Sebenarnya Dova sempat khawatir tentang Serenada. Pasti Tuan Presiden akan mencari anak satu-satunya itu. Serenada pun demikian, tapi dia tahu bagaimana menghadapi ayahnya."Semoga saja robot itu bisa bertahan meniruku lebih lama.""Kau punya robot semacam itu Serenada?""Eh, entahlah! Itu sudah ada sejak aku masih kecil di kotak mainan. Ayahku sepertinya tidak tahu akan hal itu. Dulu aku sering bermain dengan robot itu. Bahkan ayahku pernah tertipu dengannya."Keluarga Tuan Presiden sepertinya bisa mendapatkan gadget aneh yang khusus untuk mereka saja. Kenapa Serenada tak pernah bercerita tentang robot semacam itu? Cara kerjanya pun Serenada harus selalu berada di dekat robot itu. Maka segala kegiatan dan caranya melakukan sesuatu akan direkam. Termasuk suaranya!Semakin lama Serenada berada didekat robot tadi, maka akan lama juga robot itu bertahan untuk menirunya. Jika sudah siap, cukup tekan tombol hijau yang ada di bagian belakang dan robot itu secara ajaib berubah mirip seperti S
"Selamat Pagi, kalian sarapan saja dulu. Maaf aku harus membereskan sesuatu di kantor. Nanti aku akan kembali kemari."Semuanya terbangun dengan wajah ceria. Hanya aku yang nampak kesal pagi ini. Dova dan Novan cekikikan melihatku. Kalau dipikir lagi, melihat mereka berdua seperti kakak adik saja ya!"Hei, aku yang ambil rotinya duluan!""Hati-hati dengan Dova! Dia bisa menghabiskan semua yang ada disini.""Termasuk meja makannya, Serenada? Hei, aku tidak se-rakus itu!"Kini Serenada yang tertawa kecil, sukses mengerjai Dova. Aku hanya tersenyum melihatnya sambil mengambil dua lembar roti dan isian daging serta sausnya. Hanya Novan dan Serenada yang makan nasi pagi ini."Kalian sudah makan semua?"Vanya telah kembali dan aku hanya mengangguk sambil terus menguyah roti isi daging ini. Dia ikut berkumpul bersama kami dan mengambil nasi. Ternyata Vanya tak terbiasa sarapan dengan roti saja."Sambil kita sarapan, ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian lagi tentang Area Z."Baru kusadar
"Hidup kita akan berakhir disini! Para Cyborg itu masih mengejar sampai kemari.""Anak-anak, berhentilah mengejar mereka! Biarkan Zorgo yang mengatasinya."Zorgo, ternyata itu nama robot besar dihadapan kami. Kulihat para Cyborg mundur, justru robot besar itu yang datang kemari. Ayo, berpikirlah Artemis!"Dova, kau masih ingat catatan terakhir Profesor Sanders?""Aah...! Saat seperti ini kau masih memikirkan itu, Artemis?""Catatan terakhir ayahku? Aku, ingat Artemis! Memangnya kenapa dengan itu?""Kurasa itu cara menghadapi robot ini. Ayo, naik ke atas badanku! Terserah mau Novan duluan atau Dova. Kita harus berusaha nampak lebih tinggi.""Biar aku saja kalau mereka berdua tak mau. Tahan badanku ya, Artemis!"Serenada dengam sigap melompat dan mulai naik ke atas, baru Novan menyusul. Uugh! Mereka berdua saja sudah berat. Aku harus bisa menahan mereka supaya tetap diatas. Sayangnya aku lupa setelah itu apa?"Kalian bertiga gila ya! Nanti jatuh tahu!""Uwoow robot itu tetap saja mau men
Sesaat aku mulai bisa membuka mataku. Samar aku melihat sebuah atap. Tunggu dulu, atap ini aneh! Aku ada dimana? Eh, aku masih hidup rupanya! Kupikir sudah mati setelah peristiwa itu."Rex kau memukulnya terlalu keras!""Cuma itu satu-satunya cara untuk melumpuhkan dia. Supaya bisa membawanya kemari."Aku tahu itu suara manusia. Tapi mataku masih juga belum bisa melihat dengan jelas. Perlahan pandanganku mulai membaik. Akhirnya bisa melihat dua sosok manusia berkulit gelap dengan tatto warna putih di tubuh mereka. Penampilan mereka nyaris sama! Hanya corak tattonya yang membedakan keduanya."Kalian siapa? Kenapa aku ada disini?""Sebenarnya kalau kau tidak gegabah menembakku dengan senjata laser itu, kami lebih mudah membawamu.""Sudahlah, Rou! Dia dalam kondisi panik melihatmu saat itu."Aku memegang leher yang terasa sedikit pegal. Nama mereka berdua cukup aneh, Rex dan Rou. Salah satunya memberikanku minum meski sempat awalnya kutolak."Tidak ada racunnya disini! Untuk apa kami mau
Laki-laki tua berperawakan kurus itu bernama Kalhuaros. Nama yang aneh, tapi dia mengakui kalau itu memang nama aslinya. Bukan karena dia tinggal bersama suku ini lantas mengganti namanya. Seperti yang dikatakan oleh Rex dan Rou, dia ahli dalam pengobatan."Jadi, anda adalah seorang dokter Tuan?""Hehe... panggil aku Kalhuaros saja. Aku bukan dokter, lebih tepatnya disebut sebagai healer. Caraku mengobati berbeda dengan cara medis yang biasa digunakan oleh manusia. Aku biasa memanfaatkan tanaman yang ada juga untuk bahan obat."Kalhuaros meminta kami untuk memperkenalkan diri, namun saat mendengar nama Novan ia nampak terkejut. Sebab Novan menyebutnya secara lengkap. Dia kini tak lagi ragu memakai nama "Sanders" dibelakang namanya. Sedangkan kami bertiga, hanya menyebutkan nama depan saja."Tapi, tunggu dulu! Aku teringat akan sesuatu. Dulu ibuku pernah berkata bahwa aku punya adik yang namanya sama dengan dia."Serenada agak terkejut saat dirinya ditunjuk oleh laki-laki yang dipanggil
Lucu saja menurutku, terkadang berpikir apa anaknya Profesor Sanders ini terbalik ya? Kenapa malah Dova yang masih nampak sedih meski tidak separah tadi. Justru Novan yang mulai bisa menerima kondisi ini. Bahwa ayah dan ibunya memang sudah tiada.Menurut cerita yang ada, benar ibunya mengalami gangguan jiwa saat ditemukan. Entah karena apa itu yang belum jelas. Ayah Novan saat itu memang sempat sedih, meski akhirnya bisa menerima kondisi itu. Istri Profesor Sanders yang meninggal duluan baru dia."Yaah... aku tidak apa, Artemis. Setidaknya semua sudah jelas!""Iya, jadi teringat kata Rou tadi kalau semua manusia akan mengalami ini.""Rex juga berkata begitu!"Kalhuaros keluar dari rumahnya dan memanggil kami semua yang sedang berkumpul di tengah area pemukiman suku ini. Aku tahu dari gerakan bibirnya, sayangnya suaranya tak kencang. Zandila yang ternyata sebagai penjaga pribadinya datang menemui kami. Kulihat Serenada berusaha mundur selangkah."Kalhuaros memanggil kalian dan....""Hei
Meski sejak kecil aku selalu dibiasakan Max untuk membersihkan kamarku sendiri, namun rasanya berbeda setelah dewasa. Aku lebih banyak mengandalkan W115 untuk urusan kebersihan. Termasuk untuk hari ini."Baiklah, saatnya kita aktifkan!""Ternyata Artemis memang serius membawa robot pribadinya."Tombol powernya kutekan dan seketika kapsul besar dihadapanku ini berubah perlahan. Sosok robot humanoid yang menjadi sahabatku selama ini, hadir diantara kami semua. Awalnya W115 sempat bertanya kenapa dia ada disini? Tapi aku sudah jelaskan padanya bahwa dia kubawa keluar dari Dome V-Corporation."Lebih tepatnya aku pindah rumah. Baiklah, W115! Bantu aku membersihkan rumah ini bersama mereka.""Baik, Tuan Artemis."Yeah, kita bisa lebih cepat kalau ada robot ini!"Tugas W115 apalagi kalau bukan membersihkan debunya. Serenada pergi ke dapur untuk mengecek apa yang bisa dia bersihkan. Huh! Kupikir kalau dia ini anak Tuan Presiden tidak bisa bersih-bersih. Ternyata aku salah selama ini. Karena pe
Daripada memikirkan perkataan Zandila waktu itu, aku lebih banyak menyibukkan diri bersama Dova dan Novan. Serenada diajak oleh perempuan suku ini yang bisa berbicara dengan bahasa kami, namanya Vaxia."Rasanya aku tak percaya kalau Serenada akan mau diajak belajar memasak bersama Vaxia.""Sama, aku juga Dova!""Tapi, Vaxia itu cantik ya!"Aku dan Dova menengok ke arah Novan. Baru kali ini kudengar dia memuji kecantikan perempuan. Saat sekolah dulu, dia sangat tertutup dengan yang lain. Hanya mau belajar saja dan asik dengan teleskop bintang yang diberikan oleh ayahnya."Ternyata Novan sudah banyak berubah."Dova mengatakan itu sambil menahan tawa. Tampak Novan tersipu malu dan mulai menyibukkan diri. Ah, Aku juga! Lebih baik aku keluar saja menemui Kalhuaros. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan padanya. Aku tahu, pasti akan bertemu Zandila lagi. Tidak masalah selama dia tak membahas lagi masalah itu."Apa Kalhuaros ada didalam?""Huh! Dia selalu bisa menebak dengan tepat. Sedari tad