Aletta telah mendapatkan informasi dari security kediaman Calvin. Saat ini kediaman itu memang membutuhkan pelayan. Tanpa membuang waktu, Aletta segera mengirimkan lamaran untuk posisi pelayan. Tidak masalah baginya menjadi pelayan di sana, apapun akan ia lakukan demi pembalasan.
"Meisie!" Lagi-lagi Aletta melihat Briella mengejar Meisie yang berlari dari rumah.
Aletta yang berada di tepi jalan mengamati ketidakmampuan Briella mendekati Meisie. Saat ini Briella tengah menggenggam tangan Meisie, meminta Meisie untuk masuk kembali ke kediaman Calvin.
"Lepaskan aku!" Meisie memberontak. Ia menggigit tangan Briella dan akhirnya terbebas. Meisie berlari tanpa peduli sekitar.
Aletta melihat ada mobil yang melaju kencang. Hatinya berdenyut tak karuan, kakinya melangkah cepat. Berlari untuk menyelamatkan Meisie. Tidak bisa dipungkiri, kasih sayang Aletta untuk Meisie tidak pernah berubah meski Aletta tahu bahwa Meisie bukan putrinya.
"Meisie!" Briella hanya bisa berteriak ketika menyadari bahaya mengancam putrinya. Sedang Aletta, ia telah berhasil meraih tubuh Meisie. Bergulingan di jalanan dengan memeluk putri kecilnya.
"Mama." Meisie bergumam tanpa membuka matanya. Ia merasa yang memeluknya saat ini adalah wanita yang telah membesarkannya.
Dari pagar, Calvin keluar tergesa karena mendengar teriakan Briella. Begitu juga dengan security yang berjaga di pos kediaman itu.
"Meisie!" Calvin berlari menuju ke Meisie dan Aletta.
"Sayang, kau baik-baik saja?" Calvin merebut Meisie dari pelukan Aletta.
Aletta memiringkan wajahnya, ia lupa bahwa saat ini ia sudah tidak menggunakan tubuhnya lagi. Calvin jelas tidak akan mengenalinya.
"Mama." Meisie membuka matanya dan melihat ke arah Aletta.
Calvin memeluk Meisie. "Tenanglah, Sayang. Ada Papa di sini."
Aletta berdiri, ia tidak menunjukan wajahnya sama sekali pada Calvin.
"Tunggu!"
Kaki Aletta berhenti melangkah. Jemarinya terkepal, ia berkeringat karena cemas.
Calvin berdiri di depan Aletta sambil memeluk Meisie. "Terima kasih karena sudah menyelamatkan putriku." Suara Calvin terdengar sangat tulus.
Aletta hanya diam saja. Ia melihat ada taksi yang melintas lalu menghentikan taksi itu dan masuk ke dalam sana tanpa membalas ucapan Calvin.
Calvin menatap kepergian Aletta dengan wajah heran. Namun, detik kemudian ia tidak mempedulikannya lagi. Yang penting ia sudah berterima kasih pada wanita asing yang menolong putrinya.
"Sayang, kau tidak terluka, kan?" Briella memeriksa lengan dan kaki Meisie.
Pelukan Meisie pada leher Calvin semakin erat. Gadis kecil itu mulai ketakutan lagi. Dan Calvin tahu akan hal itu.
"Bagaimama caramu menjaga Meisie, Briella?!" Calvin menatap Briella marah.
"Aku hanya ingin bermain dengannya, tapi dia pergi --."
"Jika dia tidak ingin bermain denganmu maka jangan memaksanya. Kau membahayakan nyawanya!"
Hati Briella terasa sakit. Akhir-akhir ini Calvin sering memarahinya karena tidak bisa menjaga Meisie. Ini bukan salahnya, ia telah berusaha dengan keras, tapi Meisie tetap saja tidak mau dekat dengannya. Yang ada di pikiran Meisie hanya Aletta seorang.
"Untuk hari ini jangan mendekati Meisie, kau bisa membuatnya stress," peringat Calvin tajam. Setelah itu ia pergi membawa Meisie kembali ke kediamannya.
Briella menatap punggung Calvin yang menjauh. Matanya sudah memerah karena menahan tangis. Haruskah Calvin bersikap keras padanya hanya karena Meisie? Ia tahu Meisie memang putri mereka, tapi tidakkah ia lebih penting jika dibandingkan dengan Meisie?
Briella menarik napasnya lalu menghembuskannya pelan. Bahkan sekarang ia cemburu pada Meisie.
Di dalam taksi, Aletta kini sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan. Kenapa ia pergi dari Calvin padahal Calvin tidak mengenalinya? Harusnya ia bisa menggunakan kesempatan ini dengan baik agar bisa diterima bekerja di kediaman Calvin.
Aletta mengumpat dalam hatinya. Ini semua karena Calvin, jika saja ia tidak muak dan jijik pada Calvin maka ia tidak akan pergi seperti saat ini.
"Ayolah, Aletta. Jika begini saja kau tidak bisa menahannya, lalu bagaimana kau bisa berada di dekatnya selama 24 jam?" Aletta mengocehi dirinya sendiri. Sepertinya ia harus lebih bisa mengendalikan dirinya. Jika ia ingin menjadi pelayan di sana maka ia harus menyembunyikan kebenciannya terhadap Calvin dan Briella.
***
Semalam Aletta mendapatkan telepon dari security bahwa dirinya diminta untuk datang ke kediaman Calvin guna melakukan wawancara. Dan sekarang ia telah selesai diwawancarai oleh orang kepercayaan Calvin.
Kejadian kemarin telah membuatnya diterima bekerja di kediaman Calvin. Aletta tahu mengenai hal itu karena Calvin yang datang langsung untuk mempekerjakannya.
"Mama!" Meisie memanggil Aletta yang hendak pergi meninggalkan kediaman Calvin.
Meisie berlari kecil menuju ke Aletta. Wajah penuh rindu Meisie terhadap Aletta berubah jadi raut sedih ketika ia melihat wajah wanita di depannya tidak sama dengan wajah ibunya.
"Meisie sayang." Calvin menghampiri putrinya. Meraih Meisie ke dalam gendongannya.
"Maaf karena Meisie terus memanggilmu 'mama' sejak kemarin. Dia baru saja kehilangan ibunya." Calvin menunjukan wajah sedih yang jelas Aletta tahu hanyalah sebuah sandiwara.
Aletta tersenyum maklum. Jika Calvin pandai bersandiwara maka ia harus lebih pandai dari pria itu. "Gadis kecil yang malang." Aletta menunjukan wajah berduka. Ingin sekali Aletta mengatakan bahwa sebab kehilangan yang Meisie rasa dikarenakan oleh pria itu sendiri.
"Mama... Meisie mau Mama." Meisie merengek lirih.
"Meisie, Mama sudah ada di surga. Meisie rindu Mama?" tanya Calvin penuh perhatian.
Meisie menganggukan kepalanya.
"Besok Papa ajak Meisie ke makam Mama, ya? Meisie mau?"
"Mau, Pa."
"Kalau Meisie mau, sekarang Meisie ke kamar ya. Meisie tidur dulu, besok kita ketemu Mama," bujuk Calvin. Pria itu membalik tubuhnya, melangkah pergi tanpa bicara lebih lanjut pada Aletta.
Aletta tersenyum miris. Bagaimana bisa Calvin terlihat seperti malaikat setelah membunuhnya.
Aku pasti akan membuka topengmu, Calvin. Semua orang akan tahu bagaimana busuknya kau dan Briella. Sorot mata Aletta kini terlihat penuh dendam, berbeda dengan tatapannya yang tadi.
Melangkah, Aletta meninggalkan kediaman Calvin. Hari masih terlalu siang untuk Aletta kembali ke kediaman Gretta. Ia menghentikan taksi, menyebutkan sebuah alamat dan kemudian taksi melaju.
Setelah beberapa menit, Aletta sampai ditujuannya. Ia melihat ke sekelilingnya, tempat itu sangat sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang memasang wajah penuh duka.
Aletta melangkah, ia berhenti di sebuah makam yang bertuliskan namanya. Athaletta Evangellyn. Hati Aletta seperti diremas oleh ribuan tangan tak kasat mata. Air matanya mengalir tanpa bisa ia cegah. Ia berdiri tepat di depan makamnya sendiri. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya bahwa hal seperti ini akan terjadi padanya.
"Malang sekali nasibmu, Aletta. Kau berakhir di sini karena kebodohanmu sendiri." Aletta kembali mengasihani dirinya sendiri.
Dalam hidupnya, Aletta tidak pernah berpikir bahwa ia akan tewas dalam usia muda. Ia pernah berangan-angan tentang bagaimana hidupnya ke depan. Membesarkan Meisie hingga dewasa, berfoto dalam acara kelulusan Meisie lalu melepas Meisie di hari pernikahan gadis kecilnya, menggendong cucu yang lucu, lalu menghabiskan hari tua di sebuah rumah sederhana di tepi pantai bersama dengan Calvin.
Mengingat angan-angan itu, Aletta tersenyum pahit. Kenapa angan-angannya hanya berpusat pada Meisie dan Calvin? Bukankah ia terlalu kolot? Seharusnya ia memiliki angan yang luar biasa, menjadi wanita yang membanggakan hingga Calvin maupun Briella tidak bisa menghinanya lagi.
"Kau beruntung memiliki kesempatan kedua, Aletta. Lakukan hal-hal yang tidak pernah kau lakukan dan nikmati hidupmu." Ia menasehati dirinya sendiri.
Melihat makamnya sendiri membuat Aletta menegaskan sekali lagi bahwa saat ini tidak ada lagi Aletta. Wanita yang bernama Aletta sudah terkubur di sana, dan yang berdiri di depan makam Aletta saat ini adalah Qyra. Ya, mulai detik ini Aletta memanggil dirinya sendiri dengan nama 'Qyra'.
Beberapa saat kemudian Qyra memutuskan untuk pergi. Ia akan datang lagi setelah ia berhasil membalaskan dendamnya.
Setelah kepergian Qyra, seorang pria datang mengunjungi makam Aletta. Pria itu membawa seikat bunga mawar merah, bunga yang merupakan kesukaan Aletta. Sorot mata pria itu menunjukan tentang kehilangan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Kesedihan tercetak jelas di air muka pria itu.
"Aku tidak menyangka bahwa tujuh tahun lalu adalah hari terakhir aku melihatmu, Aletta." Pria itu memandangi batu nisan Aletta dengan tatapan sendu.
Masih ia ingat jelas bagaimana tawa Aletta di hari pernikahan Aletta dengan Calvin. Kala itu Aletta terlihat begitu cantik di matanya. Selama ia hidup, baru kali itu ia melihat Aletta sangat bahagia. Dan ia tak tahu bahwa itu adalah keindahan terakhir yang ia lihat.
Membayangkan hari bahagia Aletta, membuat pria itu merasa semakin kosong. Ia membuka luka lama yang telah ia sembunyikan di depan semua orang. Hari itu ia harus merelakan wanita yang ia sayangi menikah dengan pria lain. Pria yang tidak lain adalah kakaknya sendiri, Calvin.
Ia pikir melepaskan Aletta untuk Calvin adalah pilihan yang tepat. Ia yakin kakaknya bisa membahagiakan Aletta, tapi setelah mendengar Aletta tewas bunuh diri, maka ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan. Kakaknya tidak mampu membahagiakan Aletta. Ia yakin ada sebuah rahasia di balik kematian Aletta. Ia tidak percaya bahwa Aletta tewas bunuh diri karena ketahuan selingkuh. Aletta selalu memandang Calvin seolah tidak ada pria lain di dunia ini. Tatapan Aletta selalu menjelaskan betapa Aletta mencintai Calvin. Dan dari semua itu, bagaimana mungkin Aletta mengkhianati Calvin.
Meski seisi dunia meyakini alasan Aletta bunuh diri seperti yang Calvin katakan, maka ia akan berdiri sendirian untuk menentang keyakinan itu. Ia mengenal Alettanya dengan baik, wanita setia yang hanya mencintai satu pria.
"Aku akan mencari tahu alasan kematianmu yang sebenarnya, Aletta. Dan akan aku beritahu dunia bahwa kau tidak seburuk yang mereka katakan." Pria itu berjanji di depan makam Aletta.
Tbc
"Kenneth! kapan kau datang?" Calvin meninggalkan meja kerjanya dan melangkah menuju ke seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya. Wajahnya terlihat begitu bahagia.Kenneth tersenyum hangat. "Apa aku datang di saat yang tidak tepat, Kak?" Kenneth melihat ke tumpukan berkas yang ada di meja kerja kakaknya."Oh, tidak, Ken. Kau tidak mengganggu sama sekali." Calvin membuka kedua tangannya lebar, lalu memeluk adiknya yang jarang ia lihat. "Sudah lama kita tidak bertemu, Kakak merindukanmu."Kenneth membalas pelukan Calvin. "Ayolah, kita baru bertemu dua bulan lalu." Kenneth melepaskan pelukannya."Dua bulan? Kenapa rasanya seperti sudah 2 tahun, ya?" gurau Calvin. Ia duduk di sofa begitu juga dengan Kenneth."Aku turut berduka atas kematian istrimu, Kak." Kalimat belasungkawa dari Kenneth membuat senyum di wajah Calvin memudar. Pria itu kini memasang wajah kehilangan bercampur kecewa. "Semua pasti terasa berat bagimu.""Tidak ada kehilanga
Seperti ucapannya, Kenneth mengunjungi kediaman Calvin. Hanya saja ia tidak datang sepulang bekerja karena ternyata team dokter yang bekerja sama dengannya menyiapkan acara untuk merayakan bergabungnya dirinya ke dalam rumah sakit itu.Dengan boneka beruang berukuran besar, Kenneth masuk ke dalam rumah Calvin dan menunggu di ruang tamu. Sembari menunggu, Kenneth memperhatikan sekitarnya. Ini adalah pertama kalinya Kenneth mengunjungi kediaman kakaknya."Kau terlambat, Ken." Calvin menghampiri adiknya setelah diberitahu oleh pelayan yang tinggal di kediaman Calvin."Kau terlambat, Ken." Calvin menghampiri adiknya."Aku akan meminta maaf pada Meisie. Di mana dia sekarang," tanya Kenneth."Aku akan mengantarmu ke kamarnya." Calvin melangkah dan diikuti oleh Kenneth."Bagaimana hari pertamamu bekerja? Kau tidak membuat dokter residen menangis, kan?" Calvin memiringkan kepalanya, menatap sang adik dengan wajah tersenyum. Calvin sangat mengenal ad
Setelah kepulangan Kenneth, Briella kembali ke kediaman Calvin. Wanita ini harus pergi untuk sementara waktu agar Kenneth tidak mencurigai apapun."Kenapa kita harus menyembunyikan hubungan kita dari Ken? Cepat atau lambat ia akan mengetahui tentang hubungan kita." Briella merasa tidak senang karena harus menyembunyikan hubungannya di depan Calvin. Ia dan Calvin memang tidak akan menunjukan hubungan mereka di depan umum karena masalah nama baik mereka. Namun, jika di depan keluarga seharusnya itu tidak masalah. Lagipula ayah dan ibu Calvin sudah tahu tentang hubungan mereka."Aku adalah kakak yang sempurna bagi, Ken. Dan aku tidak ingin merusak itu. Tahan saja, Ken tidak akan setiap hari ke sini. Papa dan Mama tidak akan memberitahu Ken, jika memang mereka akan melakukannya maka mereka akan memberitahu Ken sejak mereka tahu kita masih berhubungan." Calvin melangkah menuju ke sofa."Kenapa kau selalu memikirkan citramu? Kau tidak memikirkan perasaanku? Aku harus
Mata Qyra memperhatikan Meisie dan Kenneth yang saat ini ada di tempat bermain ayunan. Wajah Meisie terlihat bahagia. Senyuman gadis kecil itu menular pada Qyra yang kini ikut tersenyum.Sembari menunggu Qyra menopang dagunya dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain berada di meja kayu berbentuk bulat sembari ia ketuk-ketukan. Qyra telah berganti tubuh, tapi kebiasaannya masih sama. Masih Aletta yang dulu.Tanpa sengaja Kenneth melihat ke arah Qyra. Sejenak ia terpaku. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. Tampaknya kehilangan Aletta telah membuatnya gila. Bagaimana mungkin ia berhalusinasi bahwa Qyra adalah Aletta."Paman kenapa?" Meisie mendongakan kepalanya. Menatap Kenneth bingung.Aku pasti sudah gila. "Tidak apa-apa." Kenneth kembali mendorong pelan ayunan yang dinaiki oleh Meisie.Setelah beberapa saat Meisie berhenti bermain ayunan. Ia kembali ke Qyra dalam keadaan lapar."Bibi, aku lapar." Meisie merengek manja.
Briella melangkah mondar mandir karena takut kebusukannya benar-benar akan terbongkar. Sedang Calvin, ia terlihat sedang berpikir."Briella, berhentilah mondar-mandir, kau membuatku tidak bisa berpikir." Calvin mulai terganggu dengan kecemasan Briella.Briella melakukan seperti yang Calvin katakan. Ia segera mendekati Calvin lalu berkata, "Sebaiknya kita berikan saja uang itu padanya." Briella berpikir itulah satu-satunya jalan bagi permasalahan mereka saat ini, menuruti kehendak si penelpon."Aku tidak akan mengeluarkan satu dollar pun untuk orang itu," tolak Calvin tegas.5 juta dollar bukanlah uang yang bisa dengan mudah ia keluarkan. Apalagi untuk pemeras tidak tahu diri yang mencari uang tanpa mau bekerja keras. Tidak, Calvin tidak akan menyerahkan uang itu. Ia lebih sudi membayar orang untuk menemukan siapa si penelpon dan menghabisinya.Calvin benci jika ada orang yang mencoba mencari gara-gara dengannya."Dan kau memilih mengha
Calvin kembali ke kediamannya setelah mengantar Briella ke kediaman milik keluarga Evangellyn. Liburan serta kegiatan bisnis yang Calvin bayangkan akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan tidak berakhir seperti yang ia inginkan.Liburannya hancur karena si penelpon. Perjalanan bisnisnya tidak berjalan mulus karena negosiasi yang ia lakukan tidak mencapai kesepakatan.Wajah Calvin terlihat tidak menyenangkan. Ia seperti diselimuti aura gelap yang siap menghisap orang lain.Mobilnya sampai di depan kediamannya. Ia turun dari sana dan disambut langsung oleh Meisie yang berlari ke arahnya dengan wajah berseri.Suasana hati Calvin yang buruk menjadi sedikit membaik karena melihat senyuman Meisie. Sudah lama ia tidak melihat wajah bahagia Meisie."Sudah kembali?" tanya Kenneth yang mengekori Meisie."Kau berharap aku tidak kembali, heh?" Calvin melangkah melewati Kenneth bersama dengan Meisie yang kini digendongannya."Bisnismu sepertin
Jam 4 adalah jam teramai di terminal B. Qyra sengaja memilih jam itu karena ia sudah memikirkan kemungkinan Calvin dan Briella akan mengkhianatinya.Arion dan beberapa bawahannya telah berjaga di posisi mereka. Sedang Qyra, ia baru saja memasuki terminal dengan pakaian serba hitam, ia mengenakan topi dan juga masker. Rambut panjangnya tergulung rapi, bersembunyi di balik topi yang ia kenakan.Dengan santai, Qyra menuju ke loker. Ia tersenyum kecil sembari membuka loker. Terdapat dua tas di sana. Uang itu hanya akan menjadi miliknya setengah saja. Sedangkan sisanya akan menjadi milik orang-orang yang tak ia kenali.Qyra mengambil dua tas itu, Arion dan orang-orangnya keluar dari persembunyian dan bergegas menuju ke Qyra.Qyra membuka resleting salah satu tasnya kemudian ia menghamburkan uang yang ada di tas itu hingga membuat orang yang ada di sana berhamburan untuk mengambil uang itu.Arion dan bawahannya tidak bisa mendekati Qyra karena orang-oran
Lagi-lagi Way.com membuat artikel yang menggemparkan. Foto Briella dan Calvin yang berada di hotel kini telah tersebar luas di media online."Briell, lihat ini." Asisten Briella menyerahkan tablet yang ia pegang je Briella.Mata Briella nyaris keluar dari tempatnya. "Bagaimana bisa?" Ia bertanya tak percaya. Jarinya bergerak di atas layar tablet, ia membaca tulisan di artikel itu. Darahnya mendidih karena isi artikel yang terlalu memprovokasi."Yuri! Jalang itu nampaknya sudah menunggu hari ini dengan baik." Tangan Briella mengepal kuat."Temukan nomor ponsel Yuri." Briella menyerahkan tablet asistennya."Baik." Asisten Briella segera bergerak. Ia menghubungi koneksinya dan berhasil mendapatkan nomor Yuri.Briella kini mengerti tatapan aneh rekan-rekan kerjanya, semua karena artikel sampah yang Yuri terbitkan."Aku sudah mendapatkan nomornya," seru asisten Briella.Briella tak menunggu lama. Ia segera menghubungi Yuri."
Palu telah diketuk. Calvin mendapatkan hukuman berlapis atas kejahatan yang sudah Calvin lakukan. Pembunuhan terhadap Aletta, pembunuhan terhadap Leon, dan percobaan pembunuhan terhadap Qyra, membuatnya mendapatkan hukuman seumur hidup.Delillah yang menghadiri persidangan itu tidak kuasa menahan tangis. Ia tidak menyangka bahwa putra yang selalu ia banggakan telah melakukan kejahatan yang tidak termaafkan. Delillah begitu kecewa terhadap Calvin, tapi mau bagaimanapun Calvin adalah putranya. Ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian.Berbeda dengan Moreno yang tidak mau menganggap Calvin sebagai anaknya lagi. Kenyataan bahwa Calvin telah membunuh Aletta begitu menghantam Moreno. Ia tidak pernah berpikir bahwa perjodohan yang ia lakukan membawa petaka. Ia tidak pernah berpikir bahwa anaknya akan begitu tega pada Aletta. Moreno merasa sangat bersalah, ini semua terjadi karena dirinya.Kenneth juga berada di sana, tatapan matanya ber
Calvin mengepalkan kedua tangannya. Ia menerima laporan dari Arion bahwa saat ini Qyra tengah bersama Kenneth.Ia tidak habis pikir bagaimana bisa adiknya masih bersama dengan wanita yang sudah menghancurkan keluarga mereka.Apakah rasa suka Kenneth pada Qyra telah membutakan mata Kenneth? Kenneth bahkan tidak memikirkan bagaimana nasib keluarganya.Tidak tahukah Kenneth bahwa Qyra merupakan wanita berbisa yang tidak pantas sama sekali bersama Ken. Atau jangan-jangan Kenneth menutup mata atas perbuatan Qyra padanya. Calvin tersenyum pahit, bukankah Kenneth sangat kejam padanya?Ckck, Calvin berdecak kesal. Ia tidak akan membiarkan semua berjalan seperti ini."Dapatkan Qyra bagaimanapun caranya!" perintah Calvin pada Arion. Ia tidak peduli jika nanti Kenneth akan menghajarnya lagi. Yang terpenting baginya saat ini adalah mendapatkan Qyra agar tak ada orang lain yang tahu per
Qyra kembali ke kediaman Kenneth setelah menyaksikan bagaimana hancurnya Briella. Setelah ini Briella tak akan bisa lagi bersikap angkuh. Ia yakin Briella akan jijik pada dirinya sendiri.Keempat pria yang menggilir Briella positif mengidap HIV/AIDS, Qyra sengaja meminta pria yang sudah positif mengidap penyakit itu karena jika ia menggunakan pria sehat maka pria-pria itu akan tertular virus HIV yang sudah ada di tubuh Briella sebelumnya. Qyra tidak ingin membahayakan orang yang sudah bekerja sama dengannya.Kenneth melihat ke arah Qyra yang baru saja datang. Ia mengetahui apa yang dilakukan oleh Qyra pada Briella. Ken memerintahkan Dave untuk mengikuti Qyra. Ia melakukannya semata-mata demi menjaga Qyra.Ken tidak menyalahkan Qyra atas kekejaman Qyra pada Briella. Wanita itu memang pantas mendapatkannya atas perbuatannya pada Qyra."Apa yang kau inginkan dariku?" Qyra bertanya tanpa berbasa-ba
Briella tersadar dengan kepala yang terasa sakit. Ia membuka matanya dan menyadari bahwa ia berada di tempat yang sama sekali tidak ia kenali."Di mana aku?" Briella memegangi kepalanya yang sakit dengan wajah bingung.Ia bangkit dari ranjang, bergerak menuju ke pintu kamar itu, mencoba membukanya, tapi tidak berhasil. Pintu itu terkunci."Siapapun di luar, buka pintunya!" Briella menggedor pintu dengan tenaganya yang belum terkumpul.Berkali-kali Briella menggedor, tapi tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Briella kembali mengingat kejadian semalam, mungkinkah pria yang bersamanya yang sudah membawanya ke tempat ini?Briella mulai merasa ada yang aneh. Semalam ia tidak terlalu banyak minum, dan seharusnya ia tidak akan mabuk hanya dengan beberapa teguk alkohol. Mungkinkah seseorang mencampur sesuatu ke dalam minumannya? Otak Briella bekerja dengan cepat.
Setelah penolakan kejam Calvin, Briella melampiaskan emosinya dengan bersenang-senang. Ia tidak ingin menjadi wanita idiot yang terpuruk karena dicampakan oleh Calvin.Briella yakin ia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Calvin. Sudah cukup ia menerima Calvin melukai harga dirinya. Memangnya siapa Calvin sekarang? Pria itu tidak sehebat dulu lagi. Calvin sudah kehilangan segalanya. Memang sudah seharusnya ia meninggalkan Calvin. Untuk apa mengharapkam pria yang sudah tidak punya apa-apa lagi.Briella tidak akan membuang waktunya dengan hidup sengsara bersama Calvin."Hai, boleh aku temani?" Seorang pria tampan dengan pakaian edisi terbatas menyapa Briella dengan ramah."Silahkan." Briella membalas dengan senyuman menawan. Malam ini ia butuh teman melepaskan penat, dan sepertinya pria di sampingnya cocok menjadi temannya."Berdansa denganku?" Pria itu mengulurkan tanga
Ken akhirnya menyelesaikan tugasnya sebagai seorang dokter dengan susah payah. Ia tidak tahu bahwa menahan hasrat jauh lebih menyulitkan dari menghapal buku-buku kedokteran.Sial! Ken bahkan lebih memilih membaca puluhan buku daripada menahan sesak di celananya."Sudah selesai." Ken berdiri dengan cepat. Ia harus segera menjauh dari Qyra agar ia tidak jadi predator ganas yang menerkam mangsa lemah."Istirahatlah." Ken berbalik dan pergi.Qyra mengenakan kembali pakaiannya. Setelah itu ia terjebak dalam rasa sakit dan kemarahan saat mengingat kejadian di gudang. Bukan tentang penyiksaan yang Calvin lakukan padanya, tapi tentang Leon yang tewas mengenaskan karena melakukan pekerjaan darinya.Dada Qyra terasa sangat sesak. Ia telah menyeret teman-temannya mendekat pada kematian. Qyra sangat menyesal, ia merasa bahwa kematian teman-temannya disebabkan oleh dirinya.Air mata Qy
Setelah karirnya hancur, Briella tidak memiliki banyak kegiatan. Ia menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di kediamannya. Briella seperti kehilangan hidupnya. Cacian dan makian yang dilayangkan orang-orang padanya membuatnya merasa harga dirinya telah lenyap."Apa yang salah denganmu, Briella?" Kimmy duduk di kursi sebelah putrinya.Briella tak menanggapi ucapan ibunya. Ia hanya menyesap wine yang ada di tangannya."Hidupmu masih harus berjalan, Briella. Karirmu hancur bukan berarti hidupmu juga hancur." Kimmy menasehati putrinya. Saat ini ia kembali mengambil peran sebagai ibu Briella.Briella tersenyum kecut. Ia tidak memiliki sedikitpun kebanggaan lagi dalam hidupnya. Dunia telah mencatatnya sebagai penggoda suami orang. Gambaran dirinya yang selalu terlihat seperti malaikat kini berganti menjadi iblis betina yang licik dan tak tahu malu. Briella bahkan ingin sekali menenggelamkan diri
Qyra menangis dalam tidurnya. Alam bawah sadarnya membawa ia kembali ke hari di mana ia ditenggelamkan ke laut oleh Calvin.Tubuh Qyra berkeringat dingin. Napasnya tercekat seolah saat ini ia berada di dalam air."Tolong! Tolong aku!" Qyra berteriak putus asa. Air matanya mengalir makin deras.Suara Qyra membuat Kenneth yang berada di dalam kamar itu mendekat ke arahnya."Mama, Papa, tolong Aletta. Aletta tidak bisa bernapas. Tolong Aletta."Ken mematung. Apakah baru saja ia mendengar Qyra menyebut dirinya sebagai Aletta?Ia kembali menghadapi sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal sehatnya. Beberapa hari lalu ia meyakinkan dirinya bahwa Qyra hanyalah peniru Aletta, tapi hari ini Qyra menyebut dirinya sebagai Aletta. Kegilaan macam apa yang sebenarnya terjadi saat ini?"Mama, Papa, Aletta tidak bisa berenang, tolong Aletta." Qyr
Lebam memenuhi tubuh Qyra. Kondisinya setelah disiksa oleh orang-orang Calvin sungguh mengerikan. Sekujur tubuh Qyra terasa sakit, tapi Qyra telah mati rasa. Siksaan dari Calvin tidak membuatnya menunjukan kelemahannya. Qyra tidak akan membiarkan Calvin merasa puas.Bahkan jika ia harus mati hari ini, ia tidak akan membiarkan Calvin melihat air matanya. Ia bahkan tak akan memohon pada Calvin untuk sebuah pengampunan.Kebencian dan kemarahan membuat Qyra seperti tak mengenal rasa sakit. Ia menjadikan dendam yang ia miliki sebagai pegangan untuk bertahan dari siksaan Calvin.Apa yang Qyra lakukan membuat Calvin merasa kesal. Ia berharap Qyra akan menangis meraung meminta pengampunan. Akan tetapi, yang terjadi Qyra hanya diam. Bahkan mendengar jeritan Qyra merupakan hal yang mustahil.Calvin terpacu, ia memerintahkan Arion untuk menyiksa Qyra lebih menyakitkan. Namun, sekali lagi, Qyra tidak memberikan