Mata Aletta menatap layar ponsel di depannya. Baris demi baris ia lihat, ibu jarinya bergerak memindahkan berita yang ia baca.
Senyum sinis terlihat di wajah Aletta. Calvin dan Briella bahkan tidak puas hanya dengan membunuhnya, hingga dua manusia laknat itu membuat skenario menjijikan yang membuat dirinya menjadi hina.
Kematiannya disamarkan menjadi sebuah aksi bunuh diri. Dan alasan dari aksi hina itu adalah bahwa dirinya — Aletta Evangellyn, melakukan perselingkuhan dan tertangkap basah oleh Calvin. Bukan hanya itu, foto perselingkuhan yang menjadi bukti kuat juga tersebar di media online.
Aletta tertawa sumbang. Bukankah Calvin dan Briella sangat pintar dalam mengarang cerita?
"Ada apa? Kau kenal siapa mereka?" Laura yang sejak tadi berdiri di sebelah ranjang Aletta menatap Aletta dengan wajah bingung.
Aletta mengembalikan ponsel yang ia pinjam dari Laura tanpa menjawab pertanyaan Laura atau mengucapkan kata terima kasih. Hatinya saat ini terasa begitu panas. Akan sangat melegakan jika saat ini ia bisa mencekik Briella dan Calvin hingga dua manusia keji itu tewas.
"Qyra, kau baik-baik saja?" Laura menyentuh bahu Aletta. "Apakah aku harus memanggil dokter untuk memeriksamu?" tanya Laura. Karena tidak mendapatkan jawaban, Laura hendak bergerak memanggil dokter. Akan tetapi, Aletta segera menghentikan Laura.
"Aku baik-baik saja." Aletta menjawab seadanya dengan nada datar. "Tinggalkan aku sendirian, aku ingin istirahat."
Laura mengamati Aletta sejenak. Ini adalah kedua kalinya ia diusir dari ruang rawat itu dalam dua hari ini. Jika saja wanita di depannya bukan sepupunya maka ia pasti akan pergi tanpa kembali lagi. Ah, Laura menarik napas pelan. Ia harus mengerti sepupunya, jika ia ditinggalkan oleh orangtuanya dengan cara tragis mungkin dirinya juga akan menjadi seperti Qyra. Sepupunya masih cukup tangguh bertahan hidup selama 4 tahun setelah kematian orangtuanya, jika itu dirinya maka ia pasti akan menyusul di hari yang sama dengan orangtuanya.
"Baiklah. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa menghubungiku. Ah, ini untukmu saja. Aku akan membeli ponsel lain." Laura memberikan ponselnya pada Aletta kemudian keluar setelah meraih tasnya yang ada di atas kursi.
"Ah, Laura, kau benar-benar sepupu yang baik." Laura menghela napas lagi. Ia harus membeli ponsel lagi yang artinya ia harus menguras tabungannya yang tidak banyak.
"Tidak apa-apa. Kau bisa mengumpulkan uang lagi. Kau sudah melakukan hal yang benar, Laura. Kau yang terbaik." Laura tersenyum. Ia memuji dirinya sendiri atas kebaikan yang sudah ia lakukan.
Di dalam ruang rawatnya, Aletta memutuskan untuk menahan dirinya. Ia harus beristirahat agar kondisi tubuhnya kembali pulih. Membalas dendam membutuhkan tenaga, dan itu hanya bisa ia lakukan jika ia sudah sehat.
"Calvin, Briella, bersenang-senanglah untuk saat ini. Aku akan memastikan bahwa setelah ini kalian akan menangis darah." Aletta mengepalkan tangannya kuat.
Dada Aletta bergemuruh, mengingat tentang Calvin dan Briella membuatnya sangat murka. Ia tidak tahu bagaimana Calvin dan Briella mencemoohnya karena berhasil ditipu selama bertahun-tahun. Bodoh! Idiot! Mungkin lebih dari itu. Ia adalah manusia paling idiot di antara orang idiot. Perselingkuhan terjadi tepat di belakangnya, tapi ia malah menebarkan senyuman pada dua orang itu. Ia malah terus memperlakukan mereka seperti hanya merekalah harta berharga yang ia miliki.
Aletta menekan dadanya kuat. Ia ingin sekali memutar waktu agar semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana Calvin dan Briella. Ia ingin memutar waktu agar bisa menikmati hidupnya, bukan terkurung di rumah dengan cita-cita bodoh untuk menjadi istri, ibu dan menantu yang baik.
Dan jika waktu bisa diputar ia tidak ingin menikah dengan Calvin yang mencintainya dengan kepura-puraan. Lebih baik ia hidup sendirian daripada harus memiliki suami yang tidak menginginkannya.
Aletta tahu ia memang tidak secantik Briella, tapi alasan itu tidak bisa membenarkan Calvin mempermaikan hidupnya. Bukankah ia telah memberikan segalanya pada Calvin? Cinta, tubuh dan harta. Ia menjadikan Calvin prioritasnya tanpa memikirkan diri sendiri. Ia memperlakukan Calvin layaknya dewa. Dan pantaskah ia menerima perlakuan buruk Calvin hanya karena alasan ia tidak secantik Briella?
Kau yang sudah merusak kebahagiaanku dan Briella.
Ucapan Calvin dua hari lalu terngiang di benak Aletta. Dirinyalah yang disalahkan oleh Calvin. Dari ucapan Calvin, Aletta menangkap bahwa hubungan menjijikan Briella dan Calvin mungkin sudah dimulai sebelum ia menikah dengan Calvin.
Tidak! Apapun alasannya, ia tidak pantas mendapatkan balasan sangat keji dari Calvin. Bukan salahnya jika ia hadir di antara Calvin dan Briella. Saat itu Calvin bisa menolak perjodohan yang terjadi di antara mereka. Serta Briella bisa membuka mulut jika memang memiliki hubungan dengan Calvin. Akan tetapi, mereka semua diam. Calvin menyetujui perjodohan, sedang Briella tidak keberatan dengan pernikahan mereka.
Ah, Aletta lupa. Calvin dan Briella tidak bisa bersama karena menginginkan hartanya. Calvin tanpa hartanya tidak akan menjadi seperti saat ini. Dan untuk menikmati hidup yang stabil, Briella harus menunggu dan menerima menjadi simpanan. Mereka berdua telah menyiapkan rencana yang sangat matang untuk masa depan mereka.
Aletta tertawa sumbang. Mereka bahkan rela mengorbankan kebahagiaan mereka agar tujuan mereka tercapai. Jadi sangat wajar jika Calvin dan Briella bisa melakukan hal kejam padanya.
Dan yang paling mengerikan adalah mereka memasukan Meisie ke dalam rencana itu. Bagaimana jika saat itu ia menjadi ibu yang jahat, apakah Calvin dan Briella tidak berpikir sejauh itu.
Lagi-lagi Aletta tertawa sumbang. Jelas Calvin dan Briella tidak berpikir sejauh itu karena mereka tahu bahwa dirinya tidak akan mungkin sanggup menyakiti Meisie yang mungil. Dua orang itu tahu seberapa baiknya dirinya, atau mungkin seberapa bodoh dirinya yang akan dengan mudah jatuh hati pada si kecil yang menggemaskan.
Saat Aletta tengah bergelut dengan emosinya sendiri, saat ini Calvin dan Briella tengah bermesraan di dalam kamar Calvin. Briella yang mengenakan dress ketat berwarna hitam duduk di atas pangkuan Calvin yang mengenakan kemeja putih dipadu dengan celana dasar berwarna abu-abu. Lengan kemeja Calvin digulung hingga ke siku. Tangan kokohnya melingkar di perut langsing Briella.
Keduanya memegang segelas wine, sembari tersenyum bahagia mereka menikmati wine itu seteguk demi seteguk. Mereka merayakan keberhasilan rencana yang telah mereka susun 7 tahun lalu.
Briella jelas bahagia, penantiannya selama 7 tahun kini terbayarkan. Ia bisa kembali bersama pria yang ia cintai tanpa harus takut ketahuan oleh Aletta. Selain itu ia juga bisa menikmati harta kekayaan Calvin sendirian tanpa harus berbagi dengan Aletta. Sungguh Briella tidak sabar menantikan hari di mana dirinya akan benar-benar menyandang gelar sebagai istri sah Calvin.
Briella meletakan gelasnya ke atas meja. Jemari lentiknya kini bermain di atas kancing kemeja Calvin. Matanya menatap Calvin nakal. Bukankah wine saja tidak cukup untuk merayakan keberhasilan mereka.
Senyum mengembang di wajah Calvin, ia membiarkan Briella membuka satu per satu kancing kemejanya hingga tidak tersisa lagi.
Briella mengalungkan kedua tangannya di leher Calvin. Wajahnya terlihat begitu manja dan menggoda. Perlahan ia menelusuri wajah Calvin dengan jari telunjuknya yang lentik. "Mata ini milikku." Ia menyentuh mata tertutup Calvin, kemudian beralih pada hidung mancung Calvin. "Ini juga milikku." Kemudian mengecup ujung hidung itu. Terakhir telunjuk Briella berhenti di bibir merah pucat Calvin. "Dan ini, tentu saja ini milikku."
Calvin mendekatkan wajahnya ke wajah Briella, tapi Briella menahan Calvin. Ia menekan dada Calvin dengan jemarinya. Briella turun dari pangkuan Calvin dan melangkah menuju ke ranjang. Ia berbaring di sana dengan posisi nakal yang begitu menggoda. Jari telunjuknya terangkat, menunjuk ke Calvin lalu memutar memberi isyarat agar Calvin mendekat padanya.
Calvin yang sudah tergelitik nafsunya segera turun dari sofa. Ia melangkah sembari melepaskan kemejanya yang sudah tidak terkancing lagi. Naik ke atas ranjang menindih tubuh Briella. Menciumi leher putih Briella seolah tiada hari esok.
Briella tertawa geli. Ia menggelinjang nikmat karena sentuhan Calvin. Briella tidak peduli sama sekali bahwa ranjang yang saat ini ia naiki adalah tempat suci Calvin dan Aletta.
Begitu juga dengan Calvin yang tampak sangat menikmati kegiatannya. Tidak ada lagi wajah penuh duka yang terlihat tadi pagi. Tak ada lagi air mata kesedihan. Yang terlihat kini hanya wajah bahagia penuh hasrat. Seperti ini adalah waktu yang Calvin tunggu. Seperti ia telah terbebas dari belenggu yang selama ini menjeratnya.
Ya, Calvin memang telah bebas. Bebas dari Aletta yang memuakan. Bebas dari pernikahan yang tak ia inginkan sama sekali.
Tbc
Aletta berdiri di depan pintu masuk rumah sakit bersama dengan Laura dan Gretta yang selalu menjaganya saat berada di rumah sakit. Hari ini Aletta telah diperbolehkan pulanh oleh dokter, dan ia masih harus mendatangi rumah sakit beberapa kali lagi untuk memeriksakan keadaannya.Sebuah taksi berhenti di depan tiga orang itu. Laura membukakan pintu untuk Aletta dan ibunya, kemudian memasukan barang-barang bawaannya ke bagasi mobil.Taksi melaju, membelah kota S yang pagi itu cukup lengang. Pandangan mata Aletta hanya tertuju pada tepi jalanan. Menatap rindangnya pepohonan hijau yang berbaris rapi di sepanjang jalan.Pikiran kosongnya buyar ketika ia merasa kehangatan menjalar di tangannya. Ia melihat ke arah sana dan menemukan Gretta menggenggam tangannya. Aletta segera menarik tangannya, membuat Gretta tersenyum hampa. Wanita paruh baya itu merasa sedih karena keponakannya masih menganggapnya orang lain.Taksi sampai di sebuah rumah kecil yang sudah nampak
Pikiran Aletta kini berpusat pada bagaimana cara melakukan pembalasan. Dengan wajah yang ia miliki saat ini, Aletta yakin bisa menggoda Calvin. Namun, Aletta terlalu muak jika harus menjalin sebuah hubungan dengan Calvin meski saat ini ia memakai tubuh orang lain.Aletta memutar otaknya, apa yang harus ia lakukan agar bisa masuk ke dalam kediaman Calvin. Jika ia ingin menghancurkan Calvin dan Briella maka ia harus berada sedekat mungkin dengan dua orang itu.Pelayan. Aletta harus menjadi pelayan di kediaman itu.Dengan kesibukan Briella sebagai model, ia yakin Briella tak akan sudi melakukan pekerjaan rumah tangga. Briella juga tak akan menyerah dengan karirnya yang saat ini sedang cemerlang. Sudah pasti Calvin akan menggunakan pelayan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Dan Aletta tahu ke mana ia harus mencari informasi apakah Calvin sedang mencari pelayan atau tidak.Tanpa Aletta sadari taksi yang ia tumpangi telah sampai di depan kediaman
Aletta telah mendapatkan informasi dari security kediaman Calvin. Saat ini kediaman itu memang membutuhkan pelayan. Tanpa membuang waktu, Aletta segera mengirimkan lamaran untuk posisi pelayan. Tidak masalah baginya menjadi pelayan di sana, apapun akan ia lakukan demi pembalasan."Meisie!" Lagi-lagi Aletta melihat Briella mengejar Meisie yang berlari dari rumah.Aletta yang berada di tepi jalan mengamati ketidakmampuan Briella mendekati Meisie. Saat ini Briella tengah menggenggam tangan Meisie, meminta Meisie untuk masuk kembali ke kediaman Calvin."Lepaskan aku!" Meisie memberontak. Ia menggigit tangan Briella dan akhirnya terbebas. Meisie berlari tanpa peduli sekitar.Aletta melihat ada mobil yang melaju kencang. Hatinya berdenyut tak karuan, kakinya melangkah cepat. Berlari untuk menyelamatkan Meisie. Tidak bisa dipungkiri, kasih sayang Aletta untuk Meisie tidak pernah berubah meski Aletta tahu bahwa Meisie bukan putrinya."Meisie!"
"Kenneth! kapan kau datang?" Calvin meninggalkan meja kerjanya dan melangkah menuju ke seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya. Wajahnya terlihat begitu bahagia.Kenneth tersenyum hangat. "Apa aku datang di saat yang tidak tepat, Kak?" Kenneth melihat ke tumpukan berkas yang ada di meja kerja kakaknya."Oh, tidak, Ken. Kau tidak mengganggu sama sekali." Calvin membuka kedua tangannya lebar, lalu memeluk adiknya yang jarang ia lihat. "Sudah lama kita tidak bertemu, Kakak merindukanmu."Kenneth membalas pelukan Calvin. "Ayolah, kita baru bertemu dua bulan lalu." Kenneth melepaskan pelukannya."Dua bulan? Kenapa rasanya seperti sudah 2 tahun, ya?" gurau Calvin. Ia duduk di sofa begitu juga dengan Kenneth."Aku turut berduka atas kematian istrimu, Kak." Kalimat belasungkawa dari Kenneth membuat senyum di wajah Calvin memudar. Pria itu kini memasang wajah kehilangan bercampur kecewa. "Semua pasti terasa berat bagimu.""Tidak ada kehilanga
Seperti ucapannya, Kenneth mengunjungi kediaman Calvin. Hanya saja ia tidak datang sepulang bekerja karena ternyata team dokter yang bekerja sama dengannya menyiapkan acara untuk merayakan bergabungnya dirinya ke dalam rumah sakit itu.Dengan boneka beruang berukuran besar, Kenneth masuk ke dalam rumah Calvin dan menunggu di ruang tamu. Sembari menunggu, Kenneth memperhatikan sekitarnya. Ini adalah pertama kalinya Kenneth mengunjungi kediaman kakaknya."Kau terlambat, Ken." Calvin menghampiri adiknya setelah diberitahu oleh pelayan yang tinggal di kediaman Calvin."Kau terlambat, Ken." Calvin menghampiri adiknya."Aku akan meminta maaf pada Meisie. Di mana dia sekarang," tanya Kenneth."Aku akan mengantarmu ke kamarnya." Calvin melangkah dan diikuti oleh Kenneth."Bagaimana hari pertamamu bekerja? Kau tidak membuat dokter residen menangis, kan?" Calvin memiringkan kepalanya, menatap sang adik dengan wajah tersenyum. Calvin sangat mengenal ad
Setelah kepulangan Kenneth, Briella kembali ke kediaman Calvin. Wanita ini harus pergi untuk sementara waktu agar Kenneth tidak mencurigai apapun."Kenapa kita harus menyembunyikan hubungan kita dari Ken? Cepat atau lambat ia akan mengetahui tentang hubungan kita." Briella merasa tidak senang karena harus menyembunyikan hubungannya di depan Calvin. Ia dan Calvin memang tidak akan menunjukan hubungan mereka di depan umum karena masalah nama baik mereka. Namun, jika di depan keluarga seharusnya itu tidak masalah. Lagipula ayah dan ibu Calvin sudah tahu tentang hubungan mereka."Aku adalah kakak yang sempurna bagi, Ken. Dan aku tidak ingin merusak itu. Tahan saja, Ken tidak akan setiap hari ke sini. Papa dan Mama tidak akan memberitahu Ken, jika memang mereka akan melakukannya maka mereka akan memberitahu Ken sejak mereka tahu kita masih berhubungan." Calvin melangkah menuju ke sofa."Kenapa kau selalu memikirkan citramu? Kau tidak memikirkan perasaanku? Aku harus
Mata Qyra memperhatikan Meisie dan Kenneth yang saat ini ada di tempat bermain ayunan. Wajah Meisie terlihat bahagia. Senyuman gadis kecil itu menular pada Qyra yang kini ikut tersenyum.Sembari menunggu Qyra menopang dagunya dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain berada di meja kayu berbentuk bulat sembari ia ketuk-ketukan. Qyra telah berganti tubuh, tapi kebiasaannya masih sama. Masih Aletta yang dulu.Tanpa sengaja Kenneth melihat ke arah Qyra. Sejenak ia terpaku. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. Tampaknya kehilangan Aletta telah membuatnya gila. Bagaimana mungkin ia berhalusinasi bahwa Qyra adalah Aletta."Paman kenapa?" Meisie mendongakan kepalanya. Menatap Kenneth bingung.Aku pasti sudah gila. "Tidak apa-apa." Kenneth kembali mendorong pelan ayunan yang dinaiki oleh Meisie.Setelah beberapa saat Meisie berhenti bermain ayunan. Ia kembali ke Qyra dalam keadaan lapar."Bibi, aku lapar." Meisie merengek manja.
Briella melangkah mondar mandir karena takut kebusukannya benar-benar akan terbongkar. Sedang Calvin, ia terlihat sedang berpikir."Briella, berhentilah mondar-mandir, kau membuatku tidak bisa berpikir." Calvin mulai terganggu dengan kecemasan Briella.Briella melakukan seperti yang Calvin katakan. Ia segera mendekati Calvin lalu berkata, "Sebaiknya kita berikan saja uang itu padanya." Briella berpikir itulah satu-satunya jalan bagi permasalahan mereka saat ini, menuruti kehendak si penelpon."Aku tidak akan mengeluarkan satu dollar pun untuk orang itu," tolak Calvin tegas.5 juta dollar bukanlah uang yang bisa dengan mudah ia keluarkan. Apalagi untuk pemeras tidak tahu diri yang mencari uang tanpa mau bekerja keras. Tidak, Calvin tidak akan menyerahkan uang itu. Ia lebih sudi membayar orang untuk menemukan siapa si penelpon dan menghabisinya.Calvin benci jika ada orang yang mencoba mencari gara-gara dengannya."Dan kau memilih mengha
Palu telah diketuk. Calvin mendapatkan hukuman berlapis atas kejahatan yang sudah Calvin lakukan. Pembunuhan terhadap Aletta, pembunuhan terhadap Leon, dan percobaan pembunuhan terhadap Qyra, membuatnya mendapatkan hukuman seumur hidup.Delillah yang menghadiri persidangan itu tidak kuasa menahan tangis. Ia tidak menyangka bahwa putra yang selalu ia banggakan telah melakukan kejahatan yang tidak termaafkan. Delillah begitu kecewa terhadap Calvin, tapi mau bagaimanapun Calvin adalah putranya. Ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian.Berbeda dengan Moreno yang tidak mau menganggap Calvin sebagai anaknya lagi. Kenyataan bahwa Calvin telah membunuh Aletta begitu menghantam Moreno. Ia tidak pernah berpikir bahwa perjodohan yang ia lakukan membawa petaka. Ia tidak pernah berpikir bahwa anaknya akan begitu tega pada Aletta. Moreno merasa sangat bersalah, ini semua terjadi karena dirinya.Kenneth juga berada di sana, tatapan matanya ber
Calvin mengepalkan kedua tangannya. Ia menerima laporan dari Arion bahwa saat ini Qyra tengah bersama Kenneth.Ia tidak habis pikir bagaimana bisa adiknya masih bersama dengan wanita yang sudah menghancurkan keluarga mereka.Apakah rasa suka Kenneth pada Qyra telah membutakan mata Kenneth? Kenneth bahkan tidak memikirkan bagaimana nasib keluarganya.Tidak tahukah Kenneth bahwa Qyra merupakan wanita berbisa yang tidak pantas sama sekali bersama Ken. Atau jangan-jangan Kenneth menutup mata atas perbuatan Qyra padanya. Calvin tersenyum pahit, bukankah Kenneth sangat kejam padanya?Ckck, Calvin berdecak kesal. Ia tidak akan membiarkan semua berjalan seperti ini."Dapatkan Qyra bagaimanapun caranya!" perintah Calvin pada Arion. Ia tidak peduli jika nanti Kenneth akan menghajarnya lagi. Yang terpenting baginya saat ini adalah mendapatkan Qyra agar tak ada orang lain yang tahu per
Qyra kembali ke kediaman Kenneth setelah menyaksikan bagaimana hancurnya Briella. Setelah ini Briella tak akan bisa lagi bersikap angkuh. Ia yakin Briella akan jijik pada dirinya sendiri.Keempat pria yang menggilir Briella positif mengidap HIV/AIDS, Qyra sengaja meminta pria yang sudah positif mengidap penyakit itu karena jika ia menggunakan pria sehat maka pria-pria itu akan tertular virus HIV yang sudah ada di tubuh Briella sebelumnya. Qyra tidak ingin membahayakan orang yang sudah bekerja sama dengannya.Kenneth melihat ke arah Qyra yang baru saja datang. Ia mengetahui apa yang dilakukan oleh Qyra pada Briella. Ken memerintahkan Dave untuk mengikuti Qyra. Ia melakukannya semata-mata demi menjaga Qyra.Ken tidak menyalahkan Qyra atas kekejaman Qyra pada Briella. Wanita itu memang pantas mendapatkannya atas perbuatannya pada Qyra."Apa yang kau inginkan dariku?" Qyra bertanya tanpa berbasa-ba
Briella tersadar dengan kepala yang terasa sakit. Ia membuka matanya dan menyadari bahwa ia berada di tempat yang sama sekali tidak ia kenali."Di mana aku?" Briella memegangi kepalanya yang sakit dengan wajah bingung.Ia bangkit dari ranjang, bergerak menuju ke pintu kamar itu, mencoba membukanya, tapi tidak berhasil. Pintu itu terkunci."Siapapun di luar, buka pintunya!" Briella menggedor pintu dengan tenaganya yang belum terkumpul.Berkali-kali Briella menggedor, tapi tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Briella kembali mengingat kejadian semalam, mungkinkah pria yang bersamanya yang sudah membawanya ke tempat ini?Briella mulai merasa ada yang aneh. Semalam ia tidak terlalu banyak minum, dan seharusnya ia tidak akan mabuk hanya dengan beberapa teguk alkohol. Mungkinkah seseorang mencampur sesuatu ke dalam minumannya? Otak Briella bekerja dengan cepat.
Setelah penolakan kejam Calvin, Briella melampiaskan emosinya dengan bersenang-senang. Ia tidak ingin menjadi wanita idiot yang terpuruk karena dicampakan oleh Calvin.Briella yakin ia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Calvin. Sudah cukup ia menerima Calvin melukai harga dirinya. Memangnya siapa Calvin sekarang? Pria itu tidak sehebat dulu lagi. Calvin sudah kehilangan segalanya. Memang sudah seharusnya ia meninggalkan Calvin. Untuk apa mengharapkam pria yang sudah tidak punya apa-apa lagi.Briella tidak akan membuang waktunya dengan hidup sengsara bersama Calvin."Hai, boleh aku temani?" Seorang pria tampan dengan pakaian edisi terbatas menyapa Briella dengan ramah."Silahkan." Briella membalas dengan senyuman menawan. Malam ini ia butuh teman melepaskan penat, dan sepertinya pria di sampingnya cocok menjadi temannya."Berdansa denganku?" Pria itu mengulurkan tanga
Ken akhirnya menyelesaikan tugasnya sebagai seorang dokter dengan susah payah. Ia tidak tahu bahwa menahan hasrat jauh lebih menyulitkan dari menghapal buku-buku kedokteran.Sial! Ken bahkan lebih memilih membaca puluhan buku daripada menahan sesak di celananya."Sudah selesai." Ken berdiri dengan cepat. Ia harus segera menjauh dari Qyra agar ia tidak jadi predator ganas yang menerkam mangsa lemah."Istirahatlah." Ken berbalik dan pergi.Qyra mengenakan kembali pakaiannya. Setelah itu ia terjebak dalam rasa sakit dan kemarahan saat mengingat kejadian di gudang. Bukan tentang penyiksaan yang Calvin lakukan padanya, tapi tentang Leon yang tewas mengenaskan karena melakukan pekerjaan darinya.Dada Qyra terasa sangat sesak. Ia telah menyeret teman-temannya mendekat pada kematian. Qyra sangat menyesal, ia merasa bahwa kematian teman-temannya disebabkan oleh dirinya.Air mata Qy
Setelah karirnya hancur, Briella tidak memiliki banyak kegiatan. Ia menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di kediamannya. Briella seperti kehilangan hidupnya. Cacian dan makian yang dilayangkan orang-orang padanya membuatnya merasa harga dirinya telah lenyap."Apa yang salah denganmu, Briella?" Kimmy duduk di kursi sebelah putrinya.Briella tak menanggapi ucapan ibunya. Ia hanya menyesap wine yang ada di tangannya."Hidupmu masih harus berjalan, Briella. Karirmu hancur bukan berarti hidupmu juga hancur." Kimmy menasehati putrinya. Saat ini ia kembali mengambil peran sebagai ibu Briella.Briella tersenyum kecut. Ia tidak memiliki sedikitpun kebanggaan lagi dalam hidupnya. Dunia telah mencatatnya sebagai penggoda suami orang. Gambaran dirinya yang selalu terlihat seperti malaikat kini berganti menjadi iblis betina yang licik dan tak tahu malu. Briella bahkan ingin sekali menenggelamkan diri
Qyra menangis dalam tidurnya. Alam bawah sadarnya membawa ia kembali ke hari di mana ia ditenggelamkan ke laut oleh Calvin.Tubuh Qyra berkeringat dingin. Napasnya tercekat seolah saat ini ia berada di dalam air."Tolong! Tolong aku!" Qyra berteriak putus asa. Air matanya mengalir makin deras.Suara Qyra membuat Kenneth yang berada di dalam kamar itu mendekat ke arahnya."Mama, Papa, tolong Aletta. Aletta tidak bisa bernapas. Tolong Aletta."Ken mematung. Apakah baru saja ia mendengar Qyra menyebut dirinya sebagai Aletta?Ia kembali menghadapi sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal sehatnya. Beberapa hari lalu ia meyakinkan dirinya bahwa Qyra hanyalah peniru Aletta, tapi hari ini Qyra menyebut dirinya sebagai Aletta. Kegilaan macam apa yang sebenarnya terjadi saat ini?"Mama, Papa, Aletta tidak bisa berenang, tolong Aletta." Qyr
Lebam memenuhi tubuh Qyra. Kondisinya setelah disiksa oleh orang-orang Calvin sungguh mengerikan. Sekujur tubuh Qyra terasa sakit, tapi Qyra telah mati rasa. Siksaan dari Calvin tidak membuatnya menunjukan kelemahannya. Qyra tidak akan membiarkan Calvin merasa puas.Bahkan jika ia harus mati hari ini, ia tidak akan membiarkan Calvin melihat air matanya. Ia bahkan tak akan memohon pada Calvin untuk sebuah pengampunan.Kebencian dan kemarahan membuat Qyra seperti tak mengenal rasa sakit. Ia menjadikan dendam yang ia miliki sebagai pegangan untuk bertahan dari siksaan Calvin.Apa yang Qyra lakukan membuat Calvin merasa kesal. Ia berharap Qyra akan menangis meraung meminta pengampunan. Akan tetapi, yang terjadi Qyra hanya diam. Bahkan mendengar jeritan Qyra merupakan hal yang mustahil.Calvin terpacu, ia memerintahkan Arion untuk menyiksa Qyra lebih menyakitkan. Namun, sekali lagi, Qyra tidak memberikan