"Hidup kita akan berakhir disini! Para Cyborg itu masih mengejar sampai kemari.""Anak-anak, berhentilah mengejar mereka! Biarkan Zorgo yang mengatasinya."Zorgo, ternyata itu nama robot besar dihadapan kami. Kulihat para Cyborg mundur, justru robot besar itu yang datang kemari. Ayo, berpikirlah Artemis!"Dova, kau masih ingat catatan terakhir Profesor Sanders?""Aah...! Saat seperti ini kau masih memikirkan itu, Artemis?""Catatan terakhir ayahku? Aku, ingat Artemis! Memangnya kenapa dengan itu?""Kurasa itu cara menghadapi robot ini. Ayo, naik ke atas badanku! Terserah mau Novan duluan atau Dova. Kita harus berusaha nampak lebih tinggi.""Biar aku saja kalau mereka berdua tak mau. Tahan badanku ya, Artemis!"Serenada dengam sigap melompat dan mulai naik ke atas, baru Novan menyusul. Uugh! Mereka berdua saja sudah berat. Aku harus bisa menahan mereka supaya tetap diatas. Sayangnya aku lupa setelah itu apa?"Kalian bertiga gila ya! Nanti jatuh tahu!""Uwoow robot itu tetap saja mau men
Sesaat aku mulai bisa membuka mataku. Samar aku melihat sebuah atap. Tunggu dulu, atap ini aneh! Aku ada dimana? Eh, aku masih hidup rupanya! Kupikir sudah mati setelah peristiwa itu."Rex kau memukulnya terlalu keras!""Cuma itu satu-satunya cara untuk melumpuhkan dia. Supaya bisa membawanya kemari."Aku tahu itu suara manusia. Tapi mataku masih juga belum bisa melihat dengan jelas. Perlahan pandanganku mulai membaik. Akhirnya bisa melihat dua sosok manusia berkulit gelap dengan tatto warna putih di tubuh mereka. Penampilan mereka nyaris sama! Hanya corak tattonya yang membedakan keduanya."Kalian siapa? Kenapa aku ada disini?""Sebenarnya kalau kau tidak gegabah menembakku dengan senjata laser itu, kami lebih mudah membawamu.""Sudahlah, Rou! Dia dalam kondisi panik melihatmu saat itu."Aku memegang leher yang terasa sedikit pegal. Nama mereka berdua cukup aneh, Rex dan Rou. Salah satunya memberikanku minum meski sempat awalnya kutolak."Tidak ada racunnya disini! Untuk apa kami mau
Laki-laki tua berperawakan kurus itu bernama Kalhuaros. Nama yang aneh, tapi dia mengakui kalau itu memang nama aslinya. Bukan karena dia tinggal bersama suku ini lantas mengganti namanya. Seperti yang dikatakan oleh Rex dan Rou, dia ahli dalam pengobatan."Jadi, anda adalah seorang dokter Tuan?""Hehe... panggil aku Kalhuaros saja. Aku bukan dokter, lebih tepatnya disebut sebagai healer. Caraku mengobati berbeda dengan cara medis yang biasa digunakan oleh manusia. Aku biasa memanfaatkan tanaman yang ada juga untuk bahan obat."Kalhuaros meminta kami untuk memperkenalkan diri, namun saat mendengar nama Novan ia nampak terkejut. Sebab Novan menyebutnya secara lengkap. Dia kini tak lagi ragu memakai nama "Sanders" dibelakang namanya. Sedangkan kami bertiga, hanya menyebutkan nama depan saja."Tapi, tunggu dulu! Aku teringat akan sesuatu. Dulu ibuku pernah berkata bahwa aku punya adik yang namanya sama dengan dia."Serenada agak terkejut saat dirinya ditunjuk oleh laki-laki yang dipanggil
Lucu saja menurutku, terkadang berpikir apa anaknya Profesor Sanders ini terbalik ya? Kenapa malah Dova yang masih nampak sedih meski tidak separah tadi. Justru Novan yang mulai bisa menerima kondisi ini. Bahwa ayah dan ibunya memang sudah tiada.Menurut cerita yang ada, benar ibunya mengalami gangguan jiwa saat ditemukan. Entah karena apa itu yang belum jelas. Ayah Novan saat itu memang sempat sedih, meski akhirnya bisa menerima kondisi itu. Istri Profesor Sanders yang meninggal duluan baru dia."Yaah... aku tidak apa, Artemis. Setidaknya semua sudah jelas!""Iya, jadi teringat kata Rou tadi kalau semua manusia akan mengalami ini.""Rex juga berkata begitu!"Kalhuaros keluar dari rumahnya dan memanggil kami semua yang sedang berkumpul di tengah area pemukiman suku ini. Aku tahu dari gerakan bibirnya, sayangnya suaranya tak kencang. Zandila yang ternyata sebagai penjaga pribadinya datang menemui kami. Kulihat Serenada berusaha mundur selangkah."Kalhuaros memanggil kalian dan....""Hei
Meski sejak kecil aku selalu dibiasakan Max untuk membersihkan kamarku sendiri, namun rasanya berbeda setelah dewasa. Aku lebih banyak mengandalkan W115 untuk urusan kebersihan. Termasuk untuk hari ini."Baiklah, saatnya kita aktifkan!""Ternyata Artemis memang serius membawa robot pribadinya."Tombol powernya kutekan dan seketika kapsul besar dihadapanku ini berubah perlahan. Sosok robot humanoid yang menjadi sahabatku selama ini, hadir diantara kami semua. Awalnya W115 sempat bertanya kenapa dia ada disini? Tapi aku sudah jelaskan padanya bahwa dia kubawa keluar dari Dome V-Corporation."Lebih tepatnya aku pindah rumah. Baiklah, W115! Bantu aku membersihkan rumah ini bersama mereka.""Baik, Tuan Artemis."Yeah, kita bisa lebih cepat kalau ada robot ini!"Tugas W115 apalagi kalau bukan membersihkan debunya. Serenada pergi ke dapur untuk mengecek apa yang bisa dia bersihkan. Huh! Kupikir kalau dia ini anak Tuan Presiden tidak bisa bersih-bersih. Ternyata aku salah selama ini. Karena pe
Daripada memikirkan perkataan Zandila waktu itu, aku lebih banyak menyibukkan diri bersama Dova dan Novan. Serenada diajak oleh perempuan suku ini yang bisa berbicara dengan bahasa kami, namanya Vaxia."Rasanya aku tak percaya kalau Serenada akan mau diajak belajar memasak bersama Vaxia.""Sama, aku juga Dova!""Tapi, Vaxia itu cantik ya!"Aku dan Dova menengok ke arah Novan. Baru kali ini kudengar dia memuji kecantikan perempuan. Saat sekolah dulu, dia sangat tertutup dengan yang lain. Hanya mau belajar saja dan asik dengan teleskop bintang yang diberikan oleh ayahnya."Ternyata Novan sudah banyak berubah."Dova mengatakan itu sambil menahan tawa. Tampak Novan tersipu malu dan mulai menyibukkan diri. Ah, Aku juga! Lebih baik aku keluar saja menemui Kalhuaros. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan padanya. Aku tahu, pasti akan bertemu Zandila lagi. Tidak masalah selama dia tak membahas lagi masalah itu."Apa Kalhuaros ada didalam?""Huh! Dia selalu bisa menebak dengan tepat. Sedari tad
"Sepertinya dia sudah mulai sadar....""Iya, bola matanya kelihatan bergerak!"Suara siapa itu? Samar aku mendengar banyak suara disini. Aku ada dimana sekarang? Mataku sudah bisa terbuka, tapi pandanganku masih samar. Badanku terasa sakit semua."Akhirnya kau sadar juga!""Serenada, aku ada dimana?""Kamar Kalhuaros! Aku sudah dengar semua ceritanya dari Zandila. Tapi, aku jadi ingat sesuatu tentang masa laluku.""Ingat apa, Dova? Tunggu, aku mau uugh! Tolong bantu aku bangun dari sini.""Jangan dulu, Artemis!"Kalhuaros masuk ke dalam kamar, semuanya seketika menyingkir. Ia membawa sesuatu dan memintaku untuk meminumnya. Sedikitnya aku dibantu agar bisa minum apa yang dibawanya."Pahit! Apa ini?""Aku membuat ramuan herbal ini agar kondisi badanmu lebih baik. Setelah ini tetaplah tidur dulu. Kalian keluar dulu, jangan ganggu Artemis!"Semuanya keluar dari kamar dan aku sendiri disini. Kepalaku masih penuh dengan tanda tanya. Aku tahu tadi tanganku memukul tanah, sebegitu hebatnya kah
"Selamat ya! Pada akhirnya kau tahu kalau bukan manusia buatan.""Memangnya kenapa, Dova? Lagipula, mereka juga sudah tidak ada. Oh, ya! Kau bisa mengutak-atik pesawat?""Pesawat? Hm... aku belum pernah! Tapi nanti aku coba saja dulu. Memangnya ada apa, Artemis?""Kata Kalhuaros, ayahku dulu pernah meninggalkan kendaraannya yang sejenis pesawat disini. Aku belum tahu posisinya sekarang dimana. Nanti saja kalau sudah tahu, aku akan memberitahumu.""Oh, baiklah!"Lama Dova terdiam sambil mengutak atik sesuatu. Aku hanya melihat-lihat ke arah sekitar. Saat dia berhenti sebentar, kacamatanya mulai dilepas. Lalu duduk berhadapan denganku."Kau tahu, terkadang aku juga berharap disini ada yang memberitahuku tentang sesuatu. Hei, ternyata aku adalah... ya begitulah kau paham maksudku kan?""Jadi, kau mau ada yang mengakuimu sebagai manusia biasa.""Begitulah, Artemis. Eh, bukan! Maksudku, apakah aku bagian dari orang suku ini dulunya atau apa saja. Aah! Aku bingung menjelaskannya padamu.""Ta
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."