Lucu saja menurutku, terkadang berpikir apa anaknya Profesor Sanders ini terbalik ya? Kenapa malah Dova yang masih nampak sedih meski tidak separah tadi. Justru Novan yang mulai bisa menerima kondisi ini. Bahwa ayah dan ibunya memang sudah tiada.Menurut cerita yang ada, benar ibunya mengalami gangguan jiwa saat ditemukan. Entah karena apa itu yang belum jelas. Ayah Novan saat itu memang sempat sedih, meski akhirnya bisa menerima kondisi itu. Istri Profesor Sanders yang meninggal duluan baru dia."Yaah... aku tidak apa, Artemis. Setidaknya semua sudah jelas!""Iya, jadi teringat kata Rou tadi kalau semua manusia akan mengalami ini.""Rex juga berkata begitu!"Kalhuaros keluar dari rumahnya dan memanggil kami semua yang sedang berkumpul di tengah area pemukiman suku ini. Aku tahu dari gerakan bibirnya, sayangnya suaranya tak kencang. Zandila yang ternyata sebagai penjaga pribadinya datang menemui kami. Kulihat Serenada berusaha mundur selangkah."Kalhuaros memanggil kalian dan....""Hei
Meski sejak kecil aku selalu dibiasakan Max untuk membersihkan kamarku sendiri, namun rasanya berbeda setelah dewasa. Aku lebih banyak mengandalkan W115 untuk urusan kebersihan. Termasuk untuk hari ini."Baiklah, saatnya kita aktifkan!""Ternyata Artemis memang serius membawa robot pribadinya."Tombol powernya kutekan dan seketika kapsul besar dihadapanku ini berubah perlahan. Sosok robot humanoid yang menjadi sahabatku selama ini, hadir diantara kami semua. Awalnya W115 sempat bertanya kenapa dia ada disini? Tapi aku sudah jelaskan padanya bahwa dia kubawa keluar dari Dome V-Corporation."Lebih tepatnya aku pindah rumah. Baiklah, W115! Bantu aku membersihkan rumah ini bersama mereka.""Baik, Tuan Artemis."Yeah, kita bisa lebih cepat kalau ada robot ini!"Tugas W115 apalagi kalau bukan membersihkan debunya. Serenada pergi ke dapur untuk mengecek apa yang bisa dia bersihkan. Huh! Kupikir kalau dia ini anak Tuan Presiden tidak bisa bersih-bersih. Ternyata aku salah selama ini. Karena pe
Daripada memikirkan perkataan Zandila waktu itu, aku lebih banyak menyibukkan diri bersama Dova dan Novan. Serenada diajak oleh perempuan suku ini yang bisa berbicara dengan bahasa kami, namanya Vaxia."Rasanya aku tak percaya kalau Serenada akan mau diajak belajar memasak bersama Vaxia.""Sama, aku juga Dova!""Tapi, Vaxia itu cantik ya!"Aku dan Dova menengok ke arah Novan. Baru kali ini kudengar dia memuji kecantikan perempuan. Saat sekolah dulu, dia sangat tertutup dengan yang lain. Hanya mau belajar saja dan asik dengan teleskop bintang yang diberikan oleh ayahnya."Ternyata Novan sudah banyak berubah."Dova mengatakan itu sambil menahan tawa. Tampak Novan tersipu malu dan mulai menyibukkan diri. Ah, Aku juga! Lebih baik aku keluar saja menemui Kalhuaros. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan padanya. Aku tahu, pasti akan bertemu Zandila lagi. Tidak masalah selama dia tak membahas lagi masalah itu."Apa Kalhuaros ada didalam?""Huh! Dia selalu bisa menebak dengan tepat. Sedari tad
"Sepertinya dia sudah mulai sadar....""Iya, bola matanya kelihatan bergerak!"Suara siapa itu? Samar aku mendengar banyak suara disini. Aku ada dimana sekarang? Mataku sudah bisa terbuka, tapi pandanganku masih samar. Badanku terasa sakit semua."Akhirnya kau sadar juga!""Serenada, aku ada dimana?""Kamar Kalhuaros! Aku sudah dengar semua ceritanya dari Zandila. Tapi, aku jadi ingat sesuatu tentang masa laluku.""Ingat apa, Dova? Tunggu, aku mau uugh! Tolong bantu aku bangun dari sini.""Jangan dulu, Artemis!"Kalhuaros masuk ke dalam kamar, semuanya seketika menyingkir. Ia membawa sesuatu dan memintaku untuk meminumnya. Sedikitnya aku dibantu agar bisa minum apa yang dibawanya."Pahit! Apa ini?""Aku membuat ramuan herbal ini agar kondisi badanmu lebih baik. Setelah ini tetaplah tidur dulu. Kalian keluar dulu, jangan ganggu Artemis!"Semuanya keluar dari kamar dan aku sendiri disini. Kepalaku masih penuh dengan tanda tanya. Aku tahu tadi tanganku memukul tanah, sebegitu hebatnya kah
"Selamat ya! Pada akhirnya kau tahu kalau bukan manusia buatan.""Memangnya kenapa, Dova? Lagipula, mereka juga sudah tidak ada. Oh, ya! Kau bisa mengutak-atik pesawat?""Pesawat? Hm... aku belum pernah! Tapi nanti aku coba saja dulu. Memangnya ada apa, Artemis?""Kata Kalhuaros, ayahku dulu pernah meninggalkan kendaraannya yang sejenis pesawat disini. Aku belum tahu posisinya sekarang dimana. Nanti saja kalau sudah tahu, aku akan memberitahumu.""Oh, baiklah!"Lama Dova terdiam sambil mengutak atik sesuatu. Aku hanya melihat-lihat ke arah sekitar. Saat dia berhenti sebentar, kacamatanya mulai dilepas. Lalu duduk berhadapan denganku."Kau tahu, terkadang aku juga berharap disini ada yang memberitahuku tentang sesuatu. Hei, ternyata aku adalah... ya begitulah kau paham maksudku kan?""Jadi, kau mau ada yang mengakuimu sebagai manusia biasa.""Begitulah, Artemis. Eh, bukan! Maksudku, apakah aku bagian dari orang suku ini dulunya atau apa saja. Aah! Aku bingung menjelaskannya padamu.""Ta
Terbiasa dengan kasur yang mudah membuatku tertidur di dalam Dome, kini aku harus menghadapi kenyataan. Disini hanya ada kasur biasa, aku benar-benar tak bisa tidur! Kulihat W115 sedang otomatis mencharger dirinya sendiri. Rasanya malam ini terlalu sepi.Sepertinya yang lain sudah tidur, jadi aku putuskan untuk keluar saja. Menikmati suasana malam tanpa penghalang kaca Dome. Mungkin dengan begini, aku jadi mudah untuk tidur. Aah... begini ternyata rasanya hidup tanpa harus tergantung dengan semua hal yang pernah kurasakan dulu."Serenada...."Aku pikir dia tadi bisa tidur. Eh, ternyata dia ada di luar juga! Kulihat bulan malam ini masuk ke fase purnama, pantas saja tak terlalu gelap."Nah, kau ada disini juga Artemis.""Aku tidak bisa tidur! Hm... baru ini aku lihat bulan sungguhan di langit.""Memang nampak berbeda dengan bulan buatan didalam Dome."Hembusan angin pelan datang menerpa kami berdua. Rambut Serenada yang pendek itu pun dibuatnya kacau. Dia nampak sebal saat harus merapik
Kalhuaros sudah janji untuk memberitahuku dimana kendaraan besar yang pernah dipakai oleh Alexander. Ya, itu nama ayahku! Tapi sampai sekarang belum ada tanda-tandanya apakah dia akan mengajakku besok atau kapan?"Hei, Artemis! Mau ikut kami di ladang?""Tidak sekarang, Rex! Mungkin lain waktu, kemana Kalhuaros?""Ah, dia sedang bersama Zandila. Biasanya mereka berdua mencari tanaman untuk obat. Ada perlu dengannya?""Sebenarnya tidak terlalu penting! Hanya untuk memuaskan rasa penasaranku saja.""Hei, Cepatlah Rex! Kau sudah ditunggu dari tadi.""Ya, baiklah Rou! Aku akan kesana! Baiklah, Artemis aku tinggal dulu."Rex melambaikan tangan sambil menaiki Pentarec miliknya dan melesat cepat. Aku duduk didepan rumah Kalhuaros, menunggu lelaki tua itu pulang. Suasana disini sepi, mungkin banyak yang berada di ladang. Ah, tak mungkin aku mau pulang lalu kembali lagi kemari!"Hei, sudah lama kau berada disini?"Aku langsung berdiri saat mendengar suara yang tak asing lagi bagiku. Zandila sud
Aku dan Dova masih menatap gundukan tanah dihadapan kami berdua. Sementara Rex dan Rou sudah mulai bekerja, menggali mana yang bisa. Mereka berdua masih takut kalau salah menggali dan merusak benda didalamnya. Aku berjalan mendekati mereka berdua sembari menepuk kedua pundaknya."Tenang saja, kalau ada lecet sedikit masih bisa diperbaiki.""Baiklah kalau begitu, Artemis. Hei, Rex! Aku gali bagian atas ya!""Ya, baiklah! Oh, ya Artemis. Robot berbentuk bola kemarin bisa kau keluarkan saja?""Tentu. Aku bawa lebih banyak kali ini. Sayangnya daya galinya tidak akan sekuat alat milikmu. Tanah disini terlalu keras!""Tidak masalah! Itu sudah cukup membantu."Dova langsung mengaktifkan robot humanoid yang dia temukan di laboratorium Profesor Sanders. Sebelumnya robot ini tidak berfungsi dengan baik. Baru malam tadi sambil memodifikasi Pentarec milik Rex dan Rou ia juga coba memperbaikinya. Ternyata pagi ini bisa dia gunakan."Lalu robot kecil yang itu gunanya apa?""Aku juga tidak terlalu pa