Aku tak pernah mengira kalau Serenada akan tetap berbicara saat tertidur. Apa dia saat itu sedang menggigau ya? Entahlah! Jelasnya aku kapok untuk tidur bersamanya lagi. Anehnya, pagi ini kulihat dia tersenyum saat pergi bekerja."Kau sudah tidak waras ya?""Apa katamu, Artemis?""Ah! Malas untuk mengulang pertanyaan tadi. Kalau begitu kenapa kau tersenyum sendiri sejak datang tadi?""Karena tadi malam aku bisa tidur dengan nyenyak.""Padahal aku mendengarmu berbicara tak jelas semalam.""Eh, benarkah? Tapi, aku benar-benar tidur!"Berarti benar dugaanku tadi, kalau dia sedang menggigau. Serenada nampak malu sambil beberapa kali mengusap pipinya. Saat kami berdua masuk, Dova agak terkejut. Memang tak biasanya kami datang berdua bersamaan seperti ini."Artemis, kau dan Serenada janjian?""Tidak!""Lalu, kenapa kalian berdua bisa datang bersamaan?""Kebetulan ketemu tadi saat masuk kemari.""Pok!"Serenada menepuk pantatku keras. Sepertinya dia tidak ingin Dova tahu, kalau semalam mengin
"Tidak mungkin membicarakan tentang Profesor Sanders di tempat terbuka. Data orang yang dianggap pembelot sudah terekam dan jika menyebutkan namanya saja, sistem keamanan langsung menandai kita.""Ternyata rumahmu juga punya ruang rahasia ya!""Eeh... itu sudah ada sejak aku masih kecil!""Dan disini masih ada buku kuno.""Itu punya ayahku, Serenada.""Memangnya kau paham dengan isi buku itu, Serenada?""Tidak, hanya saja ini bagus!""Baiklah, lalu apa yang mau kalian bicarakan kemarin soal catatan Profesor Sanders?"Dova membawa komputer mini miliknya, dia lalu menunjukkan salinan catatan milik Profesor Sanders. Novan sampai mengernyitkan dahi saat membacanya. Ia mengambil Chrobook miliknya dan membuat catatan tersendiri. Sampai akhirnya, robot rumah tangga milik Novan datang membawa makanan kemari."Terima kasih, kalian makanlah dulu. Aku juga sambil membaca catatan ini."Novan terbiasa bekerja sambil makan. Dia terus membuat poin per poin dari catatan itu. Sesekali tangan kanannnya
"Kalau boleh aku tahu, kau sendiri pernah melihat Bumi dari luar angkasa?""Ah, ya aku pernah menceritakannya pada Serenada. Kau bisa....""Tidak! Aku mau mendengarnya darimu langsung, Novan."Novan bercerita saat dia pernah ditugaskan untuk pergi ke planet Mars. Mempersiapkan Dome baru disana yang nantinya akan ditinggali oleh manusia. Saat berada di pesawat ulang alik, dia memang melihatnya sendiri. Sebelum pesawat itu melaju meninggalkan Bumi terlalu jauh, mata Novan terus melihat sesuatu berwarna hijau di planet ini."Memang yang berwarna coklat nampak juga, tapi ternyata masih ada area yang terjaga. Meski kita sudah melalui bencana suhu ekstrim itu.""Bukannya tanaman seharusnya sudah banyak yang terbakar ya?""Seharusnya begitu, tapi aku tidak bohong! Aku benar-benar melihatnya."Artinya masih ada harapan manusia untuk terus hidup di Bumi ini. Tanpa harus mencari planet lain yang layak huni. Novan bekerja sebenarnya hanya mengikuti perintah saja, tak berani untuk membantah tentan
Peralatan yang sudah aku siapkan bersama Serenada ada di laboratorium. Itu menjadi tanggung jawab Dova untuk membawanya. Kami juga mau membawa barang pribadi yang bisa dimasukkan ke dalam Dimension Pouch.Perjalanan ke Area X setidaknya memakan waktu yang cukup lama. Meski transportasi disini sudah terhitung cepat, karena kami tetap harus bekerja di pagi harinya dulu. Baru sore kami lakukan perjalanan menuju ke hotel di area G. Teletransporter belum mampu untuk langsung menjangkau sampai Area X."Seperti biasa aku akan melakukan perjalanan ke luar area. Tolong jaga rumah ini dulu, W115.""Ya, Tuan Artemis. Tapi, anda tidak apa-apa?""Kenapa kau bertanya begitu, W115?""Sistemku mengatakan bahwa badan anda sedang panas. Perlu saya bawakan obat?"Panas? Ah, ya! Aku baru tersadar saat mencoba menyentuh bagian leher. Memang sedikit hangat, tapi tidak panas. Anehnya, aku masih baik-baik saja."Tidak perlu! Bawakan saja air hangat ke kamar, W115. Selepas ini aku mau tidur saja.""Baik, Tuan
Serenada terus mengajak bicara aku dan Dova selama didalam X-Car. Sementara Dova mencoba untuk menyuruhnya untuk berhenti. Malah justru Serenada marah dan jadi sasaran empuk pukulannya lagi."Iya, ya. Tapi berhentilah bicara satu menit saja. Aku tidak tahan kalau mendengar kau terus saja bicara.""Artemis saja tidak mempermasalahkannya. Hanya kau yang ribut terus soal itu!""Iya, kau betah sekali menanggapi ocehannya, Artemis.""Obrolan Serenada masih lurus saja. Tidak ada yang salah! Kenapa?""Astaga! Aku saja tidak betah mendengarnya. Apalagi suaranya yang....""Kenapa? Suaraku jelek ya?""No comment! Aku tak mau lagi kena tinju darimu."X-Car yang kami tumpangi berhenti di station X-Car di Area X. Terdapat tulisan selamat datang di depan gerbang dari station ini. Aku dan Dova segera turun, hanya Serenada yang lambat membuka pintunya. Bagasi terbuka, aku hanya mengambil barang bawaanku saja. Kuambil juga Tas Ransel Dimensional milik Serenada."Ini tasmu!""Terima kasih, Artemis! Nah,
"Satu hal yang kucurigai terlebih dahulu setelah tersadar di tenda khusus darurat.""Apa itu Dova?""Ada seseorang atau bahkan kelompok tertentu yang mencoba membuat sebuah alat besar. Entah apa kegunaannya.""Tapi, darimana mereka mendapatkan bahan untuk membuat itu semua? Kita bertahun-tahun lamanya hidup dalam Dome ini.""Kurasa ada yang menjadi penyuplai khusus dari luar. Yaah... seketat apapun peraturannya disini. Manusia pasti mudah untuk menemukan celah agar bisa melanggarnya.""Jadi, peraturan dibuat untuk dilanggar?""Kurasa begitu, Artemis. Hahaha... baiklah kita disini dulu. Aku mau membuka komputer mini milikkku."Komputer mini milik Dova mungkin tidak ada bedanya dengan benda bernama laptop yang pernah dipakai manusia. Hanya saja ukurannya benar-benar mini dan bisa dimasukkan ke dalam saku celana sekalipun. Tulisan didalamnya bisa dilihat melalui layar kecil. Tetapi Dova sering mengeluarkannya dalam bentuk hologram."Biar kutebak, kau mau menjebol internet keluar bukan?""
Beberapa hari setelah peristiwa itu....Kondisi di dalam Dome dinyatakan pada level waspada. Semua petugas keamanan Dome ditugaskan untuk menyebar, mencari tahu tentang kelompok serba hitam. Rupanya aktivitas mereka sudah lama terendus oleh Dewan Keamanan.Peringatan disiarkan secara besar-besaran. Tuan Presiden melarang adanya kegiatan apapun selama seminggu. Jika ada kebutuhan mendesak, hanya diperbolehkan robot rumah tangga yang keluar. Supermarket hanya diijinkan beroperasi hingga jam tujuh malam. Termasuk aku yang saat ini berada di rumah bersama W115."Masih membekas lebamnya, W115. Ouch! Masih sakit kalau kusentuh.""Jangan terlalu banyak disentuh, Tuan Artemis. Saya sudah memberikan salepnya pagi ini.""Iya, aku tahu tapi...."Lebam bekas pukulan itu rasanya menganggu penampilanku saja! Aku tiba-tiba mendengar suara notifikasi dari komputer utama di rumahku. Ada email masuk, ternyata ini dari Dewan Keamanan. Tuan Qin selaku Ketua dari Dewan Keamanan memintaku untuk datang ke ka
Kondisi sudah dinyatakan aman oleh Dewan Keamanan. Berita itu langsung disiarkan oleh Tuan Qin, melalui layar besar yang ada di setiap sudut area. Aktifitas kembali normal, bahkan pagi ini aku menerima beberapa email dan telepon tentang penemuan barang di berbagai area."Kenapa tiba-tiba ada banyak sekali yang melaporkan penemuan barang peninggalan masa lalu?""Kita harus bagi tugas, Tuan Putri. Aku bisa ke Area J dan L. Sementara kau bisa ke Area U dan N.""Hei, lihat ini! Ada yang minta kalian datang ke area Y.""Area Y itu daerah industri bukan? Segala aktifitas produksi untuk barang kebutuhan manusia. Seharusnya tidak ada yang bertempat tinggal disana."Dova baru tersadar hal itu, lalu siapa orang yang meminta kita datang kesana? Namanya pun hanya tertulis singkat "Vanya". Menurut informasi yang dia berikan, ada beberapa barang yang ditemukannya. Kecurigaan dia masih ada barang yang tak sengaja tertimbun disana."Area Y seharusnya hanya ada robot dan mesin, Dova.""Tapi rasanya tid
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."