolan Serenada masih lurus saja. Tidak ada yang salah! Kenapa?""Astaga! Aku saja tidak betah mendengarnya. Apalagi suaranya yang....""Kenapa? Suaraku jelek ya?""No comment! Aku tak mau lagi kena tinju darimu."X-Car yang kami tumpangi berhenti di station X-Car di Area X. Terdapat tulisan selamat datang di depan gerbang dari station ini. Aku dan Dova segera turun, hanya Serenada yang lambat membuka pintunya. Bagasi terbuka, aku hanya mengambil barang bawaanku saja. Kuambil juga Tas Ransel Dimensional milik Serenada."Ini tasmu!""Terima kasih, Artemis! Nah,
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."